Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/98208
Title: Etnomedisin Tumbuhan Pelawan (Tristaniopsis spp.) dalam Kehidupan Masyarakat Lom Pulau Bangka
Authors: Sulistyaningsih, Yohana C
Walujo, Eko Baroto
Hartanto, Salpa
Issue Date: 2019
Publisher: Bogor Agricultural University (IPB)
Abstract: Masyarakat Lom Pulau Bangka memanfaatkan tumbuhan dalam kehidupan mereka terutama sebagai bahan obat-obatan, salah satunya adalah tumbuhan pelawan (Tristaniopsis spp.). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemanfaatan tumbuhan pelawan terutama sebagai bahan obat, serta menganalisis kandungan dan lokasi senyawa metabolit sekunder melalui uji fitokimia dan histokimia. Penelitian ini meliputi pengambilan data lapang, uji fitokimia kualitatif dan pengujian histokimia. Pengambilan data lapang dilakukan dengan teknik wawancara. Narasumber dibagi ke dalam kategori informan (I) dan responden (R). Responden dikelompokkan menjadi dua variabel, yaitu variabel tetap yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin, sedangkan variabel tidak tetap dibedakan berdasarkan umur, pekerjaan dan status sosial. Pengujian fitokimia dilakukan dengan mengikuti metode Harborne. Sediaan mikroskopis dibuat untuk pengujian histokimia menggunakan reagen tertentu. Data hasil wawancara yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif, sedangkan hasil uji fitokimia dan histokimia dianalisis secara deskriptif. Berdsasarkan hasil wawancara diketahui terdapat tiga jenis pelawan yang dikenal masyarakat Lom, yaitu pelawan padang (T. merguensis), pelawan air (T. whiteana) dan pelawan tudag (T. kalimantanensis). Ketiga jenis ini secara umum digunakan sebagai bahan bangunan dan kayu bakar. Jenis pelawan air dan pelawan tudag digunakan sebagai bahan jembatan. Pelawan padang secara khusus digunakan sebagai bahan obat tradisional, penghasil madu dan bahan rumah bagan apung. Responden yang berumur di atas 40 tahun memiliki persentase yang lebih tinggi dalam mengetahui manfaat ketiga jenis pelawan pada hampir semua kegunaan. Responden perempuan berumur di bawah 40 tahun memiliki persentase paling tinggi dalam mengetahui manfaat pelawan padang sebagai kayu bakar. Berdasarkan latar belakang pekerjaan diketahui bahwa kelompok masyarakat Lom yang tidak bekerja secara umum memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan kelompok karyawan dan petani dalam pengetahuan pemanfaatan pelawan. Pemanfaatan pelawan oleh masyarakat Lom ternyata tidak dipengaruhi oleh status sosial. Pengetahuan responden terhadap pelawan lebih cenderung dipengaruhi oleh bagaimana pengetahuan sebelumnya diturunkan dan dipelajari generasi setelahnya. Pelawan padang memiliki 11 kegunaan dalam menyembuhkan penyakit menurut persepsi masyarakat Lom. Pemanfaatan pelawan padang dalam bentuk tunggal dapat digunakan untuk mencegah kehamilan, penanganan penyakit koreng, luka bakar dan gatal-gatal alergi; sedangkan dalam bentuk ramuan digunakan untuk mengobati cacar air, luka baru, malaria, diare, sariawan, infeksi luka dan iritasi kulit. Jenis tumbuhan lain yang digunakan dalam ramuan ini, yaitu: mengkirai (Trema orientalis), medang mencena (Dapnipyllum laurinum), kebentak (Wikstroemia androsaemifolia), pakeung (Pteridium aquilinum), kayu puleh (Eurycoma longifolia), mentangor perit (Callophyllum pulcherrimum), remambong (Glochidion celastroides), dan sagu rorot (Marantha arundinacea). Uji fitokimia kualitatif pada ketiga jenis pelawan menunjukkan hasil positif mengandung senyawa glikosida, triterpenoid, saponin, alkaloid, hidrokuinon, tanin dan flavonoid. Kelompok steroid tidak ditemukan pada organ akar dan kulit batang pelawan padang; kulit batang dan ranting pelawan air; serta semua organ pada jenis pelawan tudag. Tumbuhan pelawan mengakumulasi senyawa metabolit sekunder pada rongga sekretori dan sel idioblas. Sel idioblas bagian korteks akar dan idioblas pada hipodermis daun ketiga jenis pelawan mengakumulasi senyawa alkaloid, lipofil dan terpenoid. Ketiga senyawa ini juga terdapat pada sel idioblas bagian korteks kulit batang pelawan padang dan pelawan tudag; idioblas bagian korteks ranting pelawan air dan pelawan tudag; serta rongga sekretori daun dan idioblas bagian jejari floem kulit batang pelawan air. Senyawa alkaloid dan terpenoid terakumulasi pada rongga sekretori daun dan ranting pelawan padang. Senyawa lipofil terakumulasi pada rongga sekretori daun pelawan air. Senyawa fenol dan tanin terakumulasi pada idioblas korteks ranting ketiga jenis pelawan; idioblas pada hipodermis daun pelawan padang dan pelawan tudag; idioblas bagian korteks akar pelawan air dan pelawan pelawan tudag; idioblas pada silinder pembuluh akar dan idioblas bagian korteks kulit batang pelawan padang; idioblas pada jejari floem kulit batang pelawan air. Senyawa fenol juga terakumulasi pada sel idioblas jaringan hipodermis daun pelawan air dan idioblas bagian korteks kulit batang pelawan tudag. Senyawa tanin terakumulasi pada rongga sekretori daun pelawan air dan idioblas pada jejari floem bagian kulit batang pelawan tudag. Senyawa flavonoid hanya terdeteksi pada rongga sekretori akar pelawan air.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/98208
Appears in Collections:MT - Mathematics and Natural Science

Files in This Item:
File SizeFormat 
2019sha.pdf
  Restricted Access
25.55 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.