Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/86378
Title: Pertumbuhan dan Produksi Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz) pada Sistem Tumpang Sari dengan Bengkuang (Pachyrhizus erosus L.).
Authors: Suwarto, Suwarto
Abrori, Ahmad Faris
Issue Date: 2016
Publisher: IPB (Bogor Agricultural University)
Abstract: Produksi ubi kayu di Indonesia mengalami peningkatan produksi 10 tahun terakhir dari 19,32 juta ton pada tahun 2005 menjadi 21,79 juta ton pada tahun 2015. Luas areal panen turun dari 1,21 juta ha menjadi 949 ribu ha. Lahan produktif di Indonesia semakin berkurang dari tahun ke tahun. Produksi tanaman mengarah pada lahan marjinal dengan hara atau kesuburan yang rendah. Peningkatan produksi dan perbaikan hara perlu dilakukan, salah satunya dengan penanaman ubi kayu secara tumpang sari dengan tanaman kacang-kacangan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pertumbuhan dan produksi beberapa varietas ubi kayu pada sistem tumpang sari dengan bengkuang. Tiga varietas ubi kayu (Mangu, Gajah dan Adira 1) ditanam monokultur dan tumpang sari dengan bengkuang. Varietas berpengaruh terhadap pertumbuhan ubi kayu seperti tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun segar, jumlah daun gugur, bobot basah dan kering daun gugur. Ubi kayu pada sistem tanam tumpang sari mempunyai tinggi tanaman dan diameter batang yang lebih besar. Perlakuan sistem tanam tumpang sari meningkatkan jumlah umbi pertanaman, bobot basah dan kering brangkasan dan varietas adira mempunyai bobot basah dan kering tertinggi. Sistem tanam tumpang sari antara ubi kayu dan bengkuang tidak mampu meningkatkan produktivitas ubikayu. Hasil umbi ubi kayu terbesar terdapat pada varietas Mangu yaitu 4,27 kg tanaman-1 atau 34,16 ton ha-1 Interaksi varietas dan sistem tanam tidak menghasilkan pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi ubi kayu maupun bengkuang. Penanaman ubi kayu secara tumpang sari mampu menaikkan nilai unsur hara N, P, K dan Al.
Productivity of cassava in Indonesia increased in last 10 years from 19,32 million ton hectare-1 in 2005 to 21,79 million ton hectare-1 in 2015. However the cassava field decreased from 0.949 to 1.21 million ha. Productive land in Indonesia is decreasing almost every year. Planting in the marjinal land with low nutrient contents will cause low productivity of casava. One of the way to increase productivity and nutrient content is an intercropping casava and legume. In this study, three variety of cassava were used are Mangu, Gajah and Adira-1. The variety was planted in monoculture and intercropping. Variety affect in plant height, stem diameter, number of attached leaves, number of fallen leaves, fresh and dry weight of cassava leaves. The casava intercropped have the plant height and stem diameter more than in the monoculture, but intercropping between cassava and yam bean did not increase cassava productivity. The treatment of intercropping system increased number of cassava tuber per plant, fresh and dry biomass of cassava and Adira has fresh and dry biomass biggest. The highest tuber of cassava produced by Mangu variety with 4,27 kg per plant or 34,16 ton per hectare. The interaction of variety and cropping system not affect in the growth and production of cassava and yam bean. The intercropping system in casava increase amount of Nitrogen, Pottasium, Kalium and Al in the soil.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/86378
Appears in Collections:UT - Agronomy and Horticulture

Files in This Item:
File SizeFormat 
A16afa.pdf
  Restricted Access
1.53 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.