Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/82572
Title: Pemuliaan Jamur Tiram Putih Dan Peningkatan Produksi Dengan Memanfaatkan Substrat Sisa Budi Dayanya
Authors: Sudirman, Lisdar I
Solihin, Dedy Duryadi
Wijayanti, Eka
Issue Date: 2016
Publisher: Bogor Agricultural University (IPB)
Abstract: Jamur tiram yang memiliki kisaran tubuh buah berwarna putih terdiri dari beberapa spesies diantaranya Pleurotus ostreatus, Pleurotus populinus dan Pleurotus pulmonarius. Jamur tiram putih paling populer di Indonesia dibandingkan jamur tiram spesies lain seperti tiram kuning (Pleurotus citrinipileatus), tiram merah muda (Pleurotus flabellatus), tiram abu-abu (Pleurotus sajor-caju) dan tiram cokelat (Pleurotus cystidiosus). Jamur tiram putih memiliki banyak manfaat diantaranya sebagai anti tumor, antioksidan, probiotik serta dapat menurunkan kolesterol. Kemampuan pertumbuhan jamur tiram putih sangat dipengaruhi oleh suhu, dan suhu optimum untuk pertumbuhan jamur tiram putih adalah 25-28 oC untuk fase vegetatif dan untuk fase generatif berkisar antara 10-28 oC, tergantung pada spesiesnya (P. ostreatus var. Florida dan strain P.ostreatus yang lain adalah 14-18 oC; P.sajor-caju adalah 20-24 oC sedangkan P.cystidiosus adalah 26-28 oC. Suhu udara di Indonesia timur relatif lebih tinggi. Oleh karena itu untuk mendapatkan jamur tiram putih yang tahan pada suhu tinggi adalah dengan seleksi jamur tiram putih yang tahan cekaman panas hingga 35 oC atau dengan cara menyilangkan dua miselium monokarion yang tahan terhadap cekaman panas. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan isolat hibrid yang tahan pada suhu tinggi Di Indonesia, umumnya jamur tiram putih dibudidayakan menggunakan media serbuk gergajian kayu sengon (Paraserianthes falcataria) (SGKS). Pada akhir produksi jamur, media sisa pertumbuhan jamur atau spent mushroom substrates (SMS) biasanya hanya dimanfaatkan untuk media tumbuh cacing dan pakan ternak, padahal SMS masih mengandung bahan organik yang cukup tinggi. Oleh karena itu, tujuan kedua dari penelitian ini adalah pemanfaatan kembali SMS untuk meningkatkan produksi tubuh buah jamur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keempat isolat yang digunakan dalam penelitian ini (BNK, AMD, BBR dan CSR), produktivitas isolat BNK dan AMD lebih unggul dibandingkan isolat BBR dan CSR. Bentuk spora isolat BNK adalah elongate, sedangkan ketiga isolat yang lain adalah cylindrical. Dari hasil isolasi spora tunggal didapatkan 9 isolat monokarion dari BNK, 0 isolat monokarion dari AMD, 6 isolat monokarion dari BBR dan 7 isolat monokarion dari CSR. Sebanyak 22 isolat monokarion tersebut diseleksi pada suhu 35 oC sebagai penampisan apakah isolat tersebut tahan terhadap panas. Didapatkan hasil hanya ada 3 isolat monokarion dari BNK (BNK2, BNK7 dan BNK8), 5 isolat monokarion dari BBR (BBR4, BBR5, BBR7, BBR15 dan BBR16) dan 1 isolat monokarion dari CSR (CSR5) yang mampu tumbuh pada suhu tinggi (35 oC). Persilangan hanya dilakukan pada isolat monokarion yang mampu tumbuh pada suhu tinggi (35 oC). Dari hasil persilangan didapatkan 10 isolat hibrid yang mampu tumbuh pada suhu tinggi (35 oC) yaitu isolat dengan kode BB47, BB57, BB157, BB167, BB48, BB58, BB158, BC55, BC155 dan BC165. Pada suhu tinggi (35 oC), isolat hibrid dengan kode BB48 memiliki laju pertumbuhan miselium pada media potato sucrose agar (PSA) paling tinggi atau paling cepat dibandingkan dengan isolat hibrid yang lain yaitu 0.22 cm/hari. Isolat hibrid BB48 dan kedua induk dari isolat tersebut (BNK dan BBR) kemudian dibudidayakan pada suhu tinggi dan produktivitas diantara ketiganya dibandingkan. Berdasarkan data budi daya isolat hibrid BB48 dan kedua induk (BNK dan BBR) pada suhu tinggi (35 oC) diketahui bahwa produktivitas isolat hibrid BB48 lebih rendah dari produktivitas kedua induknya. Pada penelitian ini juga dilihat perbedaan produktivitas isolat BNK dan BBR pada suhu ruang (27.5-29 oC) dan suhu tinggi (35 oC). Produktivitas isolat BNK yang ditumbuhkan pada suhu ruang lebih baik dan berbeda nyata (p<0.05) terhadap produktivitas isolat BNK pada 35 oC, sedangkan produktivitas isolat BBR yang ditumbuhkan pada suhu ruang dan suhu 35 oC tidak berbeda nyata (p>0.05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa isolat BBR memiliki kisaran suhu pertumbuhan yang lebih luas dibandingkan isolat BNK. Analisis molekular dilakukan pada isolat hibrid dengan kode BC165 yang merupakan persilangan dari monokarion induk BBR16 dengan CSR5. Hasil analisis molekular menunjukkan bahwa isolat hibrid BC165 memiliki hubungan kekerabatan lebih dekat dengan CSR dari pada BBR. Media Spent Mushroom Substrate (SMS) masih mengandung cukup nutrisi untuk digunakan sebagai media budi daya jamur tiram, yaitu masih mengandung 10.98% lignin dan 42.20% selulosa. Oleh karena itu, SMS dari sisa media budi daya jamur tiram putih isolat BNK setelah 3 kali panen dapat digunakan kembali sebagai media budidaya jamur tiram putih isolat BNK. Penambahan SMS sebanyak 25-75% dari campuran SMS dan serbuk gergajian kayu sengon (SGKS) baru dapat meningkatkan produksi tubuh buah jamur.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/82572
Appears in Collections:MT - Mathematics and Natural Science

Files in This Item:
File SizeFormat 
2016ewi.pdf
  Restricted Access
21.79 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.