Faktor-faktor Rumah Tangga yang Mencirikan Tingkat Kerawanan Pangan.
Abstract
Kerawanan pangan masih menjadi masalah krusial di Indonesia. Dalam
Indeks Kelaparan Global 2017, Indonesia meraih peringkat ke-72 dari 119 negara.
Pada 2017, untuk pertama kali Survei Sosial Ekonomi Nasional mengadopsi
pertanyaan Food Insecurity Experience Scale (FIES). Menggunakan FIES,
penelitian ini mengkaji prevalensi kerawanan pangan dan peubah-peubah rumah
tangga (RT) dengan memanfaatkan metode klasifikasi baru untuk data ordinal,
ordinal forest (OF). OF yang dikenalkan pada 2017 akan dibandingkan dengan
metode klasifikasi yang umum digunakan untuk data ordinal, yaitu regresi logistik
ordinal (RLO).
Tujuan dari penelitian ini adalah (i) mengukur kekuatan asosisasi sejumlah
peubah rumah tangga dengan tingkat kerawanan pangan, (ii) membandingkan
mutu klasifikasi OF dan RLO dalam mengklasifikasikan rumah tangga menurut
tingkat kerawanan pangan dan menentukan peubah-peubah yang nyata atau
penting, (iii) menentukan faktor-faktor rumah tangga yang dapat mencirikan
tingkat kerawanan pangan.
Hasil Cramer’s V dan Kendall’s tau-c menunjukkan bahwa peubah yang
berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan (penerimaan Kartu Perlindungan
Sosial [KPS] dan beras miskin [raskin]) merupakan peubah dengan asosiasi kuat.
Asosiasi yang kuat juga ditunjukkan oleh peubah yang berkaitan dengan
pendapatan (banyaknya pemilik rekening tabungan dan persentase pengeluaran
untuk makanan) serta peubah pendidikan kepala rumah tangga (KRT). Status
kerja KRT, ukuran RT, dan umur KRT ditemukan memiliki asosiasi yang sangat
lemah.
Dalam hal klasifikasi RT ke dalam kategori FIES, OF mencatat kinerja
lebih baik daripada RLO. Kinerja RLO buruk karena data didapati tidak seimbang
dan RLO terlalu mengutamakan kelas mayoritas. Setelah data diseimbangkan
dengan Synthetic Minority Oversampling Technique (SMOTE) dan random
undersampling, akurasi seimbang OF dan RLO menjadi tidak jauh berbeda, tetapi
OF memiliki nilai kappa terbobot linear yang relatif lebih tinggi daripada RLO.
OF yang diterapkan pada data hasil SMOTE mencatat kinerja terbaik. Lima
peubah terpenting hasil metode terbaik secara berurutan adalah penerimaan KPS,
banyaknya ART dengan rekening tabungan, persentase pengeluaran untuk
makanan, pendidikan KRT, dan penerimaan raskin.
Analisis korespondensi berganda mendapati bahwa faktor-faktor utama
yang mencirikan rumah tangga rawan pangan adalah menerima KPS, tidak
menabung di lembaga keuangan, membelanjakan lebih dari 60% pengeluaran
untuk kebutuhan makanan, memiliki KRT yang tidak/belum pernah sekolah atau
maksimal hanya tamat SD, dan menerima raskin.