Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/95073
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorMaharijaya, Awang-
dc.contributor.advisorSobir-
dc.contributor.authorAprilia, Ita-
dc.date.accessioned2018-11-15T02:06:05Z-
dc.date.available2018-11-15T02:06:05Z-
dc.date.issued2018-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/95073-
dc.description.abstractBawang merah (Allium cepa L. var. aggregatum) merupakan komoditas strategis yang bernilai ekonomi tinggi. Bawang merah memiliki fungsi penting bagi masyarakat Indonesia karena sebagai komponen utama hampir semua bumbu masakan, sehingga selalu dibutuhkan baik oleh kalangan rumah tangga maupun industri masakan. Komoditas bawang merah juga memiliki nilai ekspor yang cukup tinggi sehingga berperan dalam peningkatan ekonomi nasional. Oleh sebab itu, untuk memenuhi permintaan konsumen baik dalam maupun luar negeri, maka peningkatan produksi harus terus dilakukan, salah satunya dengan perakitan varietas unggul berproduktivitas tinggi. Penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum f.sp cepae merupakan salah satu penyakit penting yang mempengaruhi produksi bawang merah, sehingga penting untuk menyertakan karakter ketahanan terhadap penyakit layu fusarium dalam perakitan varietas unggul bawang merah. Pengumpulan plasma nutfah dari berbagai wilayah di Indonesia, telah dilakukan oleh Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) IPB sebagai langkah awal dalam pemuliaan tanaman bawang merah. Plasma nutfah yang terkumpul sebanyak 19 genotipe diantaranya genotipe Batu Ijo, Bauji, Bentanis, Bima Brebes, Bima Curut, Biru Lancor, Katumi, Kramat 1, Lembah Palu, Maja Cipanas, Manjung, Mentes, Palasa, Pancasona, Pikatan, Rubaru, Super Philip, Tajuk, and Trisula. Tahapan kedua dalam pemuliaan tanaman adalah identifikasi keragaman genetik dan karakter-karakter yang diinginkan dalam plasma nutfah yang berhasil terkumpul. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi keragaman genetik berdasarkan marka morfologi dan molekuler, dan ketahanan terhadap penyakit layu fusarium dari 19 genotipe bawang merah. Hasil analisis marka morfologi menunjukkan terdapat keragaman pada 19 genotipe bawang merah. Keragaman tersebut terlihat pada fenotipe tanaman diantaranya pada karakter jumlah daun, panjang daun, intensitas warna hijau daun, diameter daun, bentuk umbi secara membujur, warna dasar kulit luar umbi kering, intensitas warna dasar kulit umbi kering, ukuran umbi, tinggi umbi, diameter umbi, rasio tinggi/diameter umbi, posisi diameter terluas umbi, lebar leher umbi, bentuk ujung batang, dan bentuk ujung akar. Keragaman juga terlihat pada hasil dendrogram yaitu terpisahnya genotipe kedalam empat kelompok pada koefisien ketidakmiripan 0.38. Kelompok 1 terdiri dari genotipe Batu Ijo; Kelompok II terdiri dari genotipe Bentanis; kelompok III terdiri dari genotipe Bauji, Manjung, Mentes, Katumi, Kramat 1, Maja Cipanas, Bima Curut, Super Philip, Pikatan, Bima Brebes, Tajuk, Trisula, Pancasona, dan Biru Lancor; kelompok IV terdiri dari genotipe Lembah Palu, Palasa, dan Rubaru. Karakterkarakter penting dalam pengamatan morfologi bawang merah, berdasarkan PC1, PC2, dan PC3 dalam analisis komponen utama adalah ukuran umbi, tinggi umbi, diameter umbi, lebar leher umbi, bentuk ujung akar, panjang daun, intensitas warna hijau daun, diameter daun, jumlah daun, bentuk umbi, rasio panjang/diameter umbi, intensitas warna umbi, dan jumlah daun. Hasil analisis marka molekuler juga menunjukkan adanya keragaman yang terlihat pada hasil pita polimorfik sebesar 92.11% dari total pita yang dihasilkan dan terpisahnya genotipe kedalam lima kelompok pada koefisien ketidakmiripan 0.38. Kelompok I terdiri dari genotipe Bima Brebes dan Manjung; kelompok II terdiri dari genotipe Mentes, Pancasona, Kramat 1, Katumi, Maja Cipanas, Pikatan, Super Philip, dan Biru Lancor; kelompok III terdiri genotipe Tajuk, Bauji, dan Trisula; kelompok IV terdiri dari genotipe Bentanis, Batu Ijo, dan Bima Curut. Kelompok V terdiri dari genotipe Lembah Palu, Palasa, dan Rubaru. Hasil analisis ketahanan terhadap penyakit layu fusarium menunjukkan adanya keragaman tingkat ketahanan terhadap penyakit layu fusarium pada 19 genotipe bawang merah yang diuji. Keragaman tingkat ketahanan tersebut meliputi rentan, agak rentan, dan tahan. Genotipe Bima Brebes, Bima Curut, Bauji, Bentanis, Pancasona, Manjung, Mentes, Kramat 1, Maja Cipanas, dan Super Philip tergolong kedalam genotipe rentan. Genotipe Lembah Palu, Pikatan, Palasa, Trisula, Katumi, Tajuk, dan Biru Lancor tergolong kedalam genotipe agak rentan. Genotipe Batu Ijo dan Rubaru merupakan genotipe yang tergolong tahan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcPlant Biotechnologyid
dc.subject.ddcSallotsid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcBrebes, Jawa Tengahid
dc.titleKeragaman Genetik dan Ketahanan terhadap Penyakit Layu Fusarium (Fusarium oxysporum f.sp cepae) Bawang Merah (Allium cepa L. var. aggregatum) Indonesiaid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordalliceaeid
dc.subject.keywordascalonicumid
dc.subject.keywordmolerid
dc.subject.keywordpembiakan vegetatifid
dc.subject.keywordumbi lapisid
Appears in Collections:MT - Agriculture

Files in This Item:
File SizeFormat 
2018iap.pdf
  Restricted Access
41.82 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.