Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/88798
Title: Etnobotani Jelutung (Dyera Costulata (Miq.) Hook F. Dan Dyera Polyphylla (Miq.) Steenis) Suku Anak Dalam Dan Potensinya Di Bukit Duabelas Jambi.
Authors: Zuhud, Ervizal A.M.
Siregar, Iskandar Z.
Aminah
Issue Date: 2016
Publisher: Bogor Agricultral University (IPB)
Abstract: Jelutung merupakan salah satu jenis penting bernilai ekonomi dan sosial. Status IUCN termasuk kategori LC (least consent) tetapi, populasinya terus berkurang signifikan sehingga perlu dilakukan upaya konservasi jenis. Saat ini usaha konservasi belum mempertimbangkan aspek budaya masyarakat setempat (etnobotani), sehingga perlu dilakukan kajian lebih mendalam terkait aspek etnobotani jelutung secara khusus. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengidentifikasi etnobotani jelutung oleh Suku Anak Dalam (SAD); 2) mengetahui potensi populasi jelutung melalui pengenalan struktur dan komposisi vegetasi sekitar jelutung pada lokasi pemanfaatan SAD di Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD); dan 3) observasi tata niaga tradisional dan rantai nilai jelutung. Metode penelitian dilakukan secara multidisiplin yang mencakup: 1) Kajian etnobotani melalui metode diskusi kelompok terfokus, wawancara mendalam dan observasi langsung pada 40 responden yang dipilih secara purposive sampling; 2) Analisis vegetasi dengan metode sensus pada petak contoh ukuran 60 m x 60 m sebanyak 8 buah di lokasi ditemukan jelutung yang meliputi hutan rawa (HR), hutan dataran rendah (daratan) (HD), kebun campuran karet (CK) dan kebun campuran sawit (CS); 3) Uji fitokimia getah jelutung dengan teknik analisis visualisasi warna dan uji toksisitas getah jelutung dengan metode larva udang (brine shrimp lethal test) dilakukan di laboratorium Pusat Biofarmaka Tropika IPB. Hasil penelitian menunjukkan 1) Pengetahuan SAD tentang jelutung meliputi pengetahuan mengenai jenis, tempat tumbuh, pemanfaatan getah dan kulit buah keringnya untuk barang komoditi dan obat. Dan pengetahuan mengenai pemanenan dan pengolahan getah, serta kepercayaan adat bahwa jelutung tidak boleh diganggu kecuali untuk dimanfaatkan; 2) Struktur populasi jelutung di TNBD menunjukkan kondisi terganggu yaitu kerapatan permudaan jelutung (semai, pancang) lebih sedikit ditemukan daripada jelutung dewasa (tiang, pohon); Pada lokasi HD kerapatan jelutung tingkat semai 1 individu per hektar (ind./ha), dan pohon 4 ind./ha; pada HR tingkat pancang, tiang dan pohon berturut-turut 6 ind./ha, 3 ind./ha, dan 6 ind./ha. Pada kebun campuran karet dan sawit hanya tingkat pohon dengan kerapatan 4 ind./ha dan 3 ind./ha. 3) Getah jelutung mengandung triterpenoid berpotensi untuk dilakukan uji lanjutan antibakteri. Implikasi hasil riset ke depan adalah harapan terwujudnya konservasi jelutung dan terbukanya pasar getah jelutung. Pendekatan-pendekatan baru untuk konservasi ke depan berupa pengelolaan adaptif yaitu pengelolaan kawasan konservasi yang melibatkan masyarakat lokal sebagai pelaku utama seperti monitoring kawasan perlu diwujudkan. Perlu pengawalan inovasi teknologi informasi untuk mendukung pemasaran produk masyarakat lokal seperti olahan getah jelutung sehingga dapat memutus rantai perdagangan yang panjang.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/88798
Appears in Collections:MT - Forestry

Files in This Item:
File SizeFormat 
2016ami.pdf
  Restricted Access
22.24 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.