Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/98050| Title: | Pengembangan Model Integrasi Penilaian Kerusakan Ekosistem Mangrove Akibat Tumpahan Minyak di Perairan Selat Peleng Kabupaten Banggai dan Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah |
| Authors: | Zamani, Neviaty Putri Sanusi, Harpasis S Riani, Etty Fahrudin, Achmad Putranto, Sugeng |
| Issue Date: | 2019 |
| Publisher: | Bogor Agricultural University (IPB) |
| Abstract: | Peningkatan transportasi laut di Selat Peleng, Kabupaten Banggai dan Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah seperti kapal tanker berpotensi menyebabkan kerusakan lingkungan, seperti kasus tabrakan kapal tanker yang dapat menyebabkan tumpahan minyak. Peristiwa tumpahan minyak di lingkungan laut dapat menyebabkan kerusakan pada ekosistem mangrove. Penilaian kerusakan ekosistem ini dapat dilakukan dengan pendekatan model integrasi menggunakan analisis indeks kepekaan mangrove, model tumpahan minyak dan perhitungan nilai ekonomi. Hingga kini penggunaan model integrasi hanya terbatas pada indeks kepekaan mangrove dan model tumpahan minyak, sehingga diperlukan pengembangan 3 (tiga) model integrasi pendugaan kerusakan ekosistem mangrove dengan menggunakan komponen nilai ekonomi. Model ini akan menampilkan simulasi pola sebaran minyak, tingkat kerentanan ekosistem mangrove dan nilai kerusakan mangrove tersebut akibat tumpahan minyak secara terintegrasi Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan model integrasi penilaian kerusakan ekosistem mangrove akibat tumpahan minyak dengan mengabungkan nilai IKM (Indeks Kepekaan Mangrove), pola sebaran minyak, dan nilai kerusakan ekosistem mangrove. Penelitian ini dilakukan di sembilan Kecamatan di Selat Peleng Kabupaten Banggai dan Banggai Kepulauan. Tahap pertama penelitian adalah membuat skenario tumpahan minyak dan pemilahan lokasi yang diprakirakan terkena dampak tumpahan minyak yaitu Batui Selatan, Batui, Luwuk Timur, Lamala, Masama, Balantak dan Bualemo (terletak di wilayah administratif Kabupaten Banggai) dan Kecamatan Bulagi dan Buko (terletak di wilayah administrasi Kabupaten Banggai Kepulauan) serta melakukan survei awal untuk sensus masyarakat dan nelayan yang tinggal di sekitar area ekosistem mangrove. Tahap kedua melakukan survei kepada masyarakat dan nelayan yang tinggal di sekitar ekosistem mangrove dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling pada 81 responden. Tahap ketiga melakukan pengambilan data primer untuk ekosistem, mangrove dan kondisi sekitar area mangrove (sungai dan pesisir), serta data oseanografi yang diperoleh dari data sekunder. Penelitian dilakukan dari bulan Agustus sampai November 2016. Pengolahan data sosial menggunakan analisis kuantitatif (tabulasi data) yang nantinya akan dihitung menjadi total economy value (TEV), sedangkan untuk ekosistem mangrove dilakukan analisis data dengan menghitung struktur komunitas mangrove Nilai Indeks Kepekaan Mangrove (IKM) menggunakan program Arc GIS, sedangkan untuk pola sebaran minyak menggunakan aplikasi model OILMAP yang akan memperlihatkan pola sebaran minyak secara spasial temporal. Hasil analisis IKM diperoleh kisaran nilai kepekaan dari sedang hingga peka. Daerah yang memiliki tingkat kepekaan sedang adalah Kecamatan Balantak, iii Masama, Lamala, Luwuk Timur, Bualemo, dan Batui (Kabupaten Banggai) dan Buko (Banggai Kepulauan) dengan nilai antara 10.67-22.69. Nilai IKM dengan kategori peka dengan rentang 35.21-44.92 pada kecamatan Batui Selatan (Kabupaten Banggai), dan Bulagi (Banggai Kepulauan). Sebagian besar penduduk memanfaatkan ekosistem mangrove, baik sebagai lokasi untuk mencari ikan dan kepiting maupun untuk diambil kayunya sebagai kebutuhan rumah tangga mereka. Beberapa wilayah yang sudah memiliki peraturan khusus tentang pemanfaatan ekosistem magrove, namun ada juga wilayah yang belum ada peraturan tentang pemanfaatan mangrove, sehingga dikhawatirkan terjadi pemanfaatan ekosistem magrove yang berlebihan. Total Economy Value (TEV) dilokasi penelitian diperoleh sebesar Rp 22.644.656.169,-/thn, dengan nilai ekonomi tertinggi diperoleh dari manfaat mangrove secara tidak langsung yaitu sebagai pelindung pantai. Nilai tersebut mencapai Rp 16.455.794.485,-thn atau sebesar 72.67%. Pada urutan kedua adalah nilai manfaat mangrove untuk bahan bangunan yaitu Rp 5.827.227.000,-/thn atau sebesar 25.73%). Dari dua skenario yang dibuat, nilai total kerusakan tertinggi pada skenario 1 (Pelabuhan DSLNG) akibat tumpahan minyak sebesar Rp 1.704.734.440,-/thn terjadi pada musim barat yaitu pada bulan November sampai Februari, sedangkan nilai total kerusakan tertinggi pada skenario 2 (Mulut Selat Peleng) sebesar Rp. 10.430.719.378,-/thn yang terjadi pada simulasi musim peralihan kedua yaitu Bulan September-Oktober. Hal ini disebabkan karena pada skenario 2, luas sebaran dampak mencapai 3 kecamatan dengan ekosistem mangrove termasuk katagori baik. Hasil perhitungan nilai kerusakan dengan menggunakan pendekatan metode respon organisme lebih baik jika dibandingkan dengan pendekatan metode generik, oleh karena respon organisme tidak mengasumsikan 100% pohon mangrove mati akan tetapi hanya pohon mangrove yang rentan terhadap tumpahan minyak yang diasumsikan mati (tinggi pohon < 3 m). Model intergrasi dapat menampilkan secara spasial sebaran dari tumpahan minyak, nilai indeks kepekaan mangrove dan nilai kerusakan kerusakan lingkungan ekosistem mangrove secara bersamaan. |
| URI: | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/98050 |
| Appears in Collections: | DT - Fisheries |
Files in This Item:
| File | Size | Format | |
|---|---|---|---|
| 2019spu.pdf Restricted Access | 27.33 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.