Penentuan Frekuensi Kapal pada Tol Laut di Indonesia untuk Meminimumkan Biaya Operasional
View/ Open
Date
2019Author
Hardianti, Lilik
Aman, Amril
Silalahi, Bib Paruhum
Metadata
Show full item recordAbstract
Pengangkutan perdagangan internasional melalui laut mencapai 90% dan
sebesar 40% melewati laut Indonesia, namun umumnya arus perdagangan
Indonesia hanya berpusat di wilayah barat Indonesia sehingga terjadi disparitas
harga barang antara wilayah barat dan timur. Untuk mengatasi masalah tersebut
pemerintah membuat program tol laut, yaitu sistem pengangkutan barang dan
logistik skala besar yang diangkut dengan kapal berjadwal tetap. Untuk
merealisasikan program tol laut, pemerintah menetapkan beberapa pelabuhan
utama yang terdiri atas dua pelabuhan internasional yaitu Belawan dan Bitung,
dan beberapa pelabuhan nasional yaitu Batam, Tanjung Priok, Tanjung Perak,
Banjarmasin, Makassar, dan Sorong. Pelabuhan-pelabuhan ini dihubungkan
dengan pelayaran yang membentuk beberapa rute yang menghubungkan wilayah
barat dan timur Indonesia
Untuk itu, perlu pemilihan rute tol laut yang tepat agar memberikan
pemerataan distribusi yang baik dengan biaya operasional yang minimum. Salah
satu cara dalam meminimumkan biaya operasional adalah dengan
mengoptimalkan frekuensi kapal yang berlayar pada setiap rute yang ditetapkan.
Frekuensi kapal optimal apabila semua permintaan barang yang harus diturunkan
pada setiap pelabuhan terpenuhi dengan biaya total yang minimum. Frekuensi
kapal ditentukan oleh banyaknya barang yang terangkut pada setiap rute dan
kapasitas kapal yang digunakan. Kapal yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
KM Caraka Jaya Niaga dengan kapasitas kapal sebesar 115 Teus. Penelitian ini
bertujuan untuk membuat model matematika untuk menentukan frekuensi kapal
untuk semua rute pada tol laut di Indonesia.
Permasalahan ini diformulasikan menjadi model matematika penentuan
frekuensi kapal tol laut dan dibentuk ke dalam pemrograman linear bilangan bulat.
Variabel keputusan yang digunakan adalah frekuensi kapal yang berlayar pada
setiap rute dan banyaknya barang yang terangkut dan diturunkan pada setiap
perjalanan kapal di setiap rute, dengan beberapa fungsi kendala yang membatasi
permasalahan ini dan dengan fungsi tujuan meminimumkan biaya operasional
kapal.
Beberapa skenario pengujian model digunakan untuk melihat kesesuaian
hasil dari model. Pada penelitian ini digunakan lima contoh kasus yang solusinya
telah diketahui dengan memberikan biaya operasional kapal setiap rute dan
permintaan barang di ruas trayek yang berbeda-beda.
Berdasarkan aplikasi model pada rute tol laut diperoleh bahwa perjalanan
kapal optimal dapat memenuhi setiap permintaan di setiap pelabuhan. Penelitian
ini menggunakan data rute yang telah ditetapkan berdasarkan hasil kajian ITS
2014 (dalam Bappenas 2015) yang menyebutkan terdapat tujuh alternatif rute tol
laut. Dari ketujuh rute tersebut menghasilkan rute yang optimal digunakan adalah
sebanyak lima rute, yaitu rute 1, 3, 4, 5, dan 6 dengan frekuensi kapal terendah
melalui rute 6 yaitu sebanyak 15 kali dan frekuensi kapal terbanyak melalui rute 5
yaitu sebanyak 2618 kali. Dengan total biaya operasional kapal paling minimum
senilai Rp 29.864.890.000 × C (variabel biaya) dalam periode satu tahun.