Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/88824| Title: | Tingkat Keberhasilan Orangutan (Pongo Pygmaeus Wurmbii Groves, 2001) Ex-Captive Pasca Pelepasliaran Dan Kesesuaian Habitatnya Di Suaka Margasatwa Lamandau |
| Authors: | Mustari, Abdul Haris Masy’ud, Burhanuddin Nawangsari, Ventie Angelia |
| Issue Date: | 2016 |
| Publisher: | Bogor Agricultural University (IPB) |
| Abstract: | Orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus wurmbii Groves, 2001) merupakan spesies primata endemik Pulau Kalimantan. Populasi spesies ini tercancam akibat deforastasi dan degradasi habitat. Secara ekologis, orangutan memiliki peran penting dalam ekosistem yaitu sebagai umbrella species. Salah satu bentuk konservasi yang telah dilakukan adalah pelepasliaran orangutan ex-captive ke habitat alaminya. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis aktivitas dan menilai keberhasilan pasca pelepasliaran serta menilai kesesuaian habitat pelepasliaran orangutan ex-captive. Penelitian ini dilakukan di Suaka Margasatwa (SM) Lamandau di Kalimantan Tengah, yang menjadi salah satu lokasi pelepasliaran orangutan. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai September 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi langsung untuk pengelolaan orangutan ex-captive pasca-pelepasliaran, focal animal sampling untuk pengamatan aktivitas orangutan, dan analisis vegetasi dengan petak tunggal seluas 1.28 ha untuk habitat orangutan. Penilaian keberhasilan pelepasliaran orangutan dinilai berdasarkan aktivitas harian, kemampuan mengenal pakan alami, dan kemampuan bersarang. Kesesuaian habitat orangutan dinilai berdasarkan komponen biotik habitat yaitu ketersediaan pohon pakan dan pohon sarang. Kesesuaian habitat orangutan dinilai berdasarkan komponen biotik habitat yaitu ketersediaan pohon pakan dan pohon sarang. Setiap indikator kriteria keberhasilan pasca pelepasliaran orangutan ex-captive dan kesesuaian habitat orangutan diberikan skor 1-5 dengan klasifikasi 1 (sangat buruk), 2 (buruk), 3 (cukup), 4 (baik), dan 5 (sangat baik). Tingkat keberhasilan pelepasliaran dan kesesuaian habitat di SM Lamandau dikategorikan tiga kelas yakni rendah (16- 37); sedang (38-58), dan tinggi (59-80). Pengelolaan orangutan ex-captive pasca-pelepasliaran dilakukan dengan monitoring orangutan yang baru dilepasliarkan, pemantauan orangutan yang sering ke feeding site, pemantauan orangutan yang bunting, menyediakan pakan tambahan di area feeding site, pemantauan habitat, dan pemeriksaan kesehatan orangutan. Aktivitas orangutan menunjukkan bahwa aktivitas istirahat kelas umur remaja dan dewasa menunjukkan perbedaan yang signifikan. Orangutan remaja lebih banyak melakukan aktivitas makan, bergerak, dan bersarang dibandingkan dengan orangutan dewasa. Tingkat keberhasilan orangtan ex-captive pelepasliaran sebesar 70.5% atau kategori sedang. Tingkat kesesuaian habitat SM Lamandau sebagai habitat pelepasliaran sebesar 86.25%.SM Lamandau memiliki kesesuaian habitat yang tinggi untuk orangutan kalimantan. Camp Rasak dan Buluh memiliki potensi ketersediaan sumberdaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan campcamp yang lain, sehingga pelepasliaran orangutan kedepan dapat dilakukan pada kedua camp tersebut. |
| URI: | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/88824 |
| Appears in Collections: | MT - Forestry |
Files in This Item:
| File | Size | Format | |
|---|---|---|---|
| 2016van.pdf Restricted Access | 38.41 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.