Karakterisasi Morfologi, Genetik, Kandungan Minyak dan Evaluasi Awal Pertumbuhan Bibit Pongamia (Pongamia pinnata (L.) Pierre) di Pulau Jawa

Abstract

Pongamia merupakan salah satu jenis pohon potensial untuk memproduksi biofuel. Upaya memanfaatkan biji pongamia sebagai bahan baku untuk produksi biofuel telah dilakukan di India dan Australia, sedangkan di Indonesia baru pada tahap penelitian yang telah dilakukan oleh Litbang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan Institut Teknologi Bandung. Dengan demikian penelitian pongamia untuk biodiesel masih sangat terbuka sebagai salah satu sumber daya hayati yang dimiliki Indonesia dan mampu tumbuh pada lahan pantai, tahan salinitas dan kurang subur. Kendala pengembangan biodiesel berbasis pongamia antara lain sedikitnya informasi tentang sebaran geografis, keragaman genetik, sifat biologi dan teknik silvikultur, iklim dan tanah yang cocok untuk budidaya, serta sifat fisiko-kimia minyaknya. Pemahaman kerakteristik tersebut dalam rangka mengoptimasikan potensi dari pongamia sebagai bahan baku nabati yang baru dan terbarukan sangat dibutuhkan. Dengan demikian pongamia menjadi salah satu tanaman yang memiliki peluang untuk merealisasikan keinginan pemerintah yang mentargetkan penggunaan bahan baku biodiesel sebesar 30% pada tahun 2025. Realisasi penggunaan biodiesel untuk dicampur dengan solar untuk program B-20 sampai dengan tahun 2016 sebanyak 2,7 juta kiloliter. Tujuan dari penelitian ini adalah : i) mengukur keragaman morfologi buah, benih dan bibit pongamia ii) menduga besaran keragaman genetik populasi pongamia, iii) mengidentifikasi populasi tanaman pongamia yang mempunyai kandungan minyak tinggi serta iv) mengkaji pertumbuhan awal bibit pongamia berdasarkan provenansi di Parung Panjang. Pada penelitian ini telah dipelajari sebaran sumberdaya genetik di 5 lokasi di Pulau Jawa yang terdiri dari pantai Barat (Carita), pantai Selatan (Batukaras dan Kebumen), pantai Timur (Alas Purwo dan Baluran) yang dianggap masih memiliki populasi alami. Metode penelitian yang digunakan adalah survei lapangan untuk mengumpulkan data sebaran sumber daya genetik pongamia di lima lokasi di Pulau Jawa dan kemudian dilakukan pengukuran variasi morfologi buah, benih dan bibit. Selain itu dilakukan juga pendugaan variasi genetik berdasarkan penanda RAPD (random amplified DNA polymorphisms) dengan primer berikut: OPL-11, OPAH-15, OPAO-01, OPAB-14 dan OPAH-13. Penentuan komposisi kandungan kimia biji malapari dilakukan dengan analisis proksimat, sedangkan analisis sifat fisiko kimia minyak biji pongamia dilakukan dengan metode test ASTM dan SNI, Penelitian dilanjutkan dengan keragaan pertumbuhan bibit yang ditanam di Parung Panjang, Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Karakter morfologi kelima populasi berdasarkan analisis klaster hierarki terdiri dari 3 kelompok, yaitu kelompok 1 terdiri dari Batukaras dan Kebumen, kelompok 2 terdiri dari Alas Purwo dan Baluran serta kelompok 3 adalah Carita. Namun berdasarkan analisis keragaman genetik dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar. Kelompok pertama membentuk 3 subkelompok, dimana populasi Carita dan Batukaras berdiri sendiri-sendiri, sedangkan populasi Kebumen dan Alas Purwo mengelompok menjadi satu. Kelompok lainnya hanya terdiri dari satu populasi, yaitu Baluran. Selain itu Baluran juga sebagai pusat keragaman genetik di Pulau Jawa. Berdasarkan nilai asam lemak (oleat dan linoleat) dan sifat fisiko kimia (berat jenis dan nilai kalor) minyak mentah pongamia dari kelima populasi telah memenuhi syarat untuk dijadikan bahan baku biodiesel. Hasil uji provenansi antar populasi di Parung Panjang menunjukkan bahwa pertumbuhan bibit kelima populasi di luar habitatnya telah berhasil beradaptasi dengan baik. Hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian ini menyediakan pengetahuan dasar yang bermanfaat untuk mendukung penyusunan strategi konservasi sumberdaya genetik serta pemanfaatannya untuk tujuan pemuliaan pohon dan pembangunan hutan tanaman pongamia.