Analisis Kekeringan dengan Metode Standardized Precipitation Index (SPI) untuk Proyeksi ke depan Menggunakan Luaran RCM CORDEX-SEA
Date
2021Author
Nur, Irza Arnita
Hidayat, Rahmat
latifah, Arnida Lailatul
Metadata
Show full item recordAbstract
Kekeringan adalah bencana alam yang terjadi secara perlahan dan
berlangsung lama hingga datangnya musim hujan. Kekeringan tidak datang secara
tiba-tiba, sehingga dapat dilakukan persiapan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana kekeringan. Oleh karena itu diperlukan suatu gambaran kejadian
kekeringan pada masa yang akan datang (proyeksi) peristiwa kekeringan. Hal ini
dapat diperoleh dengan menghitung informasi mengenai karakteristik kekeringan
dapat dicari menggunakan index kekeringan. Dalam penelitian ini, index
kekeringan yang digunakan adalah Standardized Precipitation Index (SPI)
merupakan salah satu index kekeringan meteorologi yang paling banyak digunakan
untuk memonitor kekeringan. Untuk memonitor kekeringan dengan index SPI
diperlukan data iklim yang lengkap. Probelematika kelengkapan data iklim di
Indonesia masih sulit untuk diperoleh, baik dari kelengkapan panjang data mapupun
dari lokasi yang di inginkan.
Permasalahan mengenai data yang sering terjadi dapat diatasi dengan
pemodelan iklim numerik yang saat ini sudah banyak di gunakan. (Regional
Climate Models/RCM) adalah model iklim yang dapat digunakan untuk
membangun data iklim jangka panjang baik data history maupun proyeksi. Tujuan
dari penelitian ini adalah membandingkan data model luaran RCM CORDEX
sebelum dan sudah di koreksi bias dengan data observasi, serta melakukan analisis
index kekeringan Standardized Precipitation Index (SPI) historis dan SPI proyeksi
di Sumatera.
Hasil yang diperoleh curah hujan model RCM sebelum di koreksi masih
memiliki bias sehingga untuk mengurangi bias pada data diperlukan koreksi bias.
Hasil dari analisis pola spasial perbandingan spasial SPI-1 dan SPI-3 historis di
Pulau Sumatera menujukan bahwa nilai SPI-1 dan SPI-3 historis nilainya tidak
sekering nilai SPI proyeksi tahun 2030. SPI-1 dan SPI-3 pada tahun 2030 skenario
RCP 8.5 menunjukan hasil SPI yang lebih kering dari pada RCP 4.5. Sedangkan
Histogram mengenai frekuensi kekeringan menunjukan hasil bahwa wilayah
Lampung dan Sumatera Barat untuk tahun historis (2000-2005), frekuensi jumlah
kekeringanya lebih sedikit daripada tahun proyeksi (2021-2030). Selain itu
Histogram frekuensi kekeringan tahun proyeksi (2021-2030) dengan skenario RCP
4.5 dan 8.5 menunjukan adanya perbedaan hasil bahwa SPI-1 kejadian
kekeringannya akan lebih banyak terjadi, daripada kejadian kekeringan di SPI-3
untuk wilayah provinsi Lampung dan Sumatera Barat