Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/84137
Title: Penentuan Kadar Oksigen Terlarut Optimum Untuk Pertumbuhan Benih Kepiting Bakau Scylla Serrata Dalam Sistem Resirkulasi
Authors: Nirmala, Kukuh
D. Djokosetiyanto
Faturrohman, Kurnia
Issue Date: 2017
Publisher: Bogor Agricultural University (IPB)
Abstract: Kepiting bakau Scylla serrata merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi sehingga jumlah permintaan pasar setiap tahunnya meningkat (FAO 2011). Peningkatan permintaan pasar ini tidak diimbangi dengan terjaminnya kontinuitas produksi. Hal ini disebabkan pemenuhan permintaan pasar baik lokal maupun global sebagian besar masih diperoleh dari hasil tangkapan alam. Jumlah produksi kepiting bakau yang semakin menurun dari tahun 2013 sampai 2014 membuat pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Kelautan Perikanan nomor 1/PERMEN-KP/2015 tentang ketentuan penangkapan kepiting, rajungan, dan lobster berdasarkan ukuran dan ada tidaknya telur. Pembatasan ini membuat sektor budidaya mempunyai peluang besar untuk dikembangkan guna memenuhi permintaan pasar. Teknologi pembenihan kepiting bakau belum sepenuhnya berkembang. Budidaya kepiting bakau sebagian besar masih berada dalam tahapan pembesaran yaitu dengan menangkap benih yang berasal dari alam kemudian dipelihara sampai ukuran konsumsi. Pemeliharaan berlangsung seluruhnya di dalam air, sangat berbeda dengan habitat alami kepiting bakau. Pertumbuhan kepiting bakau yang dipelihara juga sangat lambat sehingga perlu adanya teknologi perekayasaan lingkungan untuk meningkatkan kinerja produksi. Salah satu parameter lingkungan yang sangat penting karena berperan sebagai faktor pembatas adalah kadar oksigen terlarut (OT). Faktor pembatas menjadikan OT harus tersedia dalam jumlah tertentu untuk menjaga kelangsungan hidup biota. Oleh karena itu penambahan aerasi dalam budidaya intensif mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya persaingan dalam mendapatkan oksigen. Informasi tentang jumlah oksigen terlarut yang tepat untuk menunjang pertumbuhan kepiting bakau dalam sistem budidaya terkontrol masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan menentukan kadar oksigen terlarut (OT) yang optimum melalui penentuan titik aerasi serta mengevaluasi peranan oksigen terlarut terhadap kinerja produksi kepiting bakau Scylla serrata. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Oktober 2015 bertempat di Laboratorium Lingkungan Akuakultur II, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Rancangan penelitian yang digunakan adalah RAL dengan empat perlakuan (penambahan titik aerasi dengan rincian A, tidak menggunakan titik aerasi; B, satu titik aerasi; C, dua titik aerasi dan D, tiga titik aerasi) dan tiga ulangan. Tahap persiapan wadah dilakukan dengan membuat sistem resirkulasi untuk setiap perlakuan. Hal ini bertujuan untuk menjaga kualitas media pemeliharaan agar tetap dalam kondisi yang diharapkan serta mengurangi penumpukan feses dan sisa pakan di wadah pemeliharaan. Besaran debit udara pada setiap titik aerasi ditentukan dengan uji pendahuluan untuk mengetahui kebutuhan OT minimal kepiting bakau disetiap wadahnya. Hasilnya besaran debit udara yang dibutuhkan untuk mencukupi minimal kebutuhan OT kepiting bakau sebesar 4.9 mg L-1 O2 adalah 0.125 L s-1 untuk satu titik aerasi. Besaran tersebut diaplikasikan ke setiap wadah disesuaikan dengan jumlah titik aerasi sesuai perlakuan. Kepiting bakau yang digunakan memiliki bobot rata-rata 46.6±1.06 g ekor-1 dengan padat tebar 10 ekor per wadah. Wadah yang digunakan selama pemeliharaan adalah bak plastik yang berukuran 40×30×30 cm3. Pemeliharaan kepiting bakau dilaksanakan selama 42 hari dan diberikan pakan empat kali sehari dengan ikan rucah menggunakan metode restricted yakni sebesar 10% dari bobot biomassa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan C yaitu penambahan dua titik aerasi menghasilkan nilai kelarutan oksigen rata-rata sebesar 5.11-5.77 mg L-1 dan memberikan hasil terbaik terhadap kinerja produksi kepiting bakau yaitu derajat kelangsungan hidup 63.33±5.77 %; laju pertumbuhan mutlak 0.83±0.03 g.hari-1 ; pertumbuhan panjang mutlak 4.2±0.4 cm ; rasio konversi pakan 3.6±0.2 dan nilai koefisien keragaman (KK) sebesar 21.50±1.3%. Perlakuan C juga menunjukkan respon stress yang baik dengan peningkatan kadar kortisol dan glukosa hemolim paling rendah dari perlakuan lain yaitu sebesar 13.9 nmol L-1 dan 24.8 mg dL-1 pada akhir masa pemeliharaan. Sedangkan peningkatan nilai total haemocyte count (THC) pada perlakuan C sebesar 8.13±0.27 sel/mm3dengan nilai tingkat konsumsi oksigen (TKO) paling rendah dan stabil daripada perlakuan lain yaitu sebesar 0.45-0.58 mgO2 g-1 jam-1. Kualitas air selama penelitian memiliki nilai yang fluktuatif di setiap perlakuan sebagai efek adanya perbedaan nilai kelarutan oksigen yang dihasilkan. Secara keseluruhan perlakuan C memiliki nilai kualitas air terbaik dibandingkan dengan perlakuan lain dengan kisaran nilai suhu 28.9-30.7 ºC, pH 7.4-7.7, salinitas 24.7-25.7 ppt, alkalinitas 173.1-188.1 mg L-1, amonia 0.002-0.009 mg L-1, nitrit 0.001-0.121 mg L-1, nitrat 0.003-0.334 mg L-1 dan total suspended solid (TSS) sebesar 27.9-96.2 mg L-1. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perlakuan terbaik terdapat pada pemeliharaan kepiting bakau Scylla serrata dengan penambahan dua titik serasi yang menghasilkan kadar oksigen terlarut dengan kisaran sebesar 5.11-5.77 mg L-1 selama masa pemeliharaan.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/84137
Appears in Collections:MT - Fisheries

Files in This Item:
File SizeFormat 
2017kfa.pdf
  Restricted Access
16.5 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.