Hidrogel Berbasis Nanoselulosa Tongkol Jagung dan Asam Akrilat-Akrilamida dengan Metode Ikat Silang Secara Kimia dan Iradiasi Gamma
View/ Open
Date
2020Author
Nurfadila
Kurniati, Mersi
Maddu, Akhiruddin
Metadata
Show full item recordAbstract
Jagung merupakan salah satu komoditas pangan penting kedua setelah padi.
Oleh karena itu, Indonesia menjadi peringkat ke-8 sebagai negara dengan produksi
jagung terbesar di dunia. Tingginya produksi jagung tentu berkorelasi dengan
limbah tongkol jagung yang dihasilkan di Indonesia. Limbah ini akan terusmenerus
dihasilkan sehingga perlu dilakukan pemanfaatan dan pengolahan terkait
limbah tersebut. Salah satu upaya dalam pemanfaatan limbah tongkol jagung adalah
dengan memanfaatkan kandungan selulosa yang tinggi sebagai bahan baku sintesis
hidrogel. Hidrogel merupakan polimer bertaut silang yang mampu menyerap dan
menyimpan air dalam jumlah besar.
Sintesis hidrogel dilakukan menggunakan polimer alam dan sintetik. Polimer
alam tersedia melimpah di alam, tidak bersifat racun dan biaya produksi murah
tetapi kemampuan swelling (pembengkakan) rendah sedangkan polimer sintetik
mempunyai sifat swelling yang tinggi. Namun, penggunaan polimer sintetik yang
berlebihan menyebabkan hidrogel sulit tururai di alam sehingga tidak ramah
lingkungan dan bersifat racun. Kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh
masing-masing polimer menentukan sifat dan karakteristik hidrogel sehingga
dilakukan kombinasi kedua polimer dimana polimer sintetik menghasilkan hidrogel
dengan kemampuan swelling tinggi dan polimer alam menghasilkan sifat mekanik
tinggi. Rantai molekul selulosa terdiri dari bagian kristalin, parakristalin dan amorf
yang membentuk mikrofibril. Struktur kristal tersebut mempengaruhi kekuatan atau
sifat mekanik selulosa. Selain meningkatkan sifat mekanik, selulosa juga berfungsi
untuk mengubah matrik polimer menjadi bahan yang biodegradable. Penelitian ini
bertujuan untuk mensintesis dan menganalisis hidrogel berbasis nanoselulosa
tongkol jagung dan asam akrilat-akrilamida menggunakan metode ikat silang secara
kimia dan iradiasi gamma.
Modifikasi ukuran partikel selulosa dilakukan menggunakan metode mekanik
dalam ultra fine grinder dan ultrasonikasi dengan hasil distribusi ukuran rata-rata
partikel berturut-turut sebesar 2853.86 dan 533.57 nm. Nanoselulosa mampu
meningkatkan sifat swelling hidrogel karena nanoselulosa akan lebih cepat
merespon penyerapan air. Proses ikatan taut silang pada jaringan polimer hidrogel
dibentuk menggunakan metode ikat silang secara kimia dan iradiasi gamma.
Metode ikat silang kimia menggunakan inisiator ammonium persulfat (APS) dan
agen pengikat silang N,N’-metilenbisakrilamida (MBA). Dosis iradiasi metode
iradiasi gamma dan MBA pada metode ikat silang kimia menunjukkan adanya
pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% terhadap nilai swelling, fraksi gel dan derajat
grafting. Perlakuan kombinasi larutan nanoselulosa (NS) terhadap akrilamida
(AAm) juga menunjukkan adanya pengaruh berbeda nyata pada taraf 5%.
Proses pencangkokan yang terjadi pada nanoselulosa tongkol jagung dan
asam akrilat-akrilamida menghasilkan nilai derajat grafting lebih dari 90%. Nilai
derajat grafting sebanding dengan nilai fraksi gel hidrogel yang menunjukkan
adanya ikatan silang yang terbentuk akibat pemberian radiasi gamma dan agen
pengikat silang berupa MBA pada metode ikat silang kimia. Semakin banyak ikatan
taut silang yang terjadi nilai fraksi gel meningkat dan jaringan polimer hidrogel
menjadi lebih rapat dan kaku. Jaringan polimer yang kaku menyebabkan
kemampuan swelling hidrogel menurun. Kemampuan hidrogel dalam menyerap
dan mengikat air per satuan waktu ditunjukkan dengan analisis kinetika swelling
yang berhubungan dengan laju difusi hidrogel dalam menyerap air dan relaksasi
rantai polimer hidrogel. Hidrogel metode iradiasi gamma mempunyai laju difusi
sebanding dengan relaksasi rantai polimernya (tipe difusi non-Fickian) sedangkan
pada metode ikat silang kimia menunjukkan laju difusi lebih rendah dibandingkan
relaksasi rantai polimer (tipe difusi Fickian). Sifat mekanik hidrogel ditunjukkan
dengan beberapa parameter diantaranya, hardness (kekerasan), strain (tegangan),
strain (regangan), modulus elastisitas (Y) dan kerapatan ikatan silang (N).
Parameter tersebut mempunyai hubungan korelasi positif. Nilai hardness hidrogel
yang semakin meningkat disertai dengan peningkatan parameter lainnya.
Hidrogel dengan metode ikat silang secara kimia menunjukkan nilai swelling
antara 572 – 7794% sedangkan iradiasi gamma sebesar 872.1 – 15600%. Hasil yang
optimum diperoleh pada hidrogel dengan karakteristik sifat mekanik yang tinggi
pada metode ikat silang secara kimia ditunjukkan pada konsentrasi NS:AAm (1:1)
dengan konsentrasi MBA 1% menghasilkan nilai hardness sebesar 43.23 mJ
dengan swelling 1102%, fraksi gel 76.62%, derajat grafting 96.82% dan koefisien
difusi (D) yang tinggi sebesar 0.3249 m2h-1. Sementra itu, hasil optimum pada
metode iradiasi gamma, yaitu perlakuan NS:AAm sebesar (1:1) dan (1:2) dengan
dosis 10 kGy memperoleh kemampuan swelling berturut-turut sebesar 5521% dan
7327% yang dapat dipertimbangkan untuk aplikasi hidrogel selanjutnya. Hidrogel
dapat diaplikasikan sebagai bahan diapers, kondisioner tanah, pembalut luka, drug
delivery dan media tanam.