Analisis Ruang Terbuka Hijau dan Arahan Rencana Pengembangannya di Kota Bandung Provinsi Jawa Barat

Abstract

Kota Bandung merupakan ibu kota Provinsi Jawa Barat yang memiliki tingkat pembangunan ekonomi yang tinggi. Hal ini ditandai dengan dominasi sektor perdagangan dan industri dalam struktur ekonomi Kota Bandung. Pembangunan yang terus berjalan menyebabkan kebutuhan terhadap lahan semakin besar. Kebutuhan terhadap lahan di Kota Bandung yang terus meningkat ini tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan karena luas lahan yang ada tetap. Hal ini mendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan di Kota Bandung. Pembangunan fisik wilayah Kota Bandung yang terus meningkat perlu diimbangi dengan pembangunan lingkungan dalam wujud Ruang Terbuka Hijau (RTH). Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mensyaratkan luas RTH minimal 30% dari luas wilayah kota dengan proporsi 20% RTH publik dan 10% RTH privat. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Menganalisis kondisi eksisting RTH dan perubahan penggunaan lahan di Kota Bandung; (2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan di Kota Bandung; (3) Memprediksi luas dan sebaran RTH Kota Bandung pada tahun 2021; (4) Menganalisis kebutuhan RTH menurut luas wilayah dan jumlah penduduk serta mengetahui tingkat kenyamanan berdasarkan indeks kenyamanan termal serta (5) Menyusun arahan rencana pengembangan RTH Kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis spasial berbasis Sistem Informasi Geografis, prediksi perubahan penggunaan lahan dengan CA-Markov serta pengamatan lapangan. Berdasarkan hasil interpretasi citra SPOT tahun 2016, RTH publik Kota Bandung memiliki luas 1.008,1 ha (6,0% dari luas kota). Hal ini menunjukkan bahwa luas RTH publik Kota Bandung masih jauh dari proporsi yang diamanatkan UU Nomor 26 Tahun 2007. RTH publik Kota Bandung hasil interpretasi meliputi hutan konservasi, hutan kota, taman kota, taman lingkungan, taman pada bangunan milik pemerintah, pemakaman, lapangan olahraga, jalur hijau, sempadan sungai, sempadan jalan, sempadan rel dan RTH lindung setempat. Faktor-faktor yang paling mempengaruhi perubahan penggunaan lahan di Kota Bandung yaitu jarak terhadap jalan dan jarak dari fasilitas pendidikan. Prediksi perubahan penggunaan lahan menghasilkan peta penggunaan lahan tahun 2021 dengan 3 skenario, yaitu skenario alami, moderat dan optimis. Pada skenario alami dan moderat, luas RTH menurun pada tahun 2021, sedangkan pada skenario optimis, luas RTH mengalami penambahan sampai dengan 1.696,4 ha atau 10,1% dari luas Kota Bandung. Kekurangan RTH berdasarkan luas wilayah sebesar 2.338,1 ha, lebih kecil dari kekurangan RTH berdasarkan jumlah penduduk sebesar 4.171,0 ha. Berdasarkan indeks kenyamanan termal, Kota Bandung masih dalam kategori nyaman. Rencana pengembangan RTH diarahkan pada areal semak belukar dan lahan terbuka seluas 755,0 ha. Penambahan ini akan menambah luas RTH Kota Bandung menjadi 1.763,1 ha (10,5% dari luas wilayah Kota Bandung). Rencana iii Pengembangan RTH diarahkan menjadi 3 prioritas : prioritas I diarahkan pada semak belukar dan lahan terbuka dengan nilai tanah antara Rp. 1.000.000,0-Rp. 5.000.000,0 seluas 660,9 ha, prioritas II diarahkan pada pada semak belukar dan lahan terbuka dengan nilai tanah antara Rp. 5.000.000,0-Rp. 10.000.000,0 seluas 73,7 ha serta prioritas III diarahkan pada pada semak belukar dan lahan terbuka dengan nilai tanah lebih dari Rp. 10.000.000,0 seluas 20,3 ha. Luasan hasil penambahan ini masih jauh dari target RTH publik yang diamanatkan oleh UU Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebesar 20% dari luas wilayah Kota Bandung. Luas RTH privat masih mencukupi sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 yaitu seluas 1.922,3 ha atau 11,5% dari luas wilayah Kota Bandung.