Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/84011
Title: Kegiatan Penangkapan Lobster Hijau Pasir (Panulirus Homarus, Linnaeus 1758) Berkelanjutan Di Teluk Palabuhanratu
Authors: Wahju, Ronny Irawan
Soeboer, Deni Achmad
Permana, Arik
Issue Date: 2017
Publisher: Bogor Agricultural University (IPB)
Abstract: Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu daerah penghasil lobster di Indonesia khususnya di wilayah Teluk Palabuhanratu. Spesies lobster yang tertangkap di wilayah perairan Teluk Palabuhanratu terdiri dari 6 spesies lobster (Muljanah et al. 1994 dalam Dirwana 2012) spesies lobster tersebut adalah; Hijau Pasir (Panulirus homarus), lobster Batu (Panulirus penicilatus), lobster Bambu merah/batik (Panulirus longipes), lobster Bambu hijau (Panulirus versicolor), lobster Pakistan/bunga (Panulirus polyphagus), dan lobster Mutiara (Panulirus ornatus). Lobster tersebut tertangkap di wilayah perairan Cisolok, Karang Hawu, Karang De’et, Cimandiri, Sanggra Wayang dan Jampang, dimana wilayah tersebut merupakan bagian dari perairan Teluk Palabuhanratu, dengan jenis lobster yang paling banyak tertangkap adalah lobster dari jenis Hijau Pasir (P. homarus) (Dislutkan 2008). Berdasarkan beberapa penelitian tentang potensi dan produksi perikanan lobster, menyatakan telah terjadi penurunan produksi lobster yang di akibat oleh tekanan penangkapan yang tidak terkontrol (Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumberdaya Ikan 2012), maka dalam pemanfaatan sumberdaya lobster agar tetap terjaga kelestarianya perlu dilakukan pengelolaan yang rasional, dengan mempertimbangkan aspek biologi lobster seperti: suhu, salinitas, cahaya dan kekeruhan (Hemkind dalam Cobb and Phillips 1980) dan aspek teknis penangkapan berupa informasi yang mendukung untuk keberhasilan upaya penangkapan lobster seperti potensi, musim penangkapan, komposisi hasil tangkapan, dan sebaran lobster di suatu perairan (Moosa dan Aswandy 1984). Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fase bulan terhadap hasil tangkapan lobster, panjang berat lobster (aspek biologi lobster) dan pemetaan sebaran lobster (aspek teknis penangkapan) berdasarkan data tangkapan lobster di masing-masing daerah penangkapannya. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai bulan Desember 2015. di wilayah Teluk Palabuhanratu kab. Sukabumi. Data yang di ambil berupa data hasil tangkapan, panjang-berat, fase bulan (almanak nautika) dan posisi daerah penangkapan lobster Hijau Pasir (P. homarus). Pengolahan data dilakukan dengan cara pengelompokan lobster berdasarkan ukuran yang sama pada masing-masing individu lobster dengan istilah : Ukuran Kecil-Kecil (KK) beratnya = 50–99 gram/ekor, ukuran Super Kecil (SPK) beratnya = 100–199 gram/ekor, dan ukuran Super Besar (SPB) beratnya = 200 gram-up/ekor). Hasil penelitian menunjukkan, tidak ada pengaruh nyata antara fase bulan terhadap hasil tangkapan lobster P. homarus tetapi mempunyai pola hasil tangkapan yang berbeda pada setiap fase bulannya, dimana hasil tangkapan meningkat pada fase bulan semi terang dan semi gelap (Kuadran I dan III) dan hasil tangkapan menurun pada fase bulan terang/purnama dan bulan gelap (Kuadran II dan IV). Secara keseluruhan pola pertumbuhan lobster P. homarus adalah alometrik negatif (pertambahan panjang lebih cepat dari pertambahan bobot) dengan persamaan W = 0,0025L2,11866, untuk jantan W = 0,0026L2,0834 , dan betina W = 0,0027L2,0871, sedangkan dominasi ukuran panjang karapas (CL) untuk lobster P. homarus yang tertangkap rata-rata di dominasi pada ukuran panjang karapas 5,5 - 6,6 cm. Sebaran hasil tangkapan didominasi oleh ukuran KK dan SPK berada di wilayah penangkapan Jampang (ST1) dan Cimandiri (ST2), ini menunjukan daerah tersebut merupakan daerah pendaratan pertama untuk larva lobster yang terbawa arus samudera, dimana diketahui arus pantai selatan Jawa pada bulan Februari sampai bulan Juni bergerak ke arah timur, sedangkan untuk wilayah penangkapan Karang De’et (ST4), Karang Hawu (ST5) dan Cisolok (ST6) hasil tangkapan di dominasi oleh ukuran SPB. Kegiatan penangkapan lobster P. homarus di Teluk Palabuhanratu dapat terjaga keberlanjutannya, bila penangkapannya dilakukan pada ukuran 100-200 gram (SPK) di kedalaman perairan kurang dari 30 meter, karena pada ukuran tersebut merupakan tangkapan paling dominan lobster P. homarus dengan harga jual tinggi, sedangkan pada lobster P. homarus ukuran SPB, karena secara alamiah lobster tersebut akan bergerak ke perairan dalam untuk memijah, sehingga hasil tangkapannya sedikit, dan apabila masih tertangkap hendaknya dilepaskan kembali, untuk lobster P. homarus dengan ukuran KK ataupun benurnya, bila tertangkap hendaknya dikumpulkan untuk di budidaya, dengan pertimbangan kemampuan hidup pada kegiatan budidaya lebih terjaga dan terkontrol, dan kegiatan budidaya dapat memudahkan upaya pengembalian sumberdaya, salah satunya dengan melakukan pelepasan kembali (restocking) pada ukuran tertentu dari hasil budidaya.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/84011
Appears in Collections:MT - Fisheries

Files in This Item:
File SizeFormat 
2017ape.pdf
  Restricted Access
14.9 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.