Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/86979
Title: Analisis Nilai Spektral Whistle Lumba-Lumba (Tursiops truncatus) Pada Kolam Karantina, Ocean Dream Samudera, Ancol, Indonesia.
Authors: Manik, Henry Munandar
Ghassani, Nabila
Issue Date: 2016
Publisher: IPB (Bogor Agricultural University)
Abstract: Lumba-lumba memiliki komunikasi yang komplek dan kontekstual. Lumba-lumba berkomunikasi menggunakan sinyal suara vokal dan non-vokal. Lumba-lumba mengandalkan sistem sonar yang disebut ekholokasi sebagai sensor utama mereka. Oleh karena itu, akustik merupakan saran yang paling efektif dan efisien untuk berkomunikasi pada lingkungan perairan. Lumba-lumba hidung botol (Tursiops truncatus) dapat mendengar dari 15 kHz hingga 150 kHz. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai spektral pada suara whistle atau peluit sebagai manipulasi komunikasi pada lumba-lumba. Pengambilan data penelitian ini di lakukan di Ocean Dream Samudera, Ancol. Indonesia pada tanggal 10 Maret 2016. Hasil yang diperoleh dengan menggunakan metode symlet-4 wavelet (pemrosesan sinyal) menunjukkan bahwa semakin besar nilai spektral dan semakin padatnya spektrum yang di hasilkan noise atau derau yang dihilangkan maka akan menghsilkan nilai residual yang kecil , dan semakin kecil nilai dan semakin renggangnya spektrum memiliki nilai spektral residual yang semakin besar. Metode filter yang digunakan adalah metode Band Pass Filter (BPF) dengan cut off 0-12 kHz. Hasil yang diperoleh dari kuatan sinyal tidak akan mempengaruhi nilai dan hasil spektrum sinyal asli. Interval suara whitsle sebelum makan dan sesudah makan di kolam karantina memiliki rentang waktu maksimal yang berbeda yaitu 630 ms dan 650 ms. Interval suara whitsle sesudah makan lebih besar pada whitsle 2 dengan durasi waktu 196.66 ms dan sebelum makan di whitsle 4 dengan durasi waktu 12 ms. Source level (SL) dengan frekuensi pada saat sebelum makan kolam karantina memiliki nilai tertinggi di whistle 3 dengan SL dalam rentang 15.9 kHz-16.1 kHz dengan 33.6 dB sedangkan sesudah makan di whistle 4 dengan nilai SL 17.8 kHz – 18.5 kHz dengan 33.62 dB. Simpulan dari penelitian ini bahwa suara whistle lumba-lumba setelah makan memiliki frekuensi dan SL lebih tinggi dibandingkan suara whistle sebelum makan pada kolam karantina Ocean Dream Samudera, Ancol.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/86979
Appears in Collections:UT - Marine Science And Technology

Files in This Item:
File SizeFormat 
C16ngh.pdf
  Restricted Access
17.52 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.