Regulasi Lintasan Aging pada Khamir Saccharomyces cerevisiae oleh Ekstrak Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa L.)

Abstract

Penuaan pada tingkat seluler dapat menimbulkan banyak penyakit. Radikal bebas dan advanced glycation end products (AGEs) diketahui sebagai penyebab utama terjadinya cekaman oksidatif yang memicu terjadinya penuaan seluler. Antioksidan dapat melindungi tubuh dari cekaman oksidatif akibat serangan radikal bebas dengan mengurangi efek negatifnya. Sumber antioksidan dapat diperoleh dari tumbuhan seperti rosela (H. sabdariffa. L). Penelitian tentang aktivitas kelopak rosela sebagai antioksidan telah banyak dilaporkan, tetapi kemampuan rosela sebagai anti-aging belum banyak diteliti. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kemampuan ekstrak kelopak bunga rosela untuk meningkatkan masa hidup S. cerevisiae sebagai organisme model. Kelopak bunga rosela diekstraksi menggunakan etanol 70% dengan metode maserasi. Uji 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) dan uji 2,2-azinobis-(3-etilbenzothiazoline-6-sulfonic acid (ABTS), dilakukan untuk mengukur kemampuan IC50 ekstrak kelopak bunga rosela sebagai antioksidan. Uji antiglikasi dilakukan untuk mengukur kemampuan IC50 ekstrak dalam meredam AGEs. Ekstrak selanjutnya diujikan kepada khamir sebagai organisme model untuk melihat lintasan aging yang dilalui khamir setelah penambahan ekstrak kelopak bunga rosela. Tahapan pengujian meliputi; uji lama masa hidup (aging) khamir dan toleransi khamir terhadap cekaman oksidatif dengan metode spot assay, uji aktivitas mitokondria pada khamir S. cerevisiae, dan analisis Real Time-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Rendemen ekstrak yang diperoleh sebesar 39,6%. Nilai IC50 uji DPPH, ABTS, dan antiglikasi dari ekstrak kelopak bunga rosela masing-masing adalah 367,6 ppm, 921,4 ppm, dan 528,3 ppm, jika dibandingkan dengan kontrol positif yaitu asam askorbat (uji antioksidan) dan aminoguanidin (uji antiglikasi) aktivitas ekstrak kelopak bunga rosela tergolong rendah. Adapun hasil uji antioksidan dan anti-aging yang dilakukan secara in vivo dengan metode spot pada organisme model, khamir S. cerevisiae, menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak kelopak bunga rosela memiliki kemampuan memperpanjang masa hidup khamir dalam kondisi stres oksidatif setara dengan perlakuan calorie restriction (CR). Kondisi CR (YPD 0,5%) digunakan sebagai kontrol positif karena telah dilaporkan mampu memperpanjang masa hidup khamir. Pada penelitian ini diketahui bahwa ekstrak kelopak bunga rosela juga mampu meregulasi aktivitas mitokondria pada khamir sebagai organisme model. Aktivitas mitokondria khamir yang diberikan perlakuan ekstrak kelopak bunga rosela lebih tinggi daripada yang tanpa perlakuan ekstrak dan bahkan lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan CR (YPD 0,5%). Dari berbagai konsentrasi ekstrak kelopak bunga rosela yang diujikan, konsentrasi 300 ppm merupakan konsentrasi terbaik yang mampu memperpanjang masa hidup khamir. Tingkat ekspresi gen sirtuin2 (SIR2), glutathione peroxidase (GPX1), dan glutathione reductase (GLR1) pada khamir yang diberikan perlakuan ekstrak kelopak bunga rosela 300 ppm, lebih tinggi daripada khamir yang tidak diberikan perlakuan ekstrak kelopak bunga rosela. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak kelopak bunga rosela mampu meregulasi lintasan aging pada khamir S. cerevisiae. Efek anti-aging ekstrak kelopak bunga rosela pada khamir S. cerevisiae terjadi melalui peningkatan resistensi terhadap cekaman oksidatif yakni dengan meningkatkan aktivitas mitokondria dan ekspresi gen antioksidan (GLR1 dan GPX1) serta gen kunci lintasan aging, SIR2.