Strategi Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan melalui Pengembangan Wisata di Danau Toba.
View/ Open
Date
2019Author
M. Nasir
Saharjo, Bambang Hero
Putri, Eka Intan Kumala
Metadata
Show full item recordAbstract
Degradasi kualitas lingkungan pada Danau Toba berupa perubahan tata guna
lahan dan konversi hutan meningkatkan lahan kritis dan menyebabkan kebakaran
hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi setiap tahun. Karhutla di Daerah Tangkapan
Air (DTA) Danau Toba disebabkan oleh pembukaan lahan dengan metode
pembakaran sehingga berdampak pada pencemaran lingkungan dan menimbulkan
kerugian. Pencemaran dan kerusakan lingkungan pada Danau Toba perlu diatasi
mengingat sejak Tahun 2016 pemerintah Indonesia menetapkan Danau Toba
sebagai kawasan prioritas pariwisata yang ditargetkan menjadi destinasi dunia.
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menemukan strategi
pengendalian karhutla melalui pengembangan wisata di Danau Toba. Adapun
secara khusus memiliki tujuan yaitu (1) mengidentifikasi dampak karhutla yang
terjadi di Danau Toba, (2) menghitung nilai kerugian akibat karhutla, (3)
menentukan prioritas strategi pengendalian karhutla melalui pengembangan wisata
di Danau Toba. Penelitian ini dilaksanakan pada DTA Danau Toba yang terletak
pada Tiga Desa yaitu 1) Desa Sirube-rube, Kecamatan Dolok Perdamaen,
Kabupaten Simalungun, 2) Desa Aek Bolon Julu, Kecamatan Balige, Kabupaten
Toba Samosir, 3) Tele, Desa Partungko Naginjang, Kecamatan Harian, Kabupaten
Samosir. Lokasi penelitian dipilih berdasarkan desa yang mengalami kejadian
kebakaran hutan pada Tahun 2017 dan memiliki aksesibilitas yang baik dan dekat
dengan beberapa objek wisata. Data dalam penelitian ini berupa data primer yang
diperoleh dengan observasi lapangan, wawancara kepada masyarakat untuk
perhitungan kerugian, dan para ahli untuk merumuskan prioritas strategi dengan
metode Analisis Hierarki Proses (AHP) dan data sekunder yang diperoleh dari
berbagai instansi yang terkait dengan penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karhutla di Danau Toba menimbulkan
dampak pencemaran udara berupa meningkatnya pelepasan karbon dan
berkurangnya fungsi hutan dalam menyimpan karbon. Penurunan sumberdaya
hutan yaitu; 1) penataan air, 2) pengendalian erosi, 3) pembentukan tanah 4) daur
ulang unsur hara, 5) pengurai limbah, 6) keanekaragaman hayati, 7) sumber genetik.
Hasil perhitungan kerugian ekonomi akibat karhutla pada DTA Danau Toba di
Tahun 2017 menyebabkan kerugian sebesar Rp 4 332 551 640. Dalam mencapai
tujuan (goal) yaitu pengendalian karhuta melalui pengembangan wisata di Danau
Toba, maka urutan prioritas tinggi ke kecil sebagai kriteria yang dipenuhi berturut
turut adalah hospitality (0.352), atraksi (0.231), fasilitas (0.201), dan aksesibilitas
(0.216). Prioritas aktor yang memiliki peran besar ke kecil adalah pemerintah (0.5),
swasta (0.3) dan masyarakat (0.2). Strategi prioritas yang paling dibutuhkan adalah
optimalisasi hutan dan bentang lahan (0.404), ketersediaan anggaran (0.302),
pengembangan sumber daya manusia (0.168), dan kegiatan promosi (0.108).
Melalui alternatif strategi di atas dapat mengendalikan kebakaran melalui
pengembangan wisata di Danau Toba.