Strategi Peningkatan Kinerja dan Keberlanjutan Rantai Pasok Agroindustri Kopi Robusta di Kabupaten Tanggamus
Abstract
Agroindustri kopi Robusta terbesar kedua di Indonesia terletak di Provinsi
Lampung dengan jumlah produksi sebesar 18.35% (Kementerian Pertanian 2016).
Produksi agroindustri kopi Robusta di Lampung 96% berasal dari perkebunan
rakyat (Direktorat Jenderal Perkebunan 2016). Provinsi Lampung adalah
penghasil kopi Robusta kedua di Indonesia dengan volume produksi sebesar 110
325 ton pada tahun 2017 (BPS Kabupaten Tanggamus 2018). Kegiatan rantai
pasok agroindustri kopi Robusta di Kabupaten Tanggamus melibatkan beberapa
stakeholder didalamnya yaitu, petani, pengumpul, dan KUB. Keberlanjutan rantai
pasok tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan keuntungan dan kinerja pelaku
rantai pasok , tetapi secara bersamaan meminimasi dampak ekonomi, sosial,
lingkungan dan teknologi dalam rangka memenuhi permintaan konsumen serta
mewujudkan kesejahteraan yang ramah lingkungan.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan menganalisis mekanisme rantai
pasok, menganalisis nilai tambah, mengukur kinerja dan indeks keberlanjutan
rantai pasok agroindustri kopi Robusta serta merancang strategi peningkatan
kinerja dan keberlanjutan rantai pasok pada agroindustri kopi Robusta. Hasil
identifikasi rantai pasok menghasilkan struktur rantai pasok kopi Robusta di
Kabupaten Tanggamus terdiri dari petani, pengepul, kelompok usaha bersama
(KUB), dan eksportir. Ruang lingkup penelitian membahas aliran barang produk,
aliran keuangan dan aliran informasi pada stakeholder antara pelaku petani,
pengepul dan KUB.
Nilai tambah rantai pasok pada aktor rantai pasok dianalisis dengan metode
Hayami dengan beberapa modifikasi penyesuaian variabel dan satuan hitung nilai
tambah. Berdasarkan analisis hasil kuesioner dan survei di lapangan, rasio nilai
tambah yang diperoleh petani adalah 45.59%, pengepul 70.30%, dan KUB
85.34%. Hal ini membuktikan rasio nilai tambah pada KUB lebih tinggi daripada
pengepul dan petani. Rasio nilai tambah yang tinggi pada KUB juga dapat
dipengaruhi oleh input dan kegiatan produksi yang di lakukan. Terdapat 14 metrik
kinerja dengan lima atribut kinerja yang ditetapkan untuk mengukur kinerja rantai
pasok agroindustri kopi Robusta. Hasil pembobotan metrik pengukuran kinerja
rantai pasok yang penting untuk diperhatikan berdasarkan pendapat pakar melalui
teknik SCOR-AHP. Melalui hasil perhitungan kinerja, maka kondisi kinerja
petani berada pada kondisi kurang, pengepul dalam kondisi sedang dan KUB
masuk dalam kategori sedang. Hasil pengukuran kinerja menunjukkan bahwa
kinerja rantai pasok kopi perlu ditingkatkan dengan memperhatikan metrik kinerja
yang rendah pada tingkat pelaku petani, yaitu waktu siklus budidaya dan
pengiriman. Penilaian status keberlanjutan rantai pasok kopi Robusta dihitung
melalui empat dimensi keberlanjutan, yaitu eknomi, sosial, lingkungan, dan
teknologi. Indikator dalam dimensi keberlanjutan terdapat 24 indikator yang
dihitung melalui pendekatan Rapcoffee dan penggunaan software R. Berdasarkan
penilaian pakar, telah diperoleh nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi
sebesar 77.39%, hasil ini mengindikasikan bahwa status keberlanjutan
berdasarkan aspek ekonomi adalah hampir berkelanjutan. Berdasarkan analisis
leverage menunjukkan bahwa dari enam indikator yang dianalisis terdapat dua
indikator sensitif terhadap keberlanjutan dimensi ekonomi, yaitu (1) responsif
terhadap pelanggan (1.40) dan (2) efisiensi biaya (0.98).
Dimensi sosial memiliki enam indikator yang dinilai dalam keberlanjutan.
Status keberlanjutan yang paling tinggi terdapat pada indikator dalam penegakan
hukum sengketa lahan dan ketenagakerjaan, masing-masing mempunyai nilai 1.32
dan 1.31. Nilai ini menunjukkan bahwa kedua indikator ini sangat penting dalam
mendukung proses keberlanjutan dimensi sosial pada rantai pasok kopi Robusta.
Status berkelanjutan dimensi lingkungan berada pada status hampir berkelanjutan
dengan nilai 78.62. Indikator yang paling berpengaruh adalah pengolahan limbah
dan konsumsi energi dengan nilai masing-masing 1.37 dan 1.36. Analisis
Indikator keberlanjutan teknologi pada dimensi teknologi menunjukkan hasil
hampir berkelanjutan dengan nilai 66.67. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi
yang digunakan dalam agroindustri kopi Robusta belum menggunakan teknologi
yang modern.
Penilaian status keberlanjutan dilakukan dengan agregasi indeks
keberlanjutan yang telah diperoleh pada empat dimensi keberlanjutan, yaitu
dimensi ekonomi, sosial, teknologi, dan lingkungan. Agregasi indeks
keberlanjutan rantai pasok kopi Robusta dilakukan berdasarkan rata-rata indeks
keberlanjutan dari keempat dimensi. Adapun nilai rata-rata indeks keberlanjutan
untuk keempat dimensi adalah sebesar 77.71. Nilai ini mengindikasikan bahwa
secara keseluruhan, status keberlanjutan rantai pasok kopi Robusta di Kabupaten
Tanggamus berada pada status hampir berkelanjutan. Peningkatan kinerja dan
keberlanjutan rantai pasok kopi Robusta dirumuskan dengan beberapa alternatif
strategi yang di usulkan dan belum terstruktur untuk kemudian dapat dibobotkan
berdasarkan pendapat para pakar yang dinilai dapat mempresentasikan kondisi
yang paling prioritas dari setiap alternatif strategi tersebut.
Teknik pengolahan AHP diperuntukkan untuk mengetahui alternatif strategi
keberlanjutan melalui metode perbandingan berpasangan pada setiap hierarkinya.
Aternatif strategi yang dihasilkan menurut yang paling di prioritaskan adalah
membangun kemitraan petani dengan agroindustri, kemudian penerapan dan
pengawasan GAP (Good Agricultural Practices) dan GHP (Good Handling
Practices) komoditi kopi, lalu pemberdayaan kelompok tani untuk pengolahan
pulp kopi Robusta menjadi produk bernilai tambah, dan penerapan dan
pengawasan refraksi harga kopi berdasarkan kualitas.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2206]