Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/83291
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorSoviana, Susi-
dc.contributor.advisorSatrija, Fadjar-
dc.contributor.authorZulfikar-
dc.date.accessioned2017-03-01T03:30:18Z-
dc.date.available2017-03-01T03:30:18Z-
dc.date.issued2017-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/83291-
dc.description.abstractKota Banda Aceh merupakan satu diantara daerah endemis demam berdarah dengue (DBD) di Provinsi Aceh. Pengendalian Aedes aegypti sebagai vektor DBD lebih dititik beratkan pada pengendalian kimiawi dengan fogging focus menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida dapat menurunkan populasi vektor dengan cepat, namun aplikasi satu jenis insektisida dalam waktu yang lama dan frekuensi yang tinggi dapat menimbulkan permasalahan baru yaitu munculnya populasi nyamuk yang resisten terhadap insektisida yang digunakan. Tujuan penelitian ini untuk mengukur status kerentanan Ae. aegypti serta kaitannya dengan penggunaan insektisida rumah tangga di permukiman. Pengukuran status resistensi dilakukan sesuai standar WHO (1975) dengan impregnated paper berbahan aktif malation 0.8% dan sipermetrin 0.05%. Isolat Ae. aegypti diperoleh dengan memasang ovitrap pada 18 desa dari 9 kecamatan endemis DBD di Kota Banda Aceh. Telur yang terkumpul ditetaskan dan dipelihara hingga generasi kedua (F2) selanjutnya dilakukan pengukuran status resistensinya. Pengumpulan data penggunaan insektisida rumah tangga dilakukan melalui wawancara terhadap 180 responden pemilik rumah yang dipasang ovitrap. Pemilihan rumah berdasarkan keberadaan penderita DBD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 18 isolat Ae. aegypti terdapat 13 isolat yang telah resisten dan 5 isolat toleran terhadap malation. Isolat Ae. aegypti yang telah resisten memiliki persentase kematian antara 41.33 - 78.67%, sedangkan isolat Ae. aegypti berstatus toleran memiliki persentase kematian antara 80 - 90.67%. Waktu terlama yang dibutuhkan untuk mematikan 95% populasi Ae. aegypti oleh malation adalah 75.79 jam (3 hari) terjadi pada isolat Kampung Keramat dan waktu tersingkat adalah 21.07 jam pada isolat Lampaseh Kota. Status kerentanan isolat Ae. aegypti terhadap sipermetrin menunjukkan bahwa semua isolat sudah resisten, berdasarkan persentase kematian nyamuk yang lebih kecil dari 80%. Waktu terlama untuk dapat mematikan 95% populasi Ae. aegypti adalah 150.15 jam (6 hari) pada isolat Bandar Baru dan waktu tersingkat adalah 35.21 jam (1.5 hari) pada isolat Punge Blang Cut. Hasil wawancara menunjukkan bahwa 98.89% responden adalah pengguna insektisida rumah tangga dan terutama untuk menghindari gigitan nyamuk. Frekuensi penggunaan insektisida sebagian besar setiap hari (71.91%), dengan lama penggunaan insektisida lebih dari satu tahun sebesar 87.64%. Hampir semua insektisida rumah tangga yang digunakan responden berbahan aktif piretroid sintetik (90.45%). Hasil uji korelasi menunjukkan penggunaan insektisida rumah tangga (p=0.027 dan R=0.237), frekuensi penggunaan insektisida (p=0.005 dan R=0.211) dan lama penggunaan insektisida (p=0.010 dan R=0.213) memiliki hubungan yang signifikan tetapi berkekuatan lemah terhadap angka kematian Ae. agypti terhadap sipermetrin 0.05%.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcFliesid
dc.subject.ddcMosquitoesid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcPropinsi Acehid
dc.titleStatus Kerentanan Aedes Aegypti Dan Kaitannya Dengan Penggunaan Insektisida Di Permukiman Kota Banda Acehid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordAedes aegyptiid
dc.subject.keywordKota Banda Acehid
dc.subject.keywordMalationid
dc.subject.keywordSipermetrinid
dc.subject.keywordResistensiid
Appears in Collections:MT - Veterinary Science

Files in This Item:
File SizeFormat 
2017zul.pdf
  Restricted Access
35.64 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.