Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Penting pada buah kakao di Kabupaten Nagekeo Propinsi Nusa Tenggara Timur
View/ Open
Date
2019Author
Lea, Victoria Coo
Triwidodo, Hermanu
Supramana
Metadata
Show full item recordAbstract
Kakao (Theobroma cacao L.) adalah salah satu komoditas strategis dalam
mendukung perekonomian di Nagekeo. Masalah perkebunan kakao di Nagekeo
adalah sebagian besar tanaman kakao sudah tua dan kurang produktif. Kurangnya
pemeliharaan intensif yang menyebabkan sebagian besar tanaman kakao petani
telah terserang hama dan penyakit seperti busuk buah, Helopeltis sp dan
penggerek buah kakao. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hama
dan penyakit penting serta intensitas serangan pada buah kakao, mengetahui
tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan petani dalam mengelola hama dan
penyakit tanaman kakao serta mengetahui program pemerintah dalam upaya
pengembangan dan perlindungan tanaman kakao di Kabupaten Nagekeo. Metode
penelitian menggunakan purporsive sampling data, observasi dan studi literatur.
Parameter yang diamati mencakup tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan petani
kakao Nagekeo dengan mengisi kuesioner. Pengamatan langsung dilakukan
terhadap jenis hama dan penyakit serta intensitas serangan pada buah kakao.
Hama dan penyakit penting buah kakao yang ditemukan di Kabupaten
Nagekeo adalah penggerek buah kakao, kepik pengisap kakao Helopeltis sp dan
busuk buah kakao. Intensitas serangan hama penggerek buah kakao tertinggi di
Kecamatan Boawae sebesar 6.11% yang tidak berbeda dengan Kecamatan Keo
Tengah sebesar 4.76% sedangkan Kecamatan Mauponggo intensitasnya hanya
mencapai 2.35%. Persentase buah kakao terserang hama Helopeltis sp yang terjadi
di Kecamatan Boawae yaitu 23.95% yang tidak berbeda dengan Kecamatan Keo
Tengah yaitu 20.95% dan Kecamatan Mauponggo sebesar 20.10%. Persentase
tanaman terserang penyakit busuk buah Phytophthora palmivora paling tinggi
terjadi di Kecamatan Keo Tengah yaitu 5.11% yang tidak berbeda dengan
Kecamatan Boawae sebesar 1.28%. Petani kakao di Kecamatan Mauponggo
memiliki pengetahuan baik jika dibandingkan dengan dua kecamatan lain karena
pengetahuan yang diterima oleh petani di ketiga kecamatan tersebut beragam
namun sikap dan tindakan sama dalam pengelolaan OPT. Hal ini diduga karena
kegiatan budidaya masih mengikuti kebiasaan bertani orang tua terdahulu
Pengelolaan tanaman kakao oleh petani dilakukan tidak sesuai dengan
standar budidaya kakao. Mayoritas petani mengelola tanaman hanya berdasarkan
kebiasaan petani setempat. Kegiatan penyuluhan, pendampingan pasca konseling,
dan penyebaran informasi tentang perkembangan teknologi mengenai IPM harus
dilanjutkan. Implementasi kebijakan program pengelolaan hama di Kabupaten
Nagekeo belum efektif, terutama dalam hal penggunaan benih bersertifikat,
pengendalian hama dan penggunaan pestisida di tingkat petani.
Collections
- MT - Agriculture [3772]