Show simple item record

dc.contributor.advisorTriwidodo, Hermanu
dc.contributor.advisorSupramana
dc.contributor.authorLea, Victoria Coo
dc.date.accessioned2019-12-18T06:38:36Z
dc.date.available2019-12-18T06:38:36Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/100220
dc.description.abstractKakao (Theobroma cacao L.) adalah salah satu komoditas strategis dalam mendukung perekonomian di Nagekeo. Masalah perkebunan kakao di Nagekeo adalah sebagian besar tanaman kakao sudah tua dan kurang produktif. Kurangnya pemeliharaan intensif yang menyebabkan sebagian besar tanaman kakao petani telah terserang hama dan penyakit seperti busuk buah, Helopeltis sp dan penggerek buah kakao. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hama dan penyakit penting serta intensitas serangan pada buah kakao, mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan petani dalam mengelola hama dan penyakit tanaman kakao serta mengetahui program pemerintah dalam upaya pengembangan dan perlindungan tanaman kakao di Kabupaten Nagekeo. Metode penelitian menggunakan purporsive sampling data, observasi dan studi literatur. Parameter yang diamati mencakup tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan petani kakao Nagekeo dengan mengisi kuesioner. Pengamatan langsung dilakukan terhadap jenis hama dan penyakit serta intensitas serangan pada buah kakao. Hama dan penyakit penting buah kakao yang ditemukan di Kabupaten Nagekeo adalah penggerek buah kakao, kepik pengisap kakao Helopeltis sp dan busuk buah kakao. Intensitas serangan hama penggerek buah kakao tertinggi di Kecamatan Boawae sebesar 6.11% yang tidak berbeda dengan Kecamatan Keo Tengah sebesar 4.76% sedangkan Kecamatan Mauponggo intensitasnya hanya mencapai 2.35%. Persentase buah kakao terserang hama Helopeltis sp yang terjadi di Kecamatan Boawae yaitu 23.95% yang tidak berbeda dengan Kecamatan Keo Tengah yaitu 20.95% dan Kecamatan Mauponggo sebesar 20.10%. Persentase tanaman terserang penyakit busuk buah Phytophthora palmivora paling tinggi terjadi di Kecamatan Keo Tengah yaitu 5.11% yang tidak berbeda dengan Kecamatan Boawae sebesar 1.28%. Petani kakao di Kecamatan Mauponggo memiliki pengetahuan baik jika dibandingkan dengan dua kecamatan lain karena pengetahuan yang diterima oleh petani di ketiga kecamatan tersebut beragam namun sikap dan tindakan sama dalam pengelolaan OPT. Hal ini diduga karena kegiatan budidaya masih mengikuti kebiasaan bertani orang tua terdahulu Pengelolaan tanaman kakao oleh petani dilakukan tidak sesuai dengan standar budidaya kakao. Mayoritas petani mengelola tanaman hanya berdasarkan kebiasaan petani setempat. Kegiatan penyuluhan, pendampingan pasca konseling, dan penyebaran informasi tentang perkembangan teknologi mengenai IPM harus dilanjutkan. Implementasi kebijakan program pengelolaan hama di Kabupaten Nagekeo belum efektif, terutama dalam hal penggunaan benih bersertifikat, pengendalian hama dan penggunaan pestisida di tingkat petani.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcPest controlid
dc.subject.ddcPest managementid
dc.subject.ddc2019id
dc.subject.ddcNusa Tenggara Timurid
dc.titleOrganisme Pengganggu Tanaman (OPT) Penting pada buah kakao di Kabupaten Nagekeo Propinsi Nusa Tenggara Timurid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordConopomorpha cramerelaid
dc.subject.keywordpengendalian hama terpaduid
dc.subject.keywordperkebunan rakyatid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record