Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/91424
Title: Identifikasi Fungi Endofit Laut dan Potensinya sebagai Penghasil Alkaloid Kina.
Authors: Rahayu, Gayuh
Tarman, Kustiariyah
Hapsari, Cholila Widya
Issue Date: 2017
Publisher: Bogor Agricultural University (IPB)
Abstract: Cendawan endofit merupakan salah satu mikrob yang hidup di dalam jaringan tanaman dan tidak merugikan inangnya Cendawan endofit memiliki kemampuan untuk mensintesis komponen bioaktif berupa metabolit sekunder mirip metabolit tanaman inangnya. Salah satu jenis metabolit sekunder adalah alkaloid kina. Alkaloid kina adalah alkaloid yang secara alami diproduksi oleh pohon kina (Cinchona spp.). Alkaloid kina terdiri atas kinin, kinidin, sinkonin dan sinkonidin. Kinin merupakan salah satu antimalaria yang masih dipergunakan, dan dapat juga berfungsi sebagai anti keram otot, anti aritmia dan perisa minuman. Pada saat ini, batang pohon kulit kina menjadi sumber utama produksi kinin. Sumber kinin ini mengalami penurunan produksi dan penanaman pohon kina memerlukan waktu yang lama. Oleh sebab itu perlu dicari sumber alternatif produsen kinin. Sumber kinin yang telah dilaporkan dapat digunakan adalah cendawan endofit Diaporthe dan Fusarium asal pohon kina. Selain Cinchona, mangrove dan rumput laut juga diketahui dapat menghasilkan senyawa alkaloid yang digunakan sebagai anti Plasmodium falciparum. Beberapa cendawan endofit asal laut diketahui dapat menghasilkan senyawa kimia yang memiliki sifat sebagai antimalaria. Endofit laut asal Indonesia belum diketahui kemampuannya dalam menghasilkan kinin. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi cendawan endofit mangrove Avicennia sp. asal Kabupaten Barru (Sulawesi Selatan), rumput laut Caulerpa sp. dan Sargassum sp. asal Kepulauan Seribu, serta sarang semut Hydnophytum formicarum asal Sorong, Papua Barat, koleksi Kustiariyah Tarman, Laboratorium Mikrobiologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, secara morfologi dan didukung dengan pendekatan molekuler. Cendawan-cendawan ini dianalisis potensinya dalam menghasilkan kinin, kinidin, sinkonin dan sinkonidin. Cendawan diamati ciri koloni dan ada/tidaknya sporulasi untuk diberi nama genus. Semua isolat, kecuali BAR 2.3 (Penicillium) dan KHC 009 (Chaetomium), tidak bersporulasi. Isolat kemudian diidentifikasi ke peringkat spesies melalui pendekatan molekuler menggunakan daerah ITS4–5.8S rDNA-ITS5. Sekuen diedit menggunakan perangkat lunak ChromasPro dan pohon filogenetik dikonstruksi menggunakan perangkat lunak Mega 6. Alkaloid kina diproduksi pada media PDB 200 mL selama 21 hari dalam keadaan statis. Filtrat diekstraksi menggunakan kloroform selama 1 x 24 jam. Ekstrak dianalisis potensinya dalam menghasilkan kinin secara spektrofotometeri dan secara kuantitatif menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Analisis dengan spektrofotometri dengan pemindaian pada panjang gelombang 190-400 nm. Deteksi adanya senyawa kinin dan kinidin pada panjang gelombang 340 nm, sedangkan untuk senyawa sinkonin dan sikonidin pada panjang gelombang 312 nm. Analisis kuantitatif menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Konsentrasi senyawa yang dihasilkan dapat diketahui dari area kromatogram yang dihasilkan dan dibandingkan dengan standar kinin, kinidin, sinkonin dan sinkonidin Berdasarkan pembentukan kelompok pada pohon filogenetik, isolat-isolat dari Avicennia sp. yaitu Bar 1.5 diidentifikasi sebagai Valsa brevispora (BS= 99%). BAR I.5pi termasuk kedalam grup komplek spesies F. graminearum (BS= 99%). BAR I.5pu merupakan anggota komplek spesies F. solani (BS= 99%). BAR 2.3 berkerabat dekat dengan P. citrinum (BS= 77%) dan BAR 2.4 adalah Pseudofusicoccum ardesiacum dengan nilai BS 99%. Isolat asal rumput laut Caulerpa sp. KHC 008A diidentifikasi sebagai Diaporthe phaseolorum (BS= 84%). Cendawan asal rumput laut Sargassum sp. KHC 009 adalah Chaetomium globosum (BS= 99%). Cendawan asal sarang semut Hydnophytum formicarum RS 7A mungkin adalah bagian dari komplek spesies F. fujikuroi. Analisis alkaloid kina secara kuantitatif dan kualitatif menunjukkan bahwa dari 8 isolat yang diuji hanya P. citrinum BAR 2.3 yang mampu memproduksi kinin. Analisia menggunakan spektofotometer UV-Vis untuk standar kinin dapat terdeteksi pada 5 panjang gelombang yaitu 278 nm, 323 nm, 340 nm, 371 nm dan 377 nm. Sedangkan pada analisis ekstrak P. citrinum BAR 2.3 terdeteksi 2 puncak yaitu pada panjang gelombang 327 nm dan 336 nm. Hasil analisis ekstrak P. citrinum BAR 2.3 menggunakan KCKT menunjukkan adanya 15 puncak yang muncul pada menit ke 3,5 sampai menit ke 25,6. Berdasarkan area kromatogram yang dihasilkan P. citrinum BAR 2.3 mampu memproduksi kinin dengan konsentrasi sebesar 2,4 mg/L atau 1,98 % (b/b).
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/91424
Appears in Collections:MT - Mathematics and Natural Science

Files in This Item:
File SizeFormat 
2017cwh.pdf
  Restricted Access
11.75 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.