Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/88505
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorMurtilaksono, Kukuh-
dc.contributor.advisorJaya, I Nengah Surati-
dc.contributor.advisorHaridjaja, Oteng-
dc.contributor.authorMuis, Bos Ariadi-
dc.date.accessioned2017-12-14T01:34:12Z-
dc.date.available2017-12-14T01:34:12Z-
dc.date.issued2017-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/88505-
dc.description.abstractSeiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang tinggi mencapai 2.12% selama sepuluh tahun terakhir dan pertumbuhan ekonomi masyarakat yang semakin baik di DAS Krueng Aceh, menyebabkan permintaan kebutuhan lahan menjadi meningkat, sehingga terjadi perubahan penggunaan lahan tanpa memperhatikan prinsip konservasi tanah dan air. Penurunan luas tutupan lahan bervegetasi berupa hutan primer dan hutan sekunder yang diakibatkan oleh perladangan berpindah dan perambahan hasil hutan menyebabkan terjadinya degradasi lahan di wilayah hulu, dan dipicu oleh pengembangan luas areal sawah pada wilayah tengah dari DAS Krueng Aceh, maka laju aliran permukaan semakin meningkatkan akibat daya resapan air menjadi berkurang. Dampak perubahan pengunaan lahan tersebut ditunjukkan oleh respon hidrologi DAS yaitu terjadi fluktuasi debit dengan meningkatnya nilai koefisien rezim Sungai Krueng Aceh dari 14.59 di tahun 1994, naik menjadi 32.79 pada tahun 2004 dan meningkat drastis mencapai 56.74 pada tahun 2014. Ini membuktikan alih fungsi lahan hutan primer menjadi hutan tanaman, dan konversi lahan semak belukar menjadi lahan sawah dan pemukiman, mengakibatkan peningkatan laju aliran permukaan, dimana pada saat hujan jatuh kepermukaan tanah sebesar 18% air hujan tersebut mengalir langsung ke sungai dan terbuang ke laut, akibatnya air tidak dapat terinfiltrasi ke dalam tanah dan tidak dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga akhirnya mempengaruhi pasokan ketersediaan air pada musim kemarau yang menyebabkan kelangkaan air dan kekeringan di DAS Krueng Aceh. Potensi ketersediaan air permukaan di DAS Krueng Aceh hingga tahun 2014 diketahui sebesar 700 193 659 m3 dan total kebutuhan air konsumsi untuk pengguna sebanyak 705 313 619 m3, sehingga mengalami defisit air baku sebesar 5 119 959 m3. Konsumsi kebutuhan air terbesar di dominasi oleh sektor pertanian yaitu mencapai 663 800 832 m3/ha/tahun, dan konsumsi air terendah yaitu pada sektor perikanan sebanyak 248 091 m3/ha/tahun. Hasil neraca air menunjukkan pada tahun 2013 pasokan air dari DAS Krueng Aceh mengalami defisit, tidak mampu lagi menjadi penyedia air baku utama bagi wilayah Kabupaten Aceh Besar dan Kota Banda Aceh, sehingga harus dilakukan upaya konservasi sumberdaya air di DAS Krueng Aceh sejak dini agar kebutuhan air masyarakat dapat terpenuhi untuk jangka panjang dan berkesinambungan. Tidak semua bentuk teknik konservasi sumberdaya air dapat diterapkan pada setiap DAS karena memiliki karakteristik yang berbeda. Salah satu upaya penyelesaian masalah untuk konservasi sumberdaya air di DAS Krueng Aceh adalah dengan mengetahui kondisi hidrologi saat ini dan trend perubahan penggunaan lahan yang terjadi. Namun demikian, sebagian besar data hidrologi yang dibutuhkan belum cukup tersedia, oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan pemodelan hidrologi yang sesuai dengan kondisi biofisik DAS Krueng Aceh dengan cara memprediksi volume aliran permukaan menggunakan metode Soil Conservation Service (SCS). Metode SCS merupakan aplikasi perhitungan hidrologi sederhana yang telah banyak digunakan oleh para peneliti dengan hasil