Karakteristik Molekuler dan Virulensi Kapang Dermatofita, dan Patogenesis Dermatofitosis pada Kelinci
Date
2021-01-26Author
Jamin, Faisal
Handharyani, Ekowati
Estuningsih, Sri
Pribadi, Eko S.
Metadata
Show full item recordAbstract
Dermatofitosis atau tinea merupakan suatu penyakit kulit yang disebabkan
oleh kapang Dermatofita. Penyakit dermatofitosis pada hewan menjadi perhatian
serius dalam kesehatan masyarakat karena sebagian besar kapang Dermatofita yang
diisolasi dari hewan bersifat zoonosis. Ada beberapa jenis kapang yang penting
dalam kesehatan masyarakat; diantaranya Microsporum canis, Microsporum
gypseum, dan Trichophyton mentagrophytes. Tranmisi zoonosis bervariasi pada
beberapa negara. M. canis atau T. mentagrophytes tampaknya menyebabkan
proporsi infeksi yang tinggi pada manusia dibandingkan M. gypseum. Kasus
dermatofitosis banyak ditemukan pada hewan kesayangan dan domestikasi, bahkan
juga pada manusia. Indonesia yang berada di daerah tropis dengan kelembaban
tinggi merupakan daerah yang cocok bagi pertumbuhan beberapa jenis kapang
tersebut.
Secara umum, dalam studi kapang Dermatofita eksperimental, kelinci
adalah hewan pilihan selain marmut, tikus, tikus, hamster, dan anjing. Studi
tentang lesi kulit yang disebabkan oleh dermatofitosis. Kelinci secara
eksperimental juga cocok untuk aplikasi agen antijamur topikal. Maka diperlukan
hewan model untuk pengujian virulensi dan patogenesis tersebut.
Metode yang akan dilakukan dalam penelitian identifikasi kapang
Dermatofita, yaitu isolat 485_M. gypseum_IDN, 484_M. canis_IDN, dan 486_M.
mentagrophytes_IDN menggunakan metode in vitro secara kultur, pemindaian
scanning electron microscope (SEM), uji polymerase chain reaction (PCR)
dengan menggunakan ITS, uji tantang makrokonidia kapang Dermatofita secara in
vivo pada kelinci new zealand white, dan Uji histopatologi dari kulit yang
mengalami dermatofitosis. Kelinci yang mengalami dermatofitosis di koleksi
berupa cuplikan kulit pada hari ke 10 dan 20 pasca infeksi (p.i). Penelitian ini
telah mendapatkan persetujuan penggunaan hewan coba dari Komite Etika Hewan
Institut Pertanian Bogor dengan No 123-2018 IPB, Agustus 2018.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa gambaran makroskopik
dan mikroskopik dari makrokonidia, mikrokonidia, dan hifa dari isolat kapang M.
gypseum, M. canis, dan T. mentagrophytes teridentifikasi dengan jelas sebagai
kapang Dermatofita. Studi ini menunjukkan bahwa isolat 485_M. gypseum_IDN,
484_M. canis_IDN, dan 486_M. mentagrophytes_IDN memiliki kesamaan
filogenik dari penyelasan sekuens sebesar 100%, 88%, dan 64% pada data NCBI
GenBank. Hasil uji klinis secara in vivo bahwa ke tiga Dermatofita mengakibatkan
100% lesi pada kulit kelinci New Zealand White sebagai model dermatofitosis.
Evaluasi tanda klinis dan histopatologis dari biopsi kulit mengungkapkan adanya
eritema, acanthosis, hyperkeratosis, spongiosis, dan edema kulit. Konidia dan hifa
terdeteksi pada bagian histologis yang diwarnai dengan perwarnaan periodic acid-
Schiff (PAS) dan pewarnaan Gomori Methenamin Silver (GMS). Pewarnaan ini
memungkinkan visualisasi sangat baik sel sel kapang dalam fragmen kulit kelinci.
Inokulasi makrokonidia yang diinokulasikan secara intradermal menghasilkan
100% lesi pada kelinci model. Makrokonidia metrupakan salah satu elemen
sumber infeksi yang berperan untuk menginduksi model dermatofitosis dan
tingkat keparahan injeksi primer berkorelasi dengan durasi dan skala diagnosis
klinis yang lebih baik. Model menjanjikan untuk penelitian lebih lanjut tentang
infeksi kapang Dermatofita pada berbagai model lainnya.
Kesimpulan dari penelitian bahwa berdasarkan ciri morfologi dari
gambaran makroskopik dan mikroskopik makrokonidia, mikrokonidia, dan hifa
bahwa isolat 485_M. gypseum_IDN, 484_M. canis_IDN, dan 486_M.
mentagrophytes_IDN teridentifikasi dengan jelas sebagai kapang Dermatofita.
Hasil PCR dengan ITS memiliki kepekaan dan spesifisitas mirip dengan kultur
dimana dari penyelasan sekuens pada data NCBI GenBank memiliki kesamaan
filogenik sebesar 100%, 88%, dan 64%. Berdasarkan uji in vitro pada hewan
model makrokonidia merupakan elemen kapang Dermatofita yang baik dalam
menghasilkan model dermatofitosis. Kelinci New Zealand white merupakan
hewan model uji klinis alternatif yang sangat baik untuk model dermatofitosis.
Kelinci New Zealand White sebagai hewan model harus dieksplorasi lebih lanjut
dan dipertimbangkan sebagai hewan dermatofitosis.
Collections
- DT - Veterinary Science [283]