Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/92591
Title: Modal Sosial Dalam Pengasuhan Anak Buruh Migran Perempuan Di Kabupaten Soppeng
Authors: Sumarti, Titik
Wahyuni, Ekawati Sri
Syarif, Selvy Anggriani
Issue Date: 2018
Publisher: Bogor Agricultural University (IPB)
Abstract: Kehidupan anak seharusnya diwarnai kegiatan bermain, belajar, dan mengembangkan minat serta bakatnya untuk masa depan sesuai dengan Konvensi Hak Anak ―Convention on The Rights of The Child‖ yang telah diratifikasi oleh Indonesia. Hal ini juga menjadi hak dari anak buruh migran perempuan. Realisasi kondisi di ata dapat tercapai tidak hanya menjadi tanggung jawab orang tua, tetapi juga komunitas. Kehadiran komunitas dalam pengasuhan dianggap memberikan dukungan terhadap pemenuhan hak dasar anak buruh migran perempuan. Namun pada kenyataanya kehidupan anak buruh migran perempuan tidak sebaik anak-anak lainnya. Salah satu penyebabnya hilangnya sosok ibu akibat bermigrasi keluar negeri.Walaupun telah ada pihak lain yang bertindak sebagai ibu pengganti dan dipilih atas dasar faktor ikatan kekerabatan, baik berdasarkan hubungan darah atau perkawinan. Akan tetapi, kondisi ini tidak membuat anak dapat memperoleh hak-hak dasarnya sesuai amanat undang-undang perlindungan anak. Apalagi di masing-masing rentan usia dan jenis kelamin, anak-anak membutuhkan perlakuan dan cara tersendiri untuk memaksimalkan setiap proses tumbuh kembangnya. Kabupaten Soppeng sebagai salah satu penyumbang buruh migran perempuan di Provinsi Sulawesi Selatan menjadi lokasi penelitian ini. Dengan menggunakan metode penelitian campuran dan menggambungkan dua pendekatan, yaitu kuantitatif dan kualitatif.Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan realitas sosial dan pemenuhan hak dasar anak buruh migran perempuan; (2) menganalisis pihak yang bertanggung jawab dan pola pengasuhan anak buruh migran yang dilakukannya; dan (3) menganalisis modal sosial yang mempengaruhi pola pengasuhan anak buruh migran perempuan yang dilakukan oleh pengasuh pengganti. Sebagai masyarakat yang totaliter dan terikat dengan nilai budaya dan norma untuk menyeimbangkan keharmonisan dan solidaritas hubungan internal sesama anggota komunitas, komunitas Bugis di Kabupaten Soppeng seharusnya turut berperan dalam pengasuhan anak buruh migran perempuan. Keikutsertaan komunitas ini dilihat dari modal sosial yang dimiliki pengasuh pengganti sebagai bagian dari komunitas. Untuk menganalisis modal sosial komunitas yang dimiliki pengasuh pengganti ini digunakan konsep modal sosial yang dipaparkan oleh Alejandro Portes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa realitas sosialyang dimiliki oleh keluarga buruh migran perempuan, baik dilihat dari karakteristik dari ayah dan ibu serta karakteristik anak memberi pengaruh terhadap pengasuhan yang diterima oleh anak. Realitas sosial ini turut mempengaruhi pemenuhan hak dasar anak buruh migran perempuan di Kabupaten Soppeng. Terdapat lima hak dasar anak yang wajib dipenuhi, yaitu hak sipil dan kebebasan, hak lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif, hak kesehatan dasar dan kesejahteraan, hak pendidikan, pemanfaatan waktu luang dan kegiatan seni budaya, serta hak perlindungan ii khusus. Kondisi ini menunjukkan bahwa tidak semua hak dasar anak buruh migran perempuan terpenuhi dengan baik, khususnya bagi anak laki-laki. Untuk menggantikan peran ibu dan juga ayah yang turut bermigrasi ke luar negeri, maka dipilihlah orang-orang yang dipercaya dan dianggap secara kompeten mampu memenuhi kebutuhan harian anaknya kelak. Sebagian besar pengasuh pengganti yang terlibat adalah keluarga dari pihak ibu yang berjenis kelamin perempuan. Pengasuh pengganti inilah yang menjalankan peran pengasuhan bagi anak buruh migran perempuan. Berdasarkan data yang ditemukan terdapat tujuh pola pengasuhan yang dijalankan dalam keluarga buruh migran perempuan di Kabupaten Soppeng, yaitu pengasuhan oleh ayah, pengasuhan oleh nenek, pengasuhan oleh paman/tante, pengasuhan anak pesantren, pengasuhan kolaborasi, pengasuhan mandiri, dan pengasuhan oleh kakak. Namun tidak semua pola ini mampu memenuhi kebutuhan anak buruh migran perempuan. Berdasarkan teori modal sosial Alejandro Portes, pengasuh pengganti sebagai bagian komunitas Bugis di Kabupaten Soppeng memiliki sumber modal sosial, baik yang bersifat consummatory dan instrumental. Kedua sumber modal sosial tersebut memiliki ruang masing-masing dalam pengasuhan anak buruh migran perempuan. Sekalipun pada kenyataannya, belum ada institusi yang terbentuk di dalam komunitas yang secara khusus membantu memenuhi seluruh hak dasar anak buruh migran perempuan.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/92591
Appears in Collections:MT - Human Ecology

Files in This Item:
File SizeFormat 
2018sas.pdf
  Restricted Access
33.08 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.