Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/81502
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorPurwito, Agus-
dc.contributor.advisorHusni, Ali-
dc.contributor.advisorMutaqin, Kikin Hamzah-
dc.contributor.authorWijiastuti., Tendy-
dc.date.accessioned2016-09-21T01:43:30Z-
dc.date.available2016-09-21T01:43:30Z-
dc.date.issued2016-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/81502-
dc.description.abstractJeruk keprok Garut merupakan salah satu komoditas pertanian unggulan nasional yang perlu terus dipertahankan dan ditingkatkan kualitas maupun kuantitas produksinya. Jeruk keprok Garut memiliki daging buah yang lunak, lembut dan banyak mengandung air. Rasanya manis agak masam yang segar, dan beraroma khas, karena bijinya sedikit, jeruk ini banyak dinikmati oleh masyarakat sebagai buah segar. Produksi jeruk keprok Garut setelah tahun 1992 mengalami penurunan drastis akibat serangan penyakit CVPD dan ditambah perubahan iklim yang tidak menentu seperti anomali iklim El-Nino yang menyebabkan kemarau yang lebih panjang sehingga tidak selamanya lahan pertanaman ideal untuk pertumbuhan. Cekaman abiotik seperti cekaman kekeringan yang berkepanjangan akibat gejala alam El-Nino turut menjadi faktor pembatas dalam produksi jeruk keprok Garut. Perakitan varietas pengembangan jeruk keprok varietas Garut yang memiliki karakter toleran terhadap cekaman kekeringan dapat dilakukan secara non konvensional melalui induksi mutasi dengan teknik pemaparan radiasi sinar gamma. Karakterisasi secara molekuler menggunakan marka RAPD dilakukan untuk melihat keragaman genetik yang terbentuk. Klon-klon tersebut diharapkan merupakan mutan putatif dan memiliki karakter morfologi dan fisiologi (toleransi cekaman kekeringan) yang lebih baik dibandingkan tetuanya. Pengujian toleransi cekaman kekeringan dilakukan melalui media simulasi polyethylene glycol (PEG). Setelah diperoleh klon-klon mutan yang memiliki karakter toleran terhadap cekaman kekeringan makan klonklon tersebut perlu diperbanyak secara klonal in vitro sehingga diperoleh duplikat dari masing-masing mutan. Klonal in vitro biasanya dilakukan dengan cara menggandakan tunas baik melalui jalur embriogenesis somatik maupun organogenesis. Penambahan zat pengatur tumbuh jenis sitokinin thidiazuron (TDZ) pada level konsentrasi tertentu mampu menginduksi multiplikasi tunas. Induksi akar pada tunas-tunas klon mutan putatif hasil multiplikasi tunas dilakukan untuk mempersiapkan kondisi klon-klon mutan putatif toleran terhadap cekaman kekeringan saat proses aklimatisasi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh klon-klon jeruk keprok Garut mutan putative yang toleran terhadap cekaman kekeringan. Bahan tanaman yang digunakan adalah klon-klon jeruk keprok Garut hasil iradiasi sinar gamma dan tetuanya. Penelitian ini terdiri dari karakterisasi secara molekuler keragaman genetik menggunakan penanda RAPD, evaluasi toleransi klon-klon jeruk keprok Garut terhadap cekaman kekeringan, multiplikasi tunas menggunakan TDZ kombinasi BAP, dan induksi perakaran menggunakan NAA kombinasi IBA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa induksi mutasi dengan radiasi sinar gamma menyebabkan terjadinya keragaman genetik antar klon jeruk keprok Garut mutan dengan jarak genetik berkisar antara 0-38%. Media yang ditambahkan PEG konsentrasi 20% dapat dijadikan agen seleksi cekaman kekeringan klon-klon jeruk keprok Garut mutan. Klon KG 13 dan KG 23 merupakan klon yang memberikan respon cekaman kekeringan yang lebih baik dengan penurunan karakter jumlah daun, tinggi tanaman, kandungan klorofil, dan ukuran stomata (panjang dan lebar stomata, jumlah serta kerapatan stomata) lebih rendah dibandingkan dengan klon lainnya. Multiplikasi tunas menggunakan kombinasi zat pengatur tumbuh jenis sitokinin BAP dan TDZ pada konsentrasi BAP 0.1 mg L-1 dan TDZ 0.2 mg L-1 merupakan konsentrasi yang paling optimum dalam menginduksi tunas klon jeruk keprok Garut mutan. Klon-klon eksplan jeruk keprok Garut mutan hasil radiasi sinar gamma pada dua dosis 50 Gray dan 150 Gray memberikan respon yang berbeda pada setiap konsentrasi TDZ yang ditambahkan ke media kultur. Multiplikasi tunas dengan pemarapan eksplan dalam media kultur yang mengandung TDZ dalam jangka panjang menyebabkan tunas yang muncul menjadi abnormal. Induksi perakaran dipengaruhi oleh interaksi antara klon jeruk keprok Garut mutan dengan empat taraf konsentrasi NAA yang dikombinasikan dengan IBA konsentrasi 3 mg L-1 yang terlihat dari peubah pengamatan (waktu inisiasi akar, panjang akar, tinggi tanaman, dan jumlah tunas). Perlakuan NAA 0.5 mg L-1 kombinasi IBA 3 mg L-1 merupakan konsentrasi yang optimum terhadap induksi perakaran. Hal ini terlihat dari penampilan terbaik untuk peubah pengamatan waktu inisiasi akar dan jumlah akar yang merupakan faktor penting dalam induksi perakaran secara in vitro.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcAgricultureid
dc.subject.ddcPlant breedingid
dc.title. Toleransi Beberapa Klon Jeruk Keprok Garut (Citrus Reticulata L.) Hasil Iradiasi Sinar Gamma Terhadap Cekaman Kekeringan Melalui Simulasi Polyethylene Glycol (Peg).id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordmutan putatifid
dc.subject.keywordpenanda RAPDid
dc.subject.keywordcekaman kekeringanid
dc.subject.keywordmultiplikasi tunasid
dc.subject.keywordinduksi perakaranid
dc.subject.keywordRemoveid
Appears in Collections:MT - Agriculture

Files in This Item:
File SizeFormat 
2016twi.pdf
  Restricted Access
3.61 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.