Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/84197
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorSetiyono, Agus-
dc.contributor.advisorJuniantito, Vetnizah-
dc.contributor.advisorSaid, Syahruddin-
dc.contributor.authorHerlina, Nina-
dc.date.accessioned2017-05-04T03:53:20Z-
dc.date.available2017-05-04T03:53:20Z-
dc.date.issued2017-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/84197-
dc.description.abstractQ fever merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri gram negatif Coxiella burnetii dan terdistribusi luas di seluruh dunia. Gejala klinis pada hewan ternak bersifat tidak konsisten dan tidak spesifik. Teknik diagnosa yang baik merupakan salah satu langkah pencegahan dan pengendalian penyakit Q fever. Salah satu komponen penting untuk diagnosa adalah antibodi. Produksi antibodi anti-C. burnetii dapat dilakukan untuk menunjang diagnosa baik secara serologis (ELISA, Western blot), immunochromatographic strip (imunostrip) maupun imunohistokimia. Penelitian ini bertujuan memproduksi antibodi poliklonal anti-C. burnetii dan mengkarakterisasinya. Antibodi tersebut kemudian digunakan untuk mendeteksi antigen dengan metode imunohistokimia. Antibodi poliklonal diperoleh dari induksi isolat C. burnetii pada kelinci. Antibodi ini diharapkan mampu mengikat antigen isolat lapang pada organ limpa, paru-paru dan hati sapi dari Rumah Potong Hewan (RPH) di Medan yang sebelumnya telah dikonfirmasi positif C. burnetii. Produksi antibodi poliklonal dilakukan pada dua ekor kelinci New Zealand White (NZW) jantan berumur 10-16 minggu. Kelinci tersebut diinduksi dengan imunogen C. burnetii strain Nine Mile (NM) II. Imunisasi pertama dilakukan dengan mengemulsikan imunogen dengan Complete Freund’s Adjuvant (CFA) untuk menginduksi antibodi secara perlahan. Boosting dilakukan menggunakan imunogen yang sama dan penambahan Incomplete Freund’s Adjuvant (IFA) yang dilakukan pada hari ke-14 pasca induksi. Pemanenan serum dilakukan pada hari ke-24 pasca induksi. Antibodi terhadap C. burnetii dianalisis menggunakan teknik Dot Blot yang menunjukkan adanya reaksi positif warna keunguan dengan penambahan substrat Tetramethylbenzidine (TMB) mengindikasikan bahwa IgG telah terbentuk. Serum yang diperoleh dipurifikasi menggunakan metode presipitasi dengan amonium sulfat saturasi 35 %. Setelah dialisis dengan PBS pH 7.4 dilakukan filtrasi gel dengan matriks Sephadex G-75. Hasil konsentrasi akhir protein yaitu sebesar 11.3 μg μl-1. Profil protein imunogen dan antibodi yang dihasilkan dilihat menggunakan Sodium Dodecyl Sulfate Poly Acrylamide Gel Electrophoresis (SDS PAGE). Pewarnaan Coomassie blue menunjukkan pita pada berat molekul 170 kDa, 100 kDa, 65 kDa, 50 kDa dan 25 kDa. Pita 170 kDa merupakan fragmen IgG yang tidak terdenaturasi, sedangkan pita dengan bobot molekul 50 kDa merupakan antibodi heavy chain (rantai berat) dan bobot molekul 25 kDa sebagai light chain (rantai ringan). Kompatibilitas antibodi dan antigen dianalisis menggunakan Western blot. Adanya pita berwarna keunguan menunjukan adanya reaksi imun positif yang mengindikasikan bahwa serum yang dihasilkan mampu mengikat antigen C. burnetii. Pita tersebut menunjukkan berat molekul 35.5 kDa yaitu outer membrane protein NM II, pita 51.4 kDa merupakan hypothetical membrane protein NM II sedangkan 58.284 kDa sebagai chaperonin (Grol) soluble protein NM II (Kowalczewska et al. 2011). Pengujian antibodi dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan preparasi sampel organ limpa yang telah difiksasi dalam formalin. Isolasi protein dilakukan dengan menginkubasi sampel dalam larutan lisis buffer yang mengandung 2% sodium dodecyl sulfat (SDS) pada suhu 100 oC selama 20 menit dilanjutkan dengan inkubasi pada suhu 60 oC selama 2 jam. Hasil isolasi kemudian dianalisa dengan Dot Blot. Hasil menunjukkan adanya warna keunguan akibat adanya reaksi antara antibodi dan antigen C. burnetii. Pemeriksaan dilanjutkan dengan melakukan SDS PAGE dan Western Blot. Selain itu dilakukan juga pemeriksaan dengan metode imunohistokimia. Sampel yang digunakan berupa limpa, paruparu dan hati sapi asal Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Medan yang sebelumnya telah dikonfirmasi positif Q Fever oleh Nasution et al. (2014). Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 90 % limpa, 100 % paru dan 100 % hati bersifat imunoreaktif. Antibodi yang telah dipurifikasi tersebut mampu mendeteksi antigen C. burnetii pada ruminansia bahkan pada hewan yang asimptomatik Q Fever.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcAnimal Husbandryid
dc.subject.ddcVeterinary Scienceid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcBogor, Jawa Baratid
dc.titleProduksi Antibodi Anti-Coxiella Burnetii Untuk Deteksi Q Fever Pada Ruminansia Dengan Metode Imunohistokimiaid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordQ feverid
dc.subject.keywordsapiid
dc.subject.keywordCoxiella burnetiiid
dc.subject.keywordantibodi poliklonalid
dc.subject.keywordimunohistokimiaid
Appears in Collections:MT - Veterinary Science

Files in This Item:
File SizeFormat 
2017nhe.pdf
  Restricted Access
15.41 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.