Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/87400Full metadata record
| DC Field | Value | Language |
|---|---|---|
| dc.contributor.advisor | Sudrajat, Agus Oman | - |
| dc.contributor.advisor | Laining, Asda | - |
| dc.contributor.author | Prasetyo, Dony | - |
| dc.date.accessioned | 2017-07-03T08:11:11Z | - |
| dc.date.available | 2017-07-03T08:11:11Z | - |
| dc.date.issued | 2017 | - |
| dc.identifier.uri | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/87400 | - |
| dc.description.abstract | Salah satu masalah utama pada unit pembenihan udang windu Penaeus monodon adalah ketidakmampuan induk untuk matang gonad secara alami. Kematangan gonad induk udang hanya dapat dicapai dengan ablasi tangkai mata, yaitu menghilangkan produksi dari hormon penghambat gonad (GIH). Meski metode ini sangat mudah, ablasi dapat menyebabkan gangguan metabolisme asam lemak, perilaku renang udang menjadi miring, penurunan kualitas gamet, stres dan kematian. Ablasi mata juga menjadi isu terkait dengan animal welfare yang dapat menjadi kendala dalam perdagangan ekspor. Manipulasi reproduksi secara hormonal telah diketahui mampu mempercepat pematangan gonad. Pada penelitian ini, manipulasi reproduksi pada udang dilakukan dengan menggunakan premix hormon oocyte developer (Oodev®) yang mengandung hormon PMSG (pregnant mare serum gonadotropin) dan antidopamin (AD), yang terbukti telah mampu meningkatkan kematangan gonad di beberapa ikan dan udang vaname jantan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis peran Oodev® dalam meningkatkan performa reproduksi induk windu jantan alam dan betina tambak. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif metode pengganti ablasi tangkai mata dalam menginduksi pematangan gonad udang windu. Penelitian dilakukan dengan 2 tahap yaitu: tahap 1 yaitu induksi pematangan udang jantan alam dan tahap 2 yaitu induksi pematangan udang betina tambak. Percobaan 1 dan 2 menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan berupa penyuntikan dengan dosis 0,5 dan 1 mL/kg, serta ablasi sebagai kontrol. Setiap perlakuan terdiri dari 25 individu sebagai ulangan. Penyuntikan hormon dilakukan sebanyak 2 kali dengan interval 1 minggu. Pada penelitian tahap 1, parameter yang diamati yaitu persentase induk matang, bobot tubuh, bobot spermatofor, jumlah spermatozoa, persentase spermatozoa normal, analisis asam lemak daging dan gambaran histologi organ reproduksi. Penelitian tahap 2, parameter yang diamati yaitu persentase induk matang, bobot tubuh, jumlah betina kawin, fekunditas relatif, dan diameter telur. Selama proses pematangan induk dipelihara di bak indoor kapasitas 10 ton dengan sistem flow-through, diberi pakan cumi dan kerang sebanyak 4% bobot tubuh perhari. Parameter air meliputi suhu, salinitas, pH, dan DO yang dijaga agar tetap berada pada kondisi optimum dengan sistem flow-through dan filtrasi. Hasil penelitian tahap 1 menunjukkan induk jantan alam yang diinjeksi dengan dosis 0,5 mL/kg mampu menghasilkan induk matang terbanyak yaitu 84%. Induk yang diinjeksi (dosis 0,5 dan 1) matang 1 kali, sedangkan induk ablasi berematurasi. Induk yang diinjeksi mampu matang lebih singkat dan serentak dalam 7 hari, dibandingkan induk ablasi yang matang 7-21 hari. Kualitas spermatofor dan sel sperma yang dihasilkan sama antara perlakuan (P>0,05). Analisis regresi menunjukkan hubungan antara bobot tubuh dan bobot spermatofor bersifat linier dan sama antara perlakuan dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,61. Begitu pula regresi linier bobot spermatofor dengan jumlah sel sperma sama antara perlakuan dan menghasilkan nilai R2 sebesar 0,42. Analisis total asam lemak induk injeksi yaitu 2,64 dan 2,65 menunjukkan peningkatan yang cenderung lebih tinggi dibandingkan induk ablasi yaitu 2,26. Gambaran histologi organ reproduksi induk yang diinjeksi Oodev® tidak menunjukkan adanya anomali atau sama dengan induk ablasi. Hasil penelitian tahap 2 menunjukkan induksi Oodev® 0,5 mL/kg mampu menghasilkan induk betina tambak yang matang sebesar 75% lebih banyak dari ablasi yaitu sebesar 53%. Persentase induk matang yang memijah relatif sama yaitu sekitar 39%. Induk ablasi yang matang kembali lebih banyak dari induk injeksi dengan lama waktu pematangan lebih singkat. Fekunditas relatif dan diameter telur yang dihasilkan tidak berbeda antar perlakuan. Induksi pematangan gonad udang secara hormonal melalui penyuntikan Oodev® pada udang jantan alam dapat mempercepat pematangan gonad dibandingkan metode ablasi tangkai mata. Udang jantan dapat matang gonad secara serentak (100%) dalam waktu 1 minggu yang disertai dengan produksi spermatofor, pengaruh hormon kemudian menurun setelah periode maturasi (setelah 7 hari) dan selanjutnya tidak ada proses rematurasi. Hasil ini memungkinkan induksi maturasi udang jantan secara serentak dan terkontrol. Kondisi tersebut tidak terjadi pada udang jantan yang diablasi tangkai mata yang memiliki variasi dalam waktu pematangan gonad. Proses rematurasi terus terjadi pada udang yang diablasi sampai hari ke-21, dimana jumlah udang yang matang gonad semakin menurun. Seperti pada udang jantan, penyuntikan Oodev® pada udang betina tambak juga dapat mempercepat pematangan gonad namun membutuhkan lama waktu yang lebih lama (7 hari). Induksi pematangan gonad udang windu melalui penyuntikan Oodev® mampu mempercepat pematangan gonad jantan dan betina secara serentak dengan jumlah induk matang gonad yang lebih banyak dari pada udang yang diablasi. Hasil ini diharapkan dapat menjadi alternatif pengganti metode ablasi tangkai mata di dalam mempercepat pematangan gonad udang windu. | id |
| dc.language.iso | id | id |
| dc.publisher | Bogor Agricultural University (IPB) | id |
| dc.subject.ddc | Fisheries | id |
| dc.subject.ddc | Shrimps | id |
| dc.subject.ddc | 2016 | id |
| dc.subject.ddc | Bogor, Jawa Barat | id |
| dc.title | Performa reproduksi udang windu Penaeus monodon pascainjeksi hormon pmsg dan antidopamin | id |
| dc.type | Thesis | id |
| dc.subject.keyword | PMSG | id |
| dc.subject.keyword | antidopamin | id |
| dc.subject.keyword | Oodev® | id |
| dc.subject.keyword | reproduksi | id |
| dc.subject.keyword | udang windu | id |
| Appears in Collections: | MT - Fisheries | |
Files in This Item:
| File | Size | Format | |
|---|---|---|---|
| 2017dpr.pdf Restricted Access | 11.67 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.