Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/86615
Full metadata record
DC Field | Value | Language |
---|---|---|
dc.contributor.advisor | Suketi, Ketty | - |
dc.contributor.advisor | Kartika, Juang Gema | - |
dc.contributor.author | Mitariastini, Ni Luh Gede | - |
dc.date.accessioned | 2017-05-31T08:20:49Z | - |
dc.date.available | 2017-05-31T08:20:49Z | - |
dc.date.issued | 2016 | - |
dc.identifier.uri | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/86615 | - |
dc.description.abstract | Kelor merupakan sayuran indigenous Indonesia memiliki berbagai manfaat.Budidaya kelor di Indonesia masih rendah karena kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai manfaat dan cara budidayanya, biasanya kelor digunakan sebagai tanaman pagar. Tujuan penelitian ini memperoleh informasi mengenai pertumbuhan dan produksi aksesi kelor pada interval pemanenan berbeda. Penelitian dilaksanakan bulan Januari - Juni 2016 di Kebun Percobaan Sawah Baru, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor.Terdapat 2 percobaan dalam penelitian ini. Percobaan pertama, pertumbuhan dan produksi aksesi kelor menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) 1 perlakuan, yaitu aksesi dengan 7 aksesi yang berbeda dan 3 ulangan. Percobaan kedua;pengaruh interval pemanenan terhadap aksesi kelor menggunakan rancangan Split Plot2 perlakuan disusun dengan RKLT 3 ulangan. Petak utama adalah aksesi dengan 7 aksesi yang berbeda dan anak petak adalah interval pemanenan dengan 2 taraf, yaitu 5 dan 7 minggu. Aksesi yang digunakan adalah aksesi Tabanan, Bogor, Banyuwangi, Lhokseumawe, Halmahera Tengah, Palu, dan Solo. Percobaan pertama menunjukkan aksesi Bogor memiliki pertumbuhan dan produksi terbaik pada jumlah daun, jumlah cabang, bobot basah brangkasan, bobot basah anak daun, bobot basah cabang, rasio bobot basah daun per jumlah cabang panenan, rasio bobot basah anak daun per jumlah daun panenan, dan rasio bobot basah cabang per bobot basah brangkasan. Percobaan kedua menunjukkan aksesi Bogor pada interval pemanenan 7 minggu memiliki rasio bobot basah anak daun per jumlah daun panenan tertinggi. Penanaman kelor di Bogor atau sekitarnya sebaiknya menggunakan aksesi Bogor dengan interval pemanenan 7 minggu. | id |
dc.language.iso | id | id |
dc.publisher | IPB (Bogor Agricultural University) | id |
dc.subject.ddc | Agronomy | id |
dc.subject.ddc | Medicinal plants | id |
dc.subject.ddc | 2016 | id |
dc.subject.ddc | Bogor-Cultivar | id |
dc.title | Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Aksesi Kelor (Moringa oleifera Lam.) padaInterval Pemanenan Berbeda. | id |
dc.type | Undergraduate Thesis | id |
dc.subject.keyword | bobot basah anak daun | id |
dc.subject.keyword | jarak antar buku | id |
dc.subject.keyword | jumlah daun | id |
dc.subject.keyword | rasio hasil panen | id |
Appears in Collections: | UT - Agronomy and Horticulture |
Files in This Item:
File | Size | Format | |
---|---|---|---|
A16nlg.pdf Restricted Access | 15.87 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.