Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/91310
Title: Penggunaan Indeks Kekeringan dan Model Tanaman untuk Analisis Dampak Kekeringan terhadap Potensi Penurunan Hasil Jagung
Authors: Impron
Perdinan
Kurniasih, Endah
Issue Date: 2017
Publisher: Bogor Agricultural University (IPB)
Abstract: Alat monitoring kekeringan yang efektif dan handal yang mampu menyediakan peringatan dini kekeringan di bidang pertanian merupakan komponen strategi nasional yang penting dalam menghadapi kekeringan. Namun selama ini akurasi alat ini sulit diperkirakan karena keterbatasan data hasil tanaman di lapangan. Di sini kami mencoba menganalisis karakteristik kekeringan dengan menggunakan indeks kekeringan dan mengukur akurasinya dengan menghubungkan indeks tersebut dengan estimasi hasil tanaman keluaran model tanaman. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis kekeringan berdasarkan metode Standardized Precipitation Index (SPI) dan Standardized Precipitation Evapotranspiration Index (SPEI) serta menganalisis dampak kekeringan terhadap potensi penurunan hasil jagung di empat wilayah di Provinsi Jawa Barat. Perhitungan SPI dan SPEI dilakukan pada skala waktu 1, 2 dan 3 bulanan. Nilai evapotranspirasi potensial (ETP) dalam perhitungan SPEI dihitung berdasarkan metode Thorthwaite (SPEITho), Hargreaves (SPEIHar) dan FAO Penman-Monteith (SPEIPen). Estimasi hasil jagung dilakukan menggunakan model tanaman, AquaCrop. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara perhitungan SPI dan SPEI (SPEITho, SPEIHar dan SPEIPen) di semua lokasi penelitan pada semua skala waktu. Kedua metode memiliki korelasi yang sangat kuat (nilai R berkisar 0.94- 0.99 dengan tingkat kepercayaan 99%). Namun apabila dianalisis dengan lebih detail, hasil perhitungan SPEI menghasilkan jumlah bulan kering yang lebih banyak dan penilaian kekeringan SPI cenderung lebih berat dibandingkan SPEI. Perbedaan metode perhitungan menyebabkan perbedaan penilaian panjang durasi, tingkat keparahan dan intensitas kekeringan tertinggi serta kapan waktu terjadinya kekeringan terparah. Berdasarkan skala waktu, terlihat bahwa makin panjang skala waktu yang dipakai dalam perhitungan SPI atau SPEI, maka makin sedikit jumlah kejadian kekeringannya namun makin besar tingkat keparahan dan makin panjang durasinya. Hubungan indeks kekeringan dan potensi penurunan hasil jagung bervariasi antara 0.0-0.68 (tingkat kepercayaan 95%). Peningkatan korelasi terjadi saat musim tanam melalui musim kemarau. Secara umum, dampak kekeringan terhadap potensi penurunan hasil jagung tergantung pada durasi dan intensitas kekeringan serta fase pertumbuhan jagung ketika kekeringan terjadi. Semakin panjang durasinya dan makin tinggi intensitasnya, maka makin besar pula potensi penurunan hasil jagungnya. Dibandingkan fase lain, kekeringan pada fase generatif menyebabkan potensi penurunan hasil jagung yang lebih tinggi.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/91310
Appears in Collections:MT - Mathematics and Natural Science

Files in This Item:
File SizeFormat 
2017eku.pdf
  Restricted Access
26.35 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.