Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/91430
Title: Analisis Morfofungsi Kemampuan Terbang Kalong Kapauk (Pteropus vampyrus): Tinjauan Khusus pada Struktur Alat Lokomosi dan Profil Darah
Authors: Nurhidayat
Nisa', Chairun
Cahyadi, Danang Dwi
Issue Date: 2017
Publisher: Bogor Agricultural University (IPB)
Abstract: Kelelawar (ordo Chiroptera) merupakan satu-satunya mamalia yang memiliki kemampuan terbang aktif. Kemampuan terbang kelelawar yang dapat mencapai jarak tempuh ratusan kilometer diduga berperan penting dalam penyebaran penyakit, baik zoonotik maupun non-zoonotik. Salah satu spesies dari famili Pteropodidae yang banyak ditemukan di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia, adalah kalong kapauk (Pteropus vampyrus). Aktivitas terbang merupakan aktivitas lokomosi yang memerlukan energi paling tinggi dibandingkan dengan aktivitas lokomosi lainnya. Karakteristik morfofisiologi dari berbagai sistem organ diduga memiliki peranan penting terhadap kemampuan terbang tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis morfofungsi skelet bahu-sayap, otot punggung-dada-bahu-sayap, membran sayap (patagium), serta morfofisiologi dan profil biokimia darah kalong kapauk yang diduga terkait dengan kemampuan terbangnya. Penelitian ini menggunakan seekor kalong kapauk jantan dewasa untuk menganalisis sistem skeletal, dua kalong kapauk (jantan dan betina) dewasa untuk menganalisis sistem muskularis dan morfologi membran sayap, serta lima belas ekor kalong kapauk dewasa (bobot 669.7 sampai 1211.5 g, x̄ = 957.51 ± 177.52 g) digunakan dalam pemeriksaan parameter darah. Kalong kapauk diperoleh dari kawasan konservasi Leuweung Sancang, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Penelitian ini mempelajari dan menganalisis karakteristik skelet dan otot daerah bahu dan sayap, membandingkan dengan pada spesies kelelawar lain dan literatur terkait. Istilah yang digunakan dalam penamaan tulang dan otot mengacu pada Nomina Anatomica Veterinaria dan penelitian-penelitian sebelumnya. Hasil pengamatan menunjukkan os scapula kalong kapauk memiliki acromion sangat subur. Hubungan persendian antara os scapula, os clavicula, dan os sternum memungkinkan gerakan os scapula yang lebih bebas untuk mendukung gerakan tulang lengan atas. Skelet lengan bawah dan sayap relatif sederhana, memiliki ukuran relatif memanjang, dan ujung distal ossa phalanx II dari digit III, IV, dan V sangat lentur. Struktur tersebut menunjukkan bahwa lengan dan sayap kalong kapauk sangat fleksibel untuk mendukung aktivitas terbang. Selain itu, ossa phalanx terakhir dari digit I dan II ditutupi oleh kuku cakar. Gerakan terbang melibatkan aktivitas otot-otot yang menggerakkan sayap baik secara aduksi maupun abduksi. Otot-otot yang berperan dalam fase aduksi sayap pada kalong kapauk adalah mm. pectoralis, m. serratus ventralis thoracis, m. clavodeltoideus, dan m. biceps brachii caput coracoideus. Sedangkan fase abduksi sayap diperankan oleh beberapa otot utama, yaitu m. clavotrapezius, m. acromiotrapezius, m. latissimus dorsi, m. teres major, m. acromiodeltoideus, m. spinodeltoideus, m. triceps brachii caput laterale, dan m. triceps brachii caput longum. Selain struktur skelet dan otot, sayap kalong kapauk juga didukung oleh adanya membran sayap. Struktur membran sayap kalong kapauk berperan dalam aktivitas membentangkan dan melipat membran sayap. Jaringan ikat berupa serabut kolagen memperkuat membran sayap dalam menahan tekanan udara, sedangkan serabut elastin memberikan kelenturan terhadap tekanan udara. Secara umum, observasi dan pengukuran preparat ulas darah menunjukkan bahwa morfologi eritrosit kalong kapauk mirip dengan mamalia lainnya, dengan diameter rata-rata 7.15 ± 0.45 μm. Koefisien variasi ukuran eritrosit sebesar 18.11 ± 1.16%. Profil hematologi yang dianalisis menggunakan automated counter menunjukkan total eritrosit (8.89 ± 1.36 × 106/μl), konsentrasi hemoglobin (14.33 ± 2.38 g/dl), dan nilai hematokrit (42.13 ± 6.49%) kalong kapauk lebih tinggi dibandingkan pada mamalia lainnya. Leukosit didominasi oleh neutrofil dan limfosit dengan persentase neutrofil lebih tinggi dibandingkan jumlah limfosit. Penelitian ini memberikan informasi dasar morfofisiologi yang terkait dengan kemampuan terbang dari kalong kapauk. Berdasarkan analisis morfologi fungsional kemampuan terbang kalong kapauk didukung oleh struktur skelet bahu dan sayap yang memungkinkan pergerakan daerah bahu lebih bebas serta karakteristik tulang lengan dan jari yang relatif memanjang untuk memperluas bentangan sayap. Otot-otot daerah dada dan punggung kalong kapauk juga sangat subur untuk melakukan gerakan abduksi dan aduksi lengan pada aktivitas mengepakkan sayap. Selain itu, hewan ini memiliki struktur membran sayap yang elastis, serta jumlah total eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit yang lebih tinggi dibandingkan mamalia terestrial.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/91430
Appears in Collections:MT - Veterinary Science

Files in This Item:
File SizeFormat 
2017ddc.pdf
  Restricted Access
40.72 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.