Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/85557
Title: Penggunaan Lahan di DAS Cimanuk Hulu: Perubahan dan Keterkaitannya dengan Faset Lahan
Authors: Tjahjono, Boedi
Munibah, Khursatul
Duitasari
Issue Date: 2017
Publisher: Bogor Agricultural University (IPB)
Abstract: DAS Cimanuk adalah salah satu DAS besar yang dikategorikan kritis peringkat kedua di Jawa Barat setelah DAS Citarum. Mengingat bahwa DAS merupakan suatu sistem hidrologis yang dijadikan sebagai satuan dalam pengelolaan sumberdaya lahan, maka pengelolaan DAS menjadi kunci dalam pembangunan di wilayah ini. Secara ekologis, keberadaan vegetasi dan penggunaan lahan di dalam DAS sering digunakan sebagai salah satu ukuran untuk melihat kondisi lingkungan suatu DAS, oleh karena itu penelitian penggunaan lahan DAS Cimanuk Hulu sangat diperlukan agar dapat digunakan untuk mengetahui kondisi lingkungan DAS dan mendukung analisis-analisis lain untuk memperbaiki lahan kritis atau kondisi lingkungan DAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan lahan daerah penelitian berdasarkan citra Landsat dapat dipilah menjadi 9 jenis yaitu berupa badan air, hutan, kebun campuran, lahan terbuka, padang rumput, perkebunan, permukiman, sawah, dan tegalan. Perubahan luas penggunaan lahan terjadi pada di setiap periode waktu, dimana untuk periode 1995-2005 penggunaan lahan yang mengalami penurunan luas secara signifikan adalah hutan dan sawah berturut-turut seluas 14.512 ha dan 5.501 ha, sedangkan jenis penggunaan lahan yang bertambah luasannya adalah tegalan dan permukiman berturut-turut seluas 16.997 ha dan 3.662 ha. Adapun untuk periode 2005-2015 pola perubahan penggunaan lahan masih mirip, yaitu penggunaan lahan hutan dan sawah mengalami penurunan luas berturut-turut 6.420 ha dan 3.179 ha, sedangkan penggunaan lahan tegalan dan permukiman mengalami peningkatan luas berturut-turut sebesar 7.346 ha dan 3.579 ha. Prediksi tahun 2025 menunjukkan bahwa penggunaan lahan yang mengalami penurunan luas adalah sawah, hutan, perkebunan, dan padang rumput berturutturut sebesar 2.871 ha, 4.371 ha, 510 ha, dan 43 ha, sebaliknya yang mengalami peningkatan luasan adalah tegalan, permukiman, lahan terbuka, dan kebun campuran berturut-turut seluas 4.515 ha, 3.536 ha, 68 ha, dan 37 ha. Dalam kaitannya dengan faset lahan, persebaran hutan mendominasi faset lahan “pegunungan vulkanik denudasional” dengan lereng agak curam hingga sangat curam. Sawah dan permukiman mendominasi faset lahan “dataran fluviovulkanik” dan “lereng bawah vulkanik denudasional” dengan lereng datar hingga landai, sedangkan tegalan mendominasi “lereng bawah kerucut vulkanik denudasional” dan “pegunungan vulkanik denudasional” dengan kondisi lereng agak curam hingga curam. Selain itu ada dua pola penggunaan lahan yang pola hubungannya dengan morfometri faset lahan tampak jelas, yakni hutan dan tegalan yang luasannya meningkat seiring dengan kenaikan kemiringan lereng, sedangkan sawah dan permukiman menurun luasannya seiring dengan naiknya kemiringan lereng
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/85557
Appears in Collections:UT - Soil Science and Land Resources

Files in This Item:
File SizeFormat 
A17dui.pdf
  Restricted Access
21.7 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.