Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/91367Full metadata record
| DC Field | Value | Language |
|---|---|---|
| dc.contributor.advisor | Kustiyah, Lilik | - |
| dc.contributor.advisor | Madanijah, Siti | - |
| dc.contributor.author | Haryana, Nila Reswari | - |
| dc.date.accessioned | 2018-04-18T05:14:40Z | - |
| dc.date.available | 2018-04-18T05:14:40Z | - |
| dc.date.issued | 2017 | - |
| dc.identifier.uri | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/91367 | - |
| dc.description.abstract | National Health and Medical Research Council Australia (NHMRC 2013) menyatakan anak mulai membuat pilihan makanan mereka sendiri saat mulai masuk lingkungan sekolah, sehingga anak akan rentan mengalami kesalahan perilaku makan, seperti kurangnya konsumsi buah dan sayur. Konsumsi buah dan sayur pada anak SD yang masing-masing mencapai ≥100 g/hari dan ≥120 g/hari hanya sebesar 46.3% dan 9.3% (Sophia & Madanijah 2014). Pola makan seseorang mulai terbentuk dari awal kehidupan dan cenderung akan bertahan hingga dewasa, sehingga pola makan anak-anak harus menjadi perhatian untuk membentuk pola makan yang sehat saat mereka dewasa (Chitra & Reddy 2006). Pola makan pada anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, sehingga perlu dilakukan intervensi multikomponen untuk membentuk pola makan yang baik. Salah satu intervensi multikomponen yang dapat dilakukan adalah dengan melibatkan guru, orang tua dan siswa itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menganalisis perubahan pengetahuan gizi dan sikap tentang buah dan sayur pada subjek setelah diberikan intervensi; 2) Menganalisis perubahan ketersediaan informasi tentang buah dan sayur, perubahan kebiasaan konsumsi buah dan sayur keluarga dan ketersediaan buah dan sayur di rumah setelah diberikan intervensi; 3) Menganalisis perubahan konsumsi buah dan sayur pada siswa SD setelah diberikan intervensi; 4) Menganalisis perubahan asupan dan tingkat kecukupan vitamin, mineral dan serat pada siswa SD setelah diberikan intervensi. Penelitian dilakukan menggunakan desain kuasi eksperimental dengan metode pre-post intervention yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Balonggebang 1, Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur selama bulan Februari hingga Mei 2017. Subjek yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 10 guru, 31 orang tua dan 31 siswa. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang dikumpulkan melalui wawancara menggunakan instrumen kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari arsip data sekolah. Intervensi pendidikan gizi pada guru dan orang tua diberikan dua kali (satu kali seminggu) dengan media pendidikan yaitu buku saku. Intervensi pendidikan gizi pada siswa diberikan enam kali (dua kali seminggu) dengan menggunakan media yaitu komik. Siswa juga mendapatkan buah segar dan sayur olahan yang dikonsumsi setelah pemberian pendidikan gizi. Buah atau sayur diberikan secara bergiliran dengan berat 100 g/sajian yang terdiri dari dua jenis buah atau sayur. Analisis data secara deskriptif meliputi frekuensi, presentase, rata-rata, median, minimum dan maksimum. Analisis data secara inferensia menggunakan analisis komparatif berpasangan untuk mengetahui perbedaan data pada lebih dari 2 kali pengukuran (uji repeated Anova+post hoc Bonferroni, uji Friedman+post hoc Wilcoxon, uji Mann-Whitney, uji Cochran’s). Guru berusia 28 sampai 57 tahun dengan lama mengajar 7 sampai 34 tahun. Guru yang terlibat penelitian meliputi guru kelas (60%) dan guru mata pelajaran (40%). Pendapatan guru per bulan sebagian besar (60%) lebih dari dua juta rupiah. Pendidikan terakhir guru sebagian besar (60%) adalah S1. Orang tua yang mengikuti penelitian ini adalah ibu (74%), bapak (19%), kakek (3%) dan nenek (3%). Sebagian besar keluarga (58%) termasuk dalam keluarga kecil (≤ 4 orang). Sebagian besar keluarga (29%) memiliki pendapatan