Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/87891
Title: Karakter Komunitas dan Tingkat Keinvasifan Tumbuhan Merambat di Suaka Margasatwa Pulau Rambut
Authors: Hikmat, Agus
Tjitrosoedirdjo, Soekisman
Rahayu, Nani
Issue Date: 2017
Publisher: Bogor Agricultural University (IPB)
Abstract: Suaka Margasatwa Pulau Rambut (SMPR) di Provinsi DKI Jakarta merupakan lahan basah bernilai konservasi tinggi sehingga ditetapkan sebagai situs Ramsar, Important Bird Area (IBA) dan ekosistem esensial. Keberlanjutan dan daya dukung kawasan ini sebagai habitat dan tempat berbiak burung air diduga terancam invasi tumbuhan merambat yaitu Dioscorea bulbifera dan Caesalpinia bonduc. Tumbuhan merambat tersebut diindikasikan invasif karena secara visual kelimpahannya tinggi dan diasumsikan telah mengganggu tumbuhan lainnya, namun belum ada data ilmiah yang mendukung dugaan ini. Tumbuhan merambat bersifat parasit struktural, berdampak negatif terhadap vegetasi dan memiliki karakteristik tumbuhan invasif, sedangkan secara teoritis SMPR memenuhi karakter kawasan yang rentan invasi. Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis karakter komunitas tumbuhan merambat di SMPR; (2) menganalisis karakter biofisik habitat tumbuhan merambat di SMPR; dan (3) menganalisis tingkat risiko keinvasifan tumbuhan merambat di SMPR, menyusun skala prioritas dan rekomendasi pengelolaannya. Tumbuhan merambat yang teridentifikasi di SMPR berjumlah 37 spesies yang terdiri atas 19 suku dan kontribusinya terhadap kekayaan spesies tumbuhan di SMPR mencapai 25.7%. Tumbuhan merambat pada hutan lahan kering, hutan pantai dan ekoton masing-masing adalah 27 spesies (17 suku), 23 spesies (16 suku) dan 16 spesies (12 suku). Kekayaan spesies tumbuhan merambat di semua tipe ekosistem rendah, namun kekayaan spesies di hutan lahan kering lebih tinggi daripada hutan pantai dan ekoton karena tanahnya lebih subur dan ukuran pohon yang relatif lebih besar sehingga dapat mendukung liana berukuran besar. Secara umum kekayaan, keanekaragaman dan kemerataan tumbuhan merambat pada semua eksosistem rendah akibat dominansi spesies tertentu. Komunitas tumbuhan merambat hutan lahan kering dan hutan pantai didominansi oleh D. bulbifera, sedangkan ekoton didominansi oleh Ipomoea violacea. Dominansi D. bulbifera di hutan lahan kering dan hutan pantai memengaruhi tingkat kesamaan komposisi spesies tumbuhan merambat antara tipe ekosistem. Pola sebaran sebagian besar spesies tumbuhan merambat mengelompok namun empat spesies memiliki sebaran bervariasi antara tipe ekosistem. Habitat tumbuhan merambat di SMPR terdiri atas hutan lahan kering, hutan pantai dan ekoton. Vegetasi habitat tumbuhan merambat di hutan lahan kering didominansi oleh Dysoxylum gaudichaudianum dan Morinda citrifolia, hutan pantai didominansi oleh Thespesia populnea dan Guettarda speciosa, sedangkan ekoton didominansi oleh Excoecaria agallocha dan T. populnea. Jenis tanah habitat tumbuhan merambat di SMPR adalah tanah mineral. Sifat fisik, kimia dan biologi tanah pada tingkat tapak yang spesifik bervariasi, namun secara umum tanah hutan lahan kering lebih subur dibandingkan tanah hutan pantai dan ekoton. Iklim mikro habitat tumbuhan merambat di SMPR bervariasi menurut tipe habitat mikronya. Kolonisasi tumbuhan merambat di SMPR berdampak negatif terhadap regenerasi dan kerapatan pohon, kekayaan, keanekaragaman dan komposisi spesies, namun signifikansi dampaknya bervariasi antara tipe ekosistem dan parameter. Dampak negatif tersebut mengindikasikan terjadinya invasi tumbuhan merambat di kawasan ini. Berdasarkan Global Compendium of Weed dan Invasive Species Compendium pada situs Centre for Agriculture and Biosciences International (CABI), 25 spesies tumbuhan merambat di SMPR terdeteksi berpotensi invasif, namun hasil penilaian keinvasifan Cayratia trifolia dan Premna serratifolia ditolak karena indeks ketidakpastiannya lebih dari 15%. Berdasarkan hasil analisis, tingkat risiko keinvasifan 23 spesies tumbuhan merambat terdiri atas sangat tinggi (13.0%), sedang (8.7%), rendah (8.7%) dan diabaikan (69.6%). Tumbuhan merambat invasif faktual di SMPR adalah D. bulbifera, C. bonduc, Coccinia grandis, Dioscorea esculenta and I. violacea. Selain itu, di kawasan ini terdapat 8 spesies tumbuhan merambat asing potensial invasif karena tumbuhan merambat tersebut telah dikenal invasif di berbagai wilayah. Fisibilitas pengendalian 23 spesies tumbuhan merambat terdiri atas sangat tinggi (52.2%), tinggi (21.7%), sedang (8.7%), rendah (4.3%) dan diabaikan (13.0%); sedangkan prioritas pengelolaan 25 spesies tumbuhan merambat terdiri atas eradikasi (32.0%), cegah penyebaran (4.0%), kelola tumbuhan invasif (12.0%), kelola situs (4.0%), pemantauan (24.0%) dan aksi terbatas (24.0%). Rekomendasi pengelolaan spesies tumbuhan merambat disusun berdasarkan skala prioritas, sifat biologis, kerapatan dan sebarannya serta tujuan pengelolaan kawasan. Upaya pengelolaan tumbuhan merambat invasif sebaiknya disinergikan dengan kegiatan restorasi kawasan untuk memperoleh hasil lebih efektif dan berkelanjutan.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/87891
Appears in Collections:MT - Forestry

Files in This Item:
File SizeFormat 
2017nra.pdf
  Restricted Access
35.76 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.