Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/90994
Title: Pengaruh Kedalaman Sarang dan Kelembaban Terhadap Lama Masa Inkubasi Penyu Hijau / Chelonia mydas (Linnaeus 1758) Di Pantai Pangumbahan, Sukabumi, Jawa Barat
Authors: Zamami, Neviaty Putri
Natih, Nyoman Metta N
Leni, Yusyam
Issue Date: 2017
Publisher: Bogor Agricultural University (IPB)
Abstract: Penyu merupakan jenis satwa langka yang dilindungi akibat keberadaannya yang mulai terancam punah hal ini dikarenakan pemburuan telur dan daging penyu secara besar-besaran oleh masyarakat sekitar untuk dikonsumsi dan diperdagangkan. Selain itu faktor biologi yang mempengaruhi ketidakberhasilan penetasan telur antara lain adanya gangguan dari hewan-hewan predator seperti anjing hutan, biawak, babi, musang, semut dan kepiting (ghost crab) yang memangsa telur dalam sarang. Faktor penting yang menentukan kelangsungan hidup populasi Penyu Hijau adalah tersedianya habitat. Populasi Penyu Hijau di Indonesia terus menerus mengalami penurunan, penurunan populasi Penyu Hijau di alam disebabkan oleh pencurian telur dan anak penyu semakin meningkat, lalu lintas air yang semakin ramai oleh para nelayan serta para pengunjung dan banyaknya vegetasi yang rusak akibat terjadinya abrasi yang mengakibatkan terjadinya degradasi habitat penyu. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya konservasi Penyu Hijau. Salah satu upaya mengurangi penurunana populasi Penyu Hijau adalah dengan melakukan pembinaan dan perlindungan terhadap habitat tempat bertelur Penyu Hijau. Sebagai kegiatan awal dari usaha penangkaran adalah penetasan telur secara terkontrol yang juga berfungsi untuk mengantisipasi adanya permasalahan, seperti pengambilan telur secara liar, perusakan habitat peneluran, predator telur penyu dan perluasan pemukiman. Salah satu usaha untuk menghindari permasalahan tersebut adalah melalui pemindahan tempat pengeraman telur-telur penyu dari sarang alami ke sarang semi alami. Kedalaman dan lokasi sarang yang tepat dalam proses inkubasi sangat diperlukan untuk memperoleh daya tetas maksimal. Sehingga perlu diketahui pengaruh kedalaman sarang terhadap lama inkubasi telur Penyu Hijau, pengaruh daerah terekspos dan daerah ternaung (intensitas cahaya) terhadap lama inkubasi telur Penyu Hijau. Kegiatan penelitian ini dilaksakan pada bulan November 2014 sampai Januari 2015 di kawasan konservasi penyu Desa Pangumbahan, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh lokasi sarang (naungan) yang berbeda yaitu daerah terekspos (terkena cahaya matahari langsung) dan lokasi ternaung (terlindung dari cahaya mata hari langsung) dan kedalaman yang berbeda yaitu kedalaman 30 cm, 50 cm, 70 cm, 90 cm, serta sarang kontrol (K) dimana sarang ini merupakan sarang semi alami yang kedalaman sarangnya sesuai dengan kedalaman sarang alami yang dibuat oleh induk Penyu Hijau. Hal ini dilakukan sebagai pembanding antara sarang alami dan sarang semi alami yang akan di perlakukan. Hasil menunjukkan bahwa kemiringan pantai pada lokasi penelitian hampir dikatakan landai dengan sudut kemiringan pantai berkisar antara 0.182o – 2.457o. Hasil penelitian juga menunjukkan pada pos 3 batas, pos 3 tengah, pos 4 batas memiliki sudut kemiringan yang lebih curam dibandingkan dengan pos-pos yang lain. Sedangkan sudut kemiringan pantai yang sangat terlandai terdapat pada pos 6 ujung. Berdasarkan analisis PCA ini diperoleh sarang di daerah ternaung kedalaman memiliki korelasi positif terhadap lama masa inkubasi, dimana pada kedalaman kontrol (alami), 30 cm dan 90 cm masa inkubasi lebih lama dengan persentase penetasan dan suhu sarangnya lebih rendah. Sebaliknya pada daerah terekspos pada kedalaman 30 cm, kedalaman 50 cm dan kedalaman 90 cm memiliki masa inkubasi lebih pendek dengan persentase penetasan dan suhu sarang lebih tinggi. Semakin lama masa inkubasi pada sarang, maka semakin rendah persentase penetasan dan suhu pada sarang. Hal ini dapat dijelaskan bahwa suhu berperan penting dalam proses inkubasi dan tingkat keberhasilan tetas telur. Kedalaman 70 cm pada daerah tanpa naungan / terbuka dan daerah ternaung memiliki korelasi positif terhadap panjang dan berat tukik yang menetas, dimana pada sarang tersebut besar tukik lebih panjang dan berat, sebaliknya pada kedalaman kontrol (alami) pada daerah ternaung panjang tukik yang menetas lebih pendek dan beratnya lebih ringan dibandingkan pada kedalaman 70 cm pada daerah ternaung dan tanpa naungan. Kedalaman sarang memiliki pengaruh terhadap lama inkubasi telur Penyu Hijau.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/90994
Appears in Collections:MT - Fisheries

Files in This Item:
File SizeFormat 
2017yle.pdf
  Restricted Access
16.6 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.