Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/95858
Title: Analisis Perubahan Lahan dan Sebaran Mangrove Serta Hubungannya dengan Sebaran Muatan Padatan Tersuspensi dari Citra Landsat di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau
Authors: Paulus, Siregar,Vincentius
Nurjaya, I Wayan
Audina, Nur
Issue Date: 2018
Publisher: Bogor Agricultural University (IPB)
Abstract: Mangrove berfungsi sebagai pelindung abrasi pantai, kawasan pemijahan serta sebagai habitat alami bagi berbagai jenis biota darat dan laut. Mangrove banyak dimanfaatkan sebagai penghasil kayu, kawasan wisata serta wilayah konservasi. Adanya pemanfaatan mangrove tersebut menyebabkan terjadi perubahan luasan mangrove yang berdampak pada keseimbangan ekosistem perairan. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan dan menganalisis perubahan sebaran mangrove di Bintan, Kepulauan Riau menggunakan citra satelit Landsat. Data yang dikumpulkan adalah data insitu dan satelit. Data satelit yang digunakan adalah satelit Landsat 5 TM (2005 dan 2009) dan Landsat 8 OLI/TIRS (2013 dan 2017). Sedangkan data insitu yang digunakan adalah jenis mangrove, substrat perairan dan arus di Desa Pengudang dan Desa Berakit. Data pendukung yang digunakan adalah data pasang surut tahun 2018. Klasifikasi yang digunakan untuk analisis tutupan lahan yaitu dengan menggunakan algoritma Maximum Likelihood dan 4 kernel pada Support Vector Machine. Lokasi yang digunakan untuk analisis perubahan tutupan lahan adalah Desa Berakit, Bintan Buyu dan Teluk Sesah. Pemilihan 3 lokasi tersebut berdasarkan zonasi mangrove dan keadaan mangrove yang berbeda. Perubahan tutupan lahan selanjutnya akan dibahas dengan sebaran konsentrasi muatan padatan tersuspensi (MPT) dan perubahan garis pantai. Mangrove didominasi oleh jenis Rhizopora apiculata dan Rhizopora mucronata. Mangrove masih memiliki peranan khususnya di Kabupaten Bintan karena hampir mendominasi di seluruh kawasan pesisir. Keadaan mangrove di beberapa lokasi telah mengalami kerusakan menjadi kering atau mati (Teluk Sesah) dan alih konversi lahan (Bintan Buyu, Penaga, Berakit). Tingkat kerapatan mangrove di Pesisir Bintan adalah jarang sampai rapat. Zonasi mangrove terbagi atas zonasi pantai yang terdapat di Desa Berakit, zonasi muara di Desa Bintan Buyu dan zonasi sungai di Desa Teluk Sesah. Klasifikasi dengan menggunakan algoritma Support Vector Machine tipe kernel Radial Basis Function menghasilkan akurasi yang tinggi yaitu 70,41% sedangkan Maximum Likelihood mendapatkan akurasi 54,93 %. Hasil uji signifikansi terlihat tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara algoritma Support Vector Machine dengan tipe kernel Radial Basis Function dengan SVM tipe kernel Sigmoid. Analisis perubahan lahan tahun 2005-2017 menunjukkan bahwa perkebunan memiliki luasan terbanyak di Desa Berakit, Bintan Buyu dan Teluk Sesah. Luasan mangrove menjadi berkurang pada tahun 2009 selanjutnya mengalami pertambahan sampai tahun 2017 di Desa Berakit dan Bintan Buyu sedangkan Teluk Sesah mengalami pertambahan luasan mangrove pada tahun 2009 dan terjadi luasan mangrove yang berkurang tahun 2013. Pemukiman pada masingmasing desa mengalami peningkatan. Lahan terbuka mengalami peningkatan luasan pada tahun 2009 hingga 2013 dan menjadi berkurang pada tahun 2017 di Desa Berakit dan Teluk Sesah sedangkan Bintan Buyu luasan lahan terbuka menjadi berkurang pada tahun 2009 selanjutnya mengalami peningkatan tahun 2013 dan menjadi berkurang pada tahun 2017. Perubahan konsentrasi MPT memiliki korelasi yang tinggi dengan luasan perkebunan di Desa Berakit dan Teluk Sesah yaitu 98 % dan 47% sedangkan Desa Bintan Buyu perubahan konsentrasi MPT dengan luasan pemukiman yaitu 93%. Perubahan luasan perkebunan disebabkan banyaknya kelompok tani membuka lahan perkebunan kelapa atau karet yang dijadikan sebagai mata pencaharian sedangkan perubahan luasan pemukiman di Bintan Buyu disebabkan dijadikannya Bintan Buyu sebagai ibukota Kabupaten Bintan tahun 2003 sehingga terjadi pembangunan pada pemukiman dan kantor pemerintah. Adanya aktivitas manusia pada suatu kawasan dapat mengakibatkan terjadinya garis pantai. Perubahan garis pantai banyak terjadi di Desa Berakit sehingga mengakibatkan terjadinya abrasi pantai. Hal ini disebabkan adanya aktivitas penambangan pasir secara berkelanjutan sehingga memberikan pengaruh terhadap kecepatan air laut yang langsung menghantam pantai tersebut. Pada Desa Bintan Buyu dan Teluk Sesah mengalami akresi pada garis pantai yang disebabkan bertambah luasnya perkebunan, pemukiman serta lahan terbuka.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/95858
Appears in Collections:MT - Fisheries

Files in This Item:
File SizeFormat 
2018nau.pdf
  Restricted Access
25.97 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.