prediksi cukup akurat yang memperhitungkan kondisi fisik penggunaan lahan dan jenis tanah, yang kemudian diterjemahkan dalam suatu indeks curve number yang mencerminkan potensi aliran permukaan dengan curah hujan tertentu pada wilayah tersebut. Perencanaan penggunaan lahan DAS Krueng Aceh disusun dengan 3 (tiga) model skenario berdasarkan pendekatan konservasi sumberdaya air. Model skenario yang memiliki nilai volume aliran permukaan paling rendah dari hasil prediksi model SCS, maka skenario tersebut akan dipilih untuk direkomendasikan sebagai salah satu upaya mengatasi permasalahan defisit pasokan air di DAS Krueng Aceh. Berdasarkan hasil simulasi dari 3 skenario pemodelan bahwa penggunaan lahan yang terbaik dari aspek hidrologi adalah model skenario III yang menghasilkan nilai aliran permukaan terendah jika dibandingkan dengan model skenario I dan II. Model skenario III membuktikan bahwa mampu menurunkan aliran permukaan lebih rendah dari model skenario I (existing) sebesar 189.82 mm atau 20.56%, dan meningkatkan kapasitas infiltrasi lebih besar hingga mencapai 47%, sehingga air hujan yang jatuh diatas permukaan tanah tidak langsung menjadi aliran permukaan tetapi akan mengalami proses infiltrasi dan perkolasi terlebih dahulu. Model skenario III ini dapat diterapkan di DAS Krueng Aceh melalui program kegiatan teknik konservasi sumberdaya air secara vegetasi, mekanik dan pemberdayaan masyarakat, dengan prinsip dapat diterima oleh masyarakat setempat, menggunakan teknologi yang ramah lingkungan dan mampu dilaksanakan oleh berbagai lapisan masyarakat. Teknik konservasi sumberdaya air secara vegetasi dapat dilakukan melalui reboisasi sebagai salah satu metode yang paling tepat dan efisien untuk mengembalikan degradasi ekosistem lingkungan dan memberikan kontribusi untuk konservasi keanekaragaman hayati. Selain reboisasi, dapat juga dilakukan melalui penerapan kegiatan agroforestri (agroforestry) yang bertujuan menghalangi air hujan jatuh langsung ke permukaan tanah, sehingga energi kinetik dari air hujan menjadi lebih kecil saat menyentuh permukaan tanah. Selanjutnya konsevasi sumberdaya air secara mekanik dapat dilakukan dengan membangun Dam penahan (retaining dam), Dam pengendali (check dam) atau Embung (retention basin) yaitu bangunan penampung air berbentuk kolam yang berfungsi untuk menampung air hujan, air limpasan atau air rembesan pada lahan tadah hujan yang berguna sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan air pada musim kemarau. Faktor penting lain dari keberhasilan program konservasi sumberdaya air yaitu melalui pemberdayaan masyarakat (community empowerment) yang memengang peranan sangat penting dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi secara langsung dan aktif. Dengan melibatkan masyarakat tentu akan memberikan masukan yang sangat berharga terhadap permasalahan dan potensi yang dimiliki, serta dapat melindungi dan melestarikan sumberdaya air di DAS Krueng Aceh.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcWatershedsid
dc.subject.ddcWatershedsid
dc.subject.ddcLanduseid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcKrueng-Acehid
dc.titleModel Perencanaan Penggunaan Lahan untuk Konservasi Sumberdaya Air di DAS Krueng Acehid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keyworddegradasi lahanid
dc.subject.keywordhidrologiid
dc.subject.keywordKrueng Acehid
dc.subject.keywordperubahan penggunaan lahanid
Appears in Collections:DT - Agriculture

Files in This Item:
File SizeFormat 
2017bam.pdf
  Restricted Access
34.05 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.