Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/97808
Title: Pola Pertumbuhan Tanaman dan Deteriorasi Benih serta Pola Spasial Kesesuaian Lahan dalam Produksi Benih Kacang Bambara (Vigna subterranea (L) Verdc).
Authors: Ilyas, Satriyas
Qadir, Abdul
Budhianto, Bambang
Suryati, Happy
Issue Date: 2019
Publisher: IPB (Bogor Agricultural University)
Abstract: Kacang bambara merupakan tanaman yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia, karena merupakan tanaman yang toleran pada daerah marjinal, tidak memerlukan input budidaya yang banyak, serta mempunyai kandungan gizi yang lengkap sebagai pangan alternatif. Produktivitas kacang bambara yang masih rendah antara lain disebabkan belum digunakan benih yang bermutu, dan sampai saat ini belum ada varietas hasil pemuliaan yang dilepas. Belum ada pemisahan budidaya kacang bambara untuk konsumsi dengan budidaya produksi benih, sehingga mutu benih yang digunakan tidak terjamin. Upaya yang dilakukan untuk mendapatkan benih kacang bambara yang bermutu, dapat dimulai dengan mempelajari masing masing lanras kacang bambara melalui pola pertumbuhan, menerapkan perlakuan invigorasi dan jarak tanam optimum, pola deteriorasi benih, dan pola spasial kesesuaian lahan. Lanras yang digunakan merupakan lanras yang sudah berkembang di daerah asalnya yaitu lanras Sumedang, Sukabumi, Gresik dan lanras Tasikmalaya. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) menyusun pola pertumbuhan empat lanras kacang bambara pada tiga jarak tanam yang berbeda, (2) mendapatkan informasi pengaruh invigorasi dan jarak tanam terhadap produksi benih empat lanras kacang bambara di Indonesia, (3) menyusun pola deteriorasi benih empat lanras kacang bambara pada tiga jenis permeabilitas kemasan yang berbeda selama enam bulan penyimpanan terbuka dan (4) membuat model spasial berupa peta dan informasi tentang wilayah yang potensial sesuai dengan syarat tumbuh untuk pengembangan tanaman kacang bambara di Pulau Jawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pertumbuhan tanaman kacang bambara mempunyai pola umum eksponensial berbentuk sigmoid dengan persamaan umum, y = a / (1 +exp (b*ln(x/c)) dengan a, b dan c merupakan konstanta yang berbeda pada masing masing lanras. Pola pertumbuhan tanaman berbasis bobot kering yang dilakukan menunjukkan jarak tanam 60 cm x 25 cm menghasilkan bobot kering akar, batang, daun dan polong yang paling tinggi. Lanras Sumedang memiliki pola pertumbuhan akar, batang dan daun yang paling tinggi dibandingkan ketiga lanras lainnya, namun menunjukkan pola pertumbuhan polong yang paling rendah. Hal ini menunjukkan lanras Sumedang mentranslokasi sebagian besar hasil fotosintesisnya ke pertumbuhan vegetatif dibandingkan pertumbuhan generatif, sehingga menghasilkan polong yang rendah. Lanras Gresik memanfaatkan asimilat untuk pembentukan akar, batang, dan daun (bagian vegetatif tanaman) pada stadia vegetatif yang seimbang dengan pertumbuhan generatif terbukti lanras Gresik menghasilkan bobot kering polong tertinggi dibandingkan ketiga lanras lainnya. Lanras Gresik mempunyai indeks panen tertinggi. Indeks panen yang tinggi menunjukkan tanaman efektif membagi asimilat menjadi hasil panen ekonomis berupa polong dibandingkan panen biologis berupa hasil seluruh bagian tanaman. v Perlakuan invigorasi (matriconditioning + Rhizobium sp dan hydropriming) mampu meningkatkan daya tumbuh benih kacang bambara dibandingkan benih yang tidak diinvigorasi. Jarak tanam 40 cm x 10 cm meningkatkan tinggi tanaman lanras Sumedang, Sukabumi dan Tasikmalaya, sebaliknya jarak tanam 60 cm x 25 cm yang merupakan jarak tanam yang lebar meningkatkan diameter kanopi empat lanras yang digunakan. Invigorasi meningkatkan daya tumbuh empat lanras kacang bambara, namun tidak meningkatkan tinggi tanaman pada semua lanras. Benih tanpa invigorasi pada jarak tanam 50 cm x 20 cm menghasilkan bobot kering per petak tertinggi pada lanras Sumedang. Hydropriming pada jarak tanam 60 cm x 25 cm menghasilkan bobot kering polong per tanaman tertinggi pada lanras Sukabumi dan Gresik. Benih tanpa invigorasi pada jarak tanam 60 cm x 25 cm menghasil bobot kering polong per petak tertinggi pada lanras Gresik. Pola deteriorasi benih kacang bambara yang didapat dari penelitian ini berbentuk sigmoid dengan persamaan umum y = a / (1 +exp ((x + b)/c)) dengan a, b dan c merupakan konstanta yang berbeda pada masing-masing lanras. Lanras Sumedang yang disimpan dalam kemasan dengan permeabilitas tinggi (karung plastik) menunjukkan pola deteriorasi dengan laju penurunan yang cepat pada peubah daya berkecambah (DB) dan laju peningkatan yang cepat untuk peubah daya hantar listrik (DHL), hal ini menunjukkan lanras Sumedang memiliki daya simpan yang pendek. Lanras Gresik yang disimpan dalam kemasan dengan permeabilitas yang rendah menunjukkan pola deteriorasi dengan laju penurunan DB dan laju kenaikan DHL yang lambat, yang menunjukkan lanras Gresik mempunyai daya simpan yang lebih lama. Lanras Sukabumi dan Tasikmalaya yang disimpan dalam kemasan dengan permeabilitas yang rendah mempunyai daya simpan yang cukup panjang. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menetapkan daya simpan benih kacang bambara dan membangun model pendugaan daya simpan benih. Peta kesesuaian lahan produksi benih disusun berdasarkan syarat tumbuh kacang bambara, dengan input berasal dari data citra lansat 8 ETM+, peta jenis tanah, data curah hujan tahunan rata rata, peta rupa bumi dan peta penutupan lahan di Pulau Jawa, yang dianalisis dan di tumpangsusun menggunakan software ArcMap 10.5. Hasil survei menunjukkan bahwa budidaya kacang bambara hanya dilakukan di Pulau Jawa, sehingga peta kesesuaian lahan dan daerah potensial untuk produksi benih dan pengembangan kacang bambara yang dihasilkan adalah peta Pulau Jawa. Peta kesesuaian lahan menunjukkan sebagian besar daerah di Pulau Jawa mempunyai kategori sesuai untuk produksi benih kacang bambara. Daerah potensial produksi benih dan pengembangan kacang bambara di Pulau Jawa adalah propinsi Banten seluas 324 636.68 ha, DKI Jakarta seluas 4 322.01 ha, Jawa Barat seluas 1 136 791.99 ha, Jawa Tengah seluas 1 019 082.57 ha, Jawa Timur seluas 1 414 205.72 ha dan DI Yogyakarta seluas 157 132.22 ha.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/97808
Appears in Collections:DT - Agriculture

Files in This Item:
File SizeFormat 
2019hsu.pdf
  Restricted Access
67.5 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.