Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/86839
Title: Induksi Mutasi Fisik pada Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dengan Iradiasi Sinar Gamma.
Authors: Aisyah, Syarifah Iis
Darusman, Latifah K.
Mikrom, Nur Asmaranda
Issue Date: 2016
Publisher: IPB (Bogor Agricultural University)
Abstract: Temulawak merupakan salah satu jenis temu-temuan yang berasal dari Indonesia yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku untuk obat tradisional. Komponen aktif yang terdapat dalam rimpang temulawak adalah xanthorrhizol. Khasiat xanthorrhizol dalam temulawak dapat membantu menghambat penggumpalan darah, dan dapat menurunkan kolesterol yang berpengaruh terhadap penggumpalan darah. Temulawak juga memiliki efek farmakologi zat aktif, salah satunya adalah germakron yang memiliki efek anti inflamasi dan menghambat edema (pembengkakan akibat retensi air yang berlebih pada jaringan tubuh). Keterbatasan keragaman temulawak di Indonesia menyebabkan rendahnya ketersediaan simplisia yang mempunyai kandungan xanthorrhizol sesuai standar pasar. Hal ini juga berimbas pada rendahnya keragaman genetik temulawak sebagai bahan seleksi pada pemuliaan konvensional sehingga penelitian ini penting untuk dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah mencari dosis LD50 (Lethal Dose 50) serta meningkatkan keragaan tanaman temulawak akibat induksi mutasi fisik dengan sinar gamma yang berasal dari radioisotop Co-60 (Cobalt-60). Metode iradiasi yang dilakukan adalah iradiasi tunggal (acute irradiation) menggunakan Iradiator Panorama Serbaguna (IRPASENA) milik BATAN dengan 11 taraf dosis yang berbeda yaitu 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90 dan 100 Gy. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) 1 faktor (dosis radiasi). Tanaman yang telah diradiasi dibudidayakan secara in vivo. Pengamatan pertumbuhan temulawak dilakukan pada karakter vegetatif secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian ini, mendapatkan LD50 temulawak pada dosis 69.08 Gy. Iradiasi dengan sinar gamma mengakibatkan perlambatan pertumbuhan temulawak hingga 16 minggu setelah iradiasi (MSI). Perubahan morfologi yang terjadi berupa perubahan bentuk dan diameter pada pangkal batang terjadi pada dosis 60 Gy dan 70 Gy. Perubahan bentuk daun terjadi mulai dosis 50 Gy. Pertumbuhan tanaman kerdil terjadi mulai dosis 50 Gy, dan tanaman 70 Gy tak menghasilkan rimpang. Tanaman perlakuan 80, 90, dan 100 Gy tidak dapat bertunas dengan baik dan mati pada umur 14 minggu setelah iradiasi.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/86839
Appears in Collections:UT - Agronomy and Horticulture

Files in This Item:
File SizeFormat 
A16nam.pdf
  Restricted Access
2.32 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.