Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/88304
Title: Analisis Mutasi Gen Epidermal Growth Factor Receptor pada Sampel Sediaan Hapusan Sitologi dan Plasma Darah Pasien Kanker Paru.
Authors: Yunus, Muhammad
Issue Date: 2017
Publisher: Bogor Agricultural University (IPB)
Abstract: Pasien kanker paru dengan mutasi gen EGFR merupakan subjek primer untuk mendapatkan terapi EGFR-TKI. Saat ini, sampel-sampel seperti jaringan tumor dan sitologi banyak digunakan sebagai sumber DNA untuk mendeteksi mutasi gen EGFR. Akan tetapi, sampel-sampel tersebut memiliki kelemahan seperti sulit untuk didapatkan. Untuk mengatasi masalah tersebut, kami menguji kemampuan cell-free DNA (cfDNA) untuk digunakan sebagai sumber DNA dalam mendeteksi mutasi gen EGFR. Kami juga menganalisis limit deteksi dari metode high-resolution melting polymerase chain reaction (HRM-PCR) dan restriction fragment length polymorphism (RFLP) dalam mendeteksi mutasi gen EGFR yang dibandingkan dengan metode pengurutan DNA. Selain itu, kami juga menganalisis hubungan antara status mutasi gen EGFR dengan angka tahan hidup pasien kanker paru. Sebanyak masing-masing 116 sampel sitologi dan cfDNA darah dikumpulkan dari pasien kanker paru. DNA dari masing-masing sampel diisolasi dan dianalisis untuk mengetahui status mutasi gen EGFR pada ekson 18, 19, 20, dan 21 dari sampel tersebut menggunakan metode HRM yang dilanjutkan dengan metode pengurutan DNA (ekson 18), elektroforesis agar (ekson 19), dan RFLP (ekson 21), sedangkan mutasi gen EGFR pada ekson 20 dianalisis menggunakan metode pengurutan DNA. Berdasarkan hasil analisis yang didapatkan, uji sensitivitas metode HRM dan RFLP menunjukkan bahwa metode HRM dan RFLP dapat mendeteksi adanya mutasi gen EGFR pada sampel yang mengandung DNA mutan sebesar 6.25% (ekson 18 dan 19), 1% sampai 12.5% (ekson 21). Dari 116 sampel yang dianalisis, DNA dapat diisolasi dari seluruh sampel cfDNA (100%) dan hanya 94.8% sampel sitologi yang dapat menghasilkan DNA. Selain itu, mutasi gen EGFR terdeteksi pada 46/110 (41.8%) sampel cfDNA dan 69/110 (62.7%) sampel sitologi. Nilai sensitivitas dan spesifisitas pengujian sampel cfDNA bervariasi dari 9.1% sampai 39.4% dan 83.1% sampai 96.5%. Angka tahan hidup pasien dengan mutasi gen EGFR langka diketahui lebih pendek dibandingkan angka tahan hidup pada pasien kanker paru dengan mutasi gen EGFR umum (296 berbanding 171 hari, ρ=0.003). Sebaliknya, perbedaan angka tahan hidup pada kedua kelompok menjadi tidak signifikan berbeda ketika status mutasi T790M dimasukkan ke dalam kedua kelompok tersebut (ρ˃0.05). Metode HRM dan RFLP lebih sensitif dibandingkan dengan metode pengurutan DNA. Sementara itu, berdasarkan hasil analisis mutasi gen EGFR, cfDNA dapat digunakan sebagai alternatif bahan untuk mendeteksi mutasi, namun diperlukan analisis lanjutan menggunakan metode yang lebih sensitif karena adanya kecenderungan hasil analisis negatif palsu yang tinggi dan positif palsu yang rendah pada penelitian ini. Selain itu, berdasarkan kurva Kaplan-Meier, mutasi gen EGFR umum dan T790M memberikan prognosis yang baik pada pasien kanker paru.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/88304
Appears in Collections:MT - Forestry

Files in This Item:
File SizeFormat 
2017myu1.pdf
  Restricted Access
12.33 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.