Interaksi Genotipe dan Lingkungan, serta Stabilitas Ekstrak Etil Asetat 20 Genotipe Temu Ireng di Tiga Lokasi Berbeda
Abstract
Temu ireng merupakan tumbuhan asal Indonesia yang biasa digunakan sebagai campuran jamu. Hingga saat ini belum ada varietas temu ireng yang diusulkan, karena terbatasnya informasi mengenai kualitas bahan baku. Stabilitas genotipe adalah kemampuan genotipe untuk hidup pada berbagai lingkungan yang berbeda dan fenotipenya tidak mengalami banyak perubahan di setiap lokasi percobaan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui interaksi genotipe dan lingkungan, serta stabilitas genotipe temu ireng terhadap kondisi lingkungan yang berbeda melalui indikator komponen fitokimia berupa senyawa fenolik dan aktivitas antioksidan (DPPH dan ABTS). Ekstrak etil asetat temu ireng diperoleh melalui ekstraksi basah. Pengujian total fenol dilakukan melalui metode Folin-Ciocalteu dan pengujian aktivitas antioksidan melalui metode DPPH dan ABTS. Hasil penelitian menunjukkan interaksi genotipe dan lingkungan 20 genotipe temu ireng dan tiga varietas temulawak di tiga lokasi (Bogor, Cianjur, Sukabumi) menghasilkan perbedaan yang nyata (p<0). Genotipe G13, G17, G18, G19, dan Cursina2 merupakan genotipe stabil berdasarkan senyawa fenol. Genotipe G3, G4, G6, G8, G9, G10, G11, G12, G13, G14, G15, G16, G17, G18, dan G20 merupakan genotipe stabil berdasarkan ekivalen troloks DPPH. Genotipe G2, G3, G7, G9, G11, G12, G13, G15, G19, dan G20 merupakan genotipe stabil berdasarkan ekivalen troloks ABTS. Genotipe yang stabil di setiap pengujian adalah genotipe G13.
Collections
- UT - Biochemistry [1235]