Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/97107
Title: Kekuatan Lentur Strand Woven Bamboo (SWB) pada Berbagai Ukuran
Authors: Nugroho, Naresworo
Bahtiar, Effendi Tri
Wahyuni, Sri
Issue Date: 2019
Publisher: Bogor Agricultural University (IPB)
Abstract: Bambu merupakan tumbuhan yang tingkat pertumbuhannya tinggi, namun penggunaan buluh bambu utuh sebagai bahan konstruksi masih terbatas terutama karena diameternya kecil dan sifat mekanisnya bervariasi. Salah satu produk komposit yang dikembangkan untuk mengoptimalkan penggunaan bambu adalah Strand Woven Bamboo (SWB). Rendemen SWB tinggi karena dapat memanfaatkan 80% bahan baku masukan. SWB terdiri atas serabut bambu yang dikempa sehingga menjadi balok padat dengan menggunakan resin phenol formaldehyde. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan menganalisis pengaruh faktor ukuran dan posisi pembebanan terhadap kekuatan lentur SWB. Jenis bambu yang digunakan sebagai bahan SWB yaitu campuran bambu hitam, tali, mayan, dan gombong. Metode pengujian kekuatan lentur dan kekakuan SWB mengacu pada ASTM D-143 dengan modifikasi beberapa ukuran contoh uji. Hasil penelitian ini menunjukkan semakin tebal SWB maka nilai MOE dan MOR semakin menurun. Perubahan nilai MOE dan MOR ini dikuantifikasi dengan nilai faktor ukuran. Nilai faktor ukuran cenderung kecil seiring dengan semakin besarnya dimensi contoh uji karena kemungkinan kandungan cacat lebih banyak terdapat pada benda berukuran besar dibandingkan yang berukuran kecil. Penelitian ini menunjukkan bahwa Size Factor (F) untuk MOE pada SWB dapat dihitung dengan rumus F=(51/d)0.08497, F=1.223359-0.223359(d/51)0.5, atau F=0.78440335*(d2+7432.33)/ (d2+5269.18), sedangkan size faktor untuk MOR dapat dihitung dengan rumus F=(51/d)0.100051, F=1.272458-0.272458 (d/51)0.5, atau F=0.00000390*(d2+5.939797055)/(d2+2.0545). Selain faktor ukuran, posisi pembebanan juga berpengaruh terhadap nilai MOE dan MOR. Pengujian lentur dengan posisi pembebanan tegak menghasilkan nilai MOE yang lebih tinggi dibandingkan pembebanan rebah. Sebaliknya nilai MOR pada posisi rebah lebih tinggi dibandingkan posisi tegak. Rasio antara lebar terhadap tebal (b/h) digunakan untuk menduga pengaruh posisi pembebanan terhadap nilai MOE dan MOR SWB. Pada posisi pembebanan tegak semakin tinggi b/h maka nilai MOE dan MOR semakin rendah, sebaliknya pada posisi pembebanan rebah, semakin tinggi nilai b/h maka nilai MOE dan MOR semakin tinggi pula.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/97107
Appears in Collections:UT - Forestry Products

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
E19swa.pdf
  Restricted Access
Fulltext11.52 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.