Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/81562
Title: Pedogenesis Pada Beberapa Jenis Tanah Yang Disawahkan Di Bogor.
Authors: Sudarsono
Suwardi
Kurniati
Issue Date: 2016
Publisher: IPB (Bogor Agricultural University)
Abstract: Tanah sawah mempunyai sifat morfologi dan pedogenesis yang berbeda dibandingkan tanah yang tidak disawahkan. Proses pembentukan tanah sawah dimulai dari proses penggenangan secara terus menerus selama budidaya tanaman padi. Penggenangan tanah akan mengubah kondisi tanah dari oksidatif menjadi reduktif. Reaksi ini akan menyebabkan Fe dan Mn yang semula dalam keadaan oksidatif akan berubah menjadi keadaan reduktif. Reaksi ini akan melibatkan Fe dan Mn yang secara langsung seperti adanya karatan Fe dan Mn dan perubahan warna tanah. Karatan Fe dan Mn ini akan mengeras jika teroksidasi kembali. Proses pergantian oksidasi-reduksi dalam jangka waktu yang lama, akan mengakibatkan terbentuknya lapisan yang bersifat padas dan keras, biasa dikenal dengan lapisan tapak bajak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan sifat-sifat morfologi, fisik dan kimia dari tanah sawah dan tanah pada lahan kering; mempelajari proses-proses pedogenesis; dan mengklasifikasikannya dengan sistem klasifikasi Soil Taksonomy 1999. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap penelitian. Pertama, penelitian lapangan pada empat lokasi (Dramaga, Jasinga, Sukamantri dan Sindangbarang). Kedua, penelitian laboratorium dengan menganalisis sifat-sifat fisik dan kimia tanah. Ketiga, analisis data yang dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kekerasan pada tanah sawah lebih tinggi dibandingkan tanah pada lahan kering terutama di bawah lapisan olah. Nilai tingkat kekerasan tanah di bawah lapisan topsoil berkisar 2.75 kg/cm2 - 4.5 kg/cm2 lebih tinggi dari lapisan olah dan lapisan bawah dengan kisaran antara 0 kg/cm2 – 2.5 kg/cm2. Hal ini menunjukkan bahwa adanya proses pembentukan tapak bajak dalam kondisi penggenangan. Nilai pH tanah sawah cenderung lebih tinggi daripada nilai pH tanah kering. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam nutrisi lain seperti C-organik, fosfor dan nitrogen. Sedangkan nilai Fe, Mn dan Al diekstraksi dengan dithionite meningkat pada tanah sawah daripada tanah kering. Begitupula ekstraksi dengan pirofosfat dan oksalat, cenderung lebih tinggi dibandingkan tanah pada lahan kering. Pada keempat tanah jenis tanah sawah yang diamati menunjukkan tingkat kekerasan tanah di lapisan tapak bajak lebih tinggi dari lapisan atas (olah) atau lapisan lainnya. Tanah sawah memiliki sifat yang unik dengan proses reaksi oksidasi-reduksi sehingga memberikan warna tanah menjadi lebih gelap karena kelarutan Fe, Mn, dan Al tinggi. Klasifikasi tanah berdasarkan Soil Taksonomy antara tanah kering dan tanah sawah berubah mulai dari kategori suborder sampai kategori subgrup. Tanah Latosol dari Typic Distrudepts menjadi Aeric Epiaquepts. Tanah Podsolik dari Typic Hapludults menjadi Aeric Endoaquults. Tanah Andosol dari Thaptic Hapludands menjadi Typic Epiaquands. Tanah Regosol dari Typic Udorthents menjadi Mollic Epiaquents.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/81562
Appears in Collections:MT - Agriculture

Files in This Item:
File SizeFormat 
2016ku.pdf
  Restricted Access
17.6 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.