Show simple item record

dc.contributor.advisorHandharyani, Ekowati
dc.contributor.advisorEstuningsih, Sri
dc.contributor.advisorPribadi, Eko S.
dc.contributor.authorJamin, Faisal
dc.date.accessioned2021-07-10T07:53:56Z
dc.date.available2021-07-10T07:53:56Z
dc.date.issued2021-01-26
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/107324
dc.description.abstractDermatofitosis atau tinea merupakan suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh kapang Dermatofita. Penyakit dermatofitosis pada hewan menjadi perhatian serius dalam kesehatan masyarakat karena sebagian besar kapang Dermatofita yang diisolasi dari hewan bersifat zoonosis. Ada beberapa jenis kapang yang penting dalam kesehatan masyarakat; diantaranya Microsporum canis, Microsporum gypseum, dan Trichophyton mentagrophytes. Tranmisi zoonosis bervariasi pada beberapa negara. M. canis atau T. mentagrophytes tampaknya menyebabkan proporsi infeksi yang tinggi pada manusia dibandingkan M. gypseum. Kasus dermatofitosis banyak ditemukan pada hewan kesayangan dan domestikasi, bahkan juga pada manusia. Indonesia yang berada di daerah tropis dengan kelembaban tinggi merupakan daerah yang cocok bagi pertumbuhan beberapa jenis kapang tersebut. Secara umum, dalam studi kapang Dermatofita eksperimental, kelinci adalah hewan pilihan selain marmut, tikus, tikus, hamster, dan anjing. Studi tentang lesi kulit yang disebabkan oleh dermatofitosis. Kelinci secara eksperimental juga cocok untuk aplikasi agen antijamur topikal. Maka diperlukan hewan model untuk pengujian virulensi dan patogenesis tersebut. Metode yang akan dilakukan dalam penelitian identifikasi kapang Dermatofita, yaitu isolat 485_M. gypseum_IDN, 484_M. canis_IDN, dan 486_M. mentagrophytes_IDN menggunakan metode in vitro secara kultur, pemindaian scanning electron microscope (SEM), uji polymerase chain reaction (PCR) dengan menggunakan ITS, uji tantang makrokonidia kapang Dermatofita secara in vivo pada kelinci new zealand white, dan Uji histopatologi dari kulit yang mengalami dermatofitosis. Kelinci yang mengalami dermatofitosis di koleksi berupa cuplikan kulit pada hari ke 10 dan 20 pasca infeksi (p.i). Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan penggunaan hewan coba dari Komite Etika Hewan Institut Pertanian Bogor dengan No 123-2018 IPB, Agustus 2018. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa gambaran makroskopik dan mikroskopik dari makrokonidia, mikrokonidia, dan hifa dari isolat kapang M. gypseum, M. canis, dan T. mentagrophytes teridentifikasi dengan jelas sebagai kapang Dermatofita. Studi ini menunjukkan bahwa isolat 485_M. gypseum_IDN, 484_M. canis_IDN, dan 486_M. mentagrophytes_IDN memiliki kesamaan filogenik dari penyelasan sekuens sebesar 100%, 88%, dan 64% pada data NCBI GenBank. Hasil uji klinis secara in vivo bahwa ke tiga Dermatofita mengakibatkan 100% lesi pada kulit kelinci New Zealand White sebagai model dermatofitosis. Evaluasi tanda klinis dan histopatologis dari biopsi kulit mengungkapkan adanya eritema, acanthosis, hyperkeratosis, spongiosis, dan edema kulit. Konidia dan hifa terdeteksi pada bagian histologis yang diwarnai dengan perwarnaan periodic acid- Schiff (PAS) dan pewarnaan Gomori Methenamin Silver (GMS). Pewarnaan ini memungkinkan visualisasi sangat baik sel sel kapang dalam fragmen kulit kelinci. Inokulasi makrokonidia yang diinokulasikan secara intradermal menghasilkan 100% lesi pada kelinci model. Makrokonidia metrupakan salah satu elemen sumber infeksi yang berperan untuk menginduksi model dermatofitosis dan tingkat keparahan injeksi primer berkorelasi dengan durasi dan skala diagnosis klinis yang lebih baik. Model menjanjikan untuk penelitian lebih lanjut tentang infeksi kapang Dermatofita pada berbagai model lainnya. Kesimpulan dari penelitian bahwa berdasarkan ciri morfologi dari gambaran makroskopik dan mikroskopik makrokonidia, mikrokonidia, dan hifa bahwa isolat 485_M. gypseum_IDN, 484_M. canis_IDN, dan 486_M. mentagrophytes_IDN teridentifikasi dengan jelas sebagai kapang Dermatofita. Hasil PCR dengan ITS memiliki kepekaan dan spesifisitas mirip dengan kultur dimana dari penyelasan sekuens pada data NCBI GenBank memiliki kesamaan filogenik sebesar 100%, 88%, dan 64%. Berdasarkan uji in vitro pada hewan model makrokonidia merupakan elemen kapang Dermatofita yang baik dalam menghasilkan model dermatofitosis. Kelinci New Zealand white merupakan hewan model uji klinis alternatif yang sangat baik untuk model dermatofitosis. Kelinci New Zealand White sebagai hewan model harus dieksplorasi lebih lanjut dan dipertimbangkan sebagai hewan dermatofitosis.id
dc.description.sponsorshipBeasiswa Program Pascasarjana Dalam Negeri (BPP-DN) 2015 dan Hibah Penelitian Disertasi Doktor (PDD) 2019.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.titleKarakteristik Molekuler dan Virulensi Kapang Dermatofita, dan Patogenesis Dermatofitosis pada Kelinciid
dc.title.alternativeMolecular Characteristics and Virulence of Dermatophyte, and Pathogenesis of Dermatophytosis in Rabbitsid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keyworddermatophyteid
dc.subject.keyworddermatophytosisid
dc.subject.keywordmacroconidiaid
dc.subject.keywordrabbit modelid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record