Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/91000
Title: Aktinobakteri Endofit Rhododendron spp. yang Berkhasiat sebagai Antibakteri.
Authors: Lestari, Yulin
Budiarti, Sri
Fitriandini, Risa
Issue Date: 2017
Publisher: Bogor Agricultural University (IPB)
Abstract: Aktinobakteri dikenal sebagai penghasil senyawa antibiotik terbesar, dan populasi Aktinobakteri beragam baik di tanah maupun yang bersifat endofit pada tanaman. Rhododendron merupakan tanaman obat yang diketahui dapat mengobati berbagai macam penyakit termasuk penyakit infeksi seperti diare yang merupakan salah satu penyebab kematian pada bayi dan balita. Pengobatan yang paling umum adalah dengan pemberian antibiotik, namun, yang menjadi masalah adalah meningkatnya resistensi bakteri patogen terhadap antibiotik. Masalah resistensi bakteri patogen menjadikan penemuan antibiotik baru sangat penting dan aktinobakteri endofit Rhododendron belum banyak dikaji potensinya sebagai penghasil senyawa antibakteri. Pada penelitian ini diperoleh 23 isolat aktinobakteri endofit dari tujuh spesies Rhododendron, dengan isolat terbanyak diperoleh berasal dari Rhododendron zoeleri asal Papua. Pengelompokan aktinobakteri ke dalam kelompok Streptomyces dan non-Streptomyces dilakukan berdasarkan morfologi mikroskopis dari biakan di dalam media agar ISP2 umur 14 hari. Penapisan aktivitas antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode agar plug dan adanya aktivitas antibakteri ditandai dengan terbentuknya zona bening di sekitar isolat aktinobakteri setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 36±1 oC. Diperoleh dua Isolat aktinobakteri yang memiliki zona penghambatan tertinggi yaitu RJkb1 dan RJkb3. Tingkat penghambatan yang dihasilkan oleh isolat RJkb1 terhadap EPEC K1-1 dan RJkb3 terhadap Bacillus pumilus termasuk dalam kategori sedang. Isolat terpilih selanjutnya dilakukan karakterisasi pola aktivitas antibakteri. Karakterisasi pola aktivitas antibakteri dilakukan dengan menumbuhkan isolat aktinobakteri dalam media ISP2 cair selama 20 hari pada suhu 28 oC. Setiap 5 hari, dari kultur cair diambil untuk dilakukan uji aktivitas antibakteri terhadap EPEC K1-1 dan B. pumilus dengan metode Kirby Bauer. Waktu optimum isolat aktinobakteri dalam menghasilkan senyawa antibakteri diperoleh pada hari ke 15 baik terhadap EPEC K1.1 maupun terhadap B. pumilus. Penentuan konsentrasi hambat minimum menggunakan supernatan RJkb1 dan RJkb3 dengan berbagai konsentrasi. Hasil yang diperoleh adalah pada pengujian terhadap EPEC K1-1, tidak menunjukkan adanya aktivitas antibakteri pada konsentrasi 250 μg/mL hingga 1750 μg/mL baik pada RJkb1 maupun pada RJkb3. Pada pengujian terhadap B. pumilus, menunjukkan adanya aktivitas antibakteri dengan konsentrasi hambat minimum pada konsentrasi 1250 μg/mL baik pada RJkb1 maupun pada RJkb3. Pengamatan morfologi sel dilakukan pada B. pumilus, menunjukkan bahwa sel yang diberi perlakuan mengalami penurunan populasi sel dan sel mengalami elongasi. Penambahan senyawa antibakteri dari aktinobakteri endofit Rhododendron terpilih tidak merusak dinding sel bakteri target.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/91000
Appears in Collections:MT - Mathematics and Natural Science

Files in This Item:
File SizeFormat 
2017rfi.pdf
  Restricted Access
21.94 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.