per bulan yaitu kurang dari lima ratus ribu rupiah. Pendidikan terakhir sebagian besar bapak (43%) adalah tamat SMA/SMK/Sederajat, sedangkan pada ibu (37%) adalah tamat SD. Sebagian besar bapak (60%) bekerja sebagai petani, sedangkan ibu sebagian besar (77%) sebagai ibu rumah tangga. Siswa berusia antara 11 sampai 14 tahun. Rata-rata uang saku dalam sehari adalah Rp 6 741. Pada pengukuran I, II, III sebagian besar siswa (65%, 68% dan 65%) memiliki status gizi normal. Tidak terdapat perbedaan status gizi berdasarkan jenis kelamin, usia dan uang saku (p>0.05). Perubahan status gizi pada pengukuran III dibandingkan pengukuran I terjadi pada satu siswa laki-laki yang kurus menjadi normal karena berat badan naik 2.1 kg dan satu siswa perempuan normal menjadi gemuk karena berat badan naik 1.8 kg. Pengetahuan dan sikap tentang buah dan sayur pada guru, orang tua dan siswa menunjukkan peningkatan yang signifikan setelah pemberian intervensi (p<0.05). Proporsi guru, orang tua dan siswa SD yang memiliki kategori baik meningkat, sedangkan yang memiliki kategori kurang menurun. Jenis pertanyaan dan pernyataan yang paling sedikit dijawab benar dan disetujui oleh guru, orang tua dan siswa SD yaitu mengenai jumlah porsi buah dan sayur yang harus dikonsumsi siswa, sumber kalium pada buah dan sayur serta buah dan sayur adalah sumber vitamin dan mineral. Seluruh guru telah memahami dan menyetujui mengenai pentingnya konsumsi buah dan sayur pada anak dan peran guru untuk meningkatkan konsumsi buah dan sayur pada anak baik sebelum maupun setelah intervensi. Setelah intervensi seluruh guru menyatakan telah menyampaikan informasi tentang buah dan sayur pada siswa. Setelah intervensi, ketersediaan buah meningkat 800 g/minggu, sedangkan sayur meningkat 926.9 g/minggu (p<0.05). Frekuensi penyediaan buah dan sayur di rumah juga meningkat signifikan (p<0.05). Setelah intervensi, kebiasaan konsumsi buah dan sayur keluarga meningkat signifikan (p<0.05) setelah intervensi. Setelah intervensi proporsi keluarga yang memiliki kebiasaan buah dan sayur dengan kategori baik cenderung meningkat namun tidak signifikan. Jumlah konsumsi buah dan sayur pada siswa meningkat 79.9% (62.4 g/hr) dan 82.3% (20 g/hr). Setelah intervensi, peningkatan jumlah konsumsi buah dan sayur belum memenuhi porsi konsumsi anjuran Kemenkes dalam PGS yaitu 4 porsi/hari (200 g/hari) untuk buah dan 3 porsi/hari (300 g/hari) untuk sayur. Asupan vitamin A, besi, dan kalium cenderung meningkat namun tidak signifikan, sedangkan asupan serat meningkat signifikan. Setelah adanya intervensi, asupan serat pada siswa meningkat 58.6% (1.7 g/hr), namun peningkatan ini belum memenuhi tingkat kecukupan serat sebesar ≥10 g/hari. Peningkatan pengetahuan dan sikap tentang buah dan sayur pada guru, orang tua dan siswa SD, tersedianya informasi tentang buah dan sayur, perubahan kebiasaan konsumsi buah dan sayur keluarga dan peningkatan ketersediaan buah dan sayur di rumah diduga mampu mendorong siswa untuk meningkatkan konsumsi buah dan sayur, sehingga mampu meningkatkan asupan dan tingkat kecukupan vitamin, mineral dan serat. | id |
| dc.language.iso | id | id |
| dc.publisher | Bogor Agricultural University (IPB) | id |
| dc.subject.ddc | Nutrition | id |
| dc.subject.ddc | Children Nutrition | id |
| dc.subject.ddc | 2017 | id |
| dc.subject.ddc | Nganjuk, Jawa Timur | id |
| dc.title | Dampak Intervensi Gizi Multikomponen pada Guru, Orang Tua dan Siswa Sekolah Dasar terhadap Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur | id |
| dc.type | Thesis | id |
| dc.subject.keyword | intervensi gizi | id |
| dc.subject.keyword | konsumsi buah dan sayur | id |
| dc.subject.keyword | siswa sekolah dasar | id |
| Appears in Collections: | MT - Human Ecology | |
Files in This Item:
| File | Size | Format | |
|---|---|---|---|
| 2017nrh.pdf Restricted Access | 30.37 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.