Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/81332
Title: Konservasi Ikan Endemik Rono, Xenopoecilus Oophorus, Kottelat 1990 Di Danau Poso, Sulawesi Tengah
Authors: Rahardjo, M. F.
Batu, Djamar T. F. Lumban
Hadie, Wartono
Gundo, Meria Tirsa
Issue Date: 2016
Publisher: IPB (Bogor Agricultural University)
Abstract: Pulau Sulawesi secara geografis berada di tengah kepulauan Nusantara dan merupakan jantung kawasan Wallacea. Persis di tengah-tengah pulau ini ditemu-kan sebuah danau yakni Danau Poso. Danau Poso merupakan salah satu dari dua danau purba Asia Tenggara. Danau ini merupakan danau oligotrofik yang kaya biota bersifat endemik, termasuk jenis-jenis ikan. Persebaran ikan Xenopoecilus spp.terbatas di dunia, tiga spesies anggota genus ini semuanya ditemukan di da-nau yang berada di Sulawesi Tengah. Dua spesies di antaranya hanya ditemukan di Danau Poso yaitu, Xenopoecilus poptae, Xenopoecilus oophorus. Xenopoecilus oophorus yang dikenal dengan nama lokal ikan rono, meru-pakan salah satu spesies yang populasinya masih banyak dijumpai di Danau Poso saat ini. IUCN mencatat ikan ini dalam Red List of Threatened Species, dengan status konservasi terancam punah. Ikan rono ditangkap nelayan menggunakan alat tangkap bagan perahu tradisional yang selektivitasnya sangat rendah sehingga mengancam keberadaan spesies ikan ini di Danau Poso. Untuk memperkecil ancaman kepunahan spesies ikan rono diperlukan se-buah konsep konservasi spesies. Upaya konservasi dengan strategi yang tepat diharapkan menjaga keberadaan sumber daya ikan ini akan tetap berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara mendalam aspek biologi reproduksi ikan rono dan keterkaitannya dengan lingkungan perairan di Danau Poso, serta untuk menyusun suatu strategi konservasi ikan ini. Kajian tersebut meliputi: 1) dimorfisme seksual; 2) hubungan panjang bobot dan faktor kondisi; 3) kematangan gonad; 4) lama pengeraman telur oleh induk betina; dan 5) habitat. Penelitian dilakukan di Danau Poso Sulawesi Tengah. Secara keseluruhan alokasi waktu kegiatan dilakukan 16 bulan yaitu penelitian pendahuluan mulai Oktober 2011 – Februari 2012. Penelitian utama dimulai bulan Agustus 2012 – Juli 2013. Pengumpulan data laboratorium dilakukan di Laboratorium Biologi Makro/Biologi Mikro Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK, Labo-ratorium Histopatologi FKH IPB, dan Laboratorium Biologi FMIPA Universitas Tadulako Sulawesi Tengah. Ikan rono memiliki dimorfisme seksual yaitu ikan betina memiliki ukuran sirip perut yang lebih panjang daripada ikan jantan. Sirip perut ikan rono betina lebih panjang yang berfungsi sebagai tempat untuk mengerami sekumpulan telurnya sampai menetas. Ikan ini memiliki ovarium tunggal berbentuk kantung oval. Ukuran ovarium terbesar memiliki panjang sekitar 5 mm dan lebar 3 mm dengan posisi lateral di bawah rongga perut. Ovarium ikan rono memiliki oosit dengan semua fase perkembangan, digolongkan ke dalam tipe ovarium yang perkembangan oositnya tak sinkron. Panjang ikan jantan maupun ikan betina berkisar antara 41 sampai 86 mm, bobot berkisar antara 0,46 sampai 6,14 g. Diketahui persamaan hubungan panjang bobot ikan jantan dan betina berturut-turut W = 6 x 10-6L3,074dan W = 8x 10-6L3,011. Pola pertumbuhan ikan rono jantan maupun betina bersifat isometrik. Nilai rata- rata faktor kondisi ikan jantan dan betina berturut-turut 0,936 ±0,127 dan 0,973 ±0,103. Ikan rono memiliki waktu reproduksi yang panjang terjadi selama musim hujan. Pada periode reproduksi didapati empat puncak waktu pemijahan yakni bulan November, Januari, Februari dan April. Fekunditas total ikan rono berkisar 33 -135 butir per individu. Gugus fekunditas tertinggi ikan rono 36 butir per individu. Berdasarkan analisis sebaran ukuran diameter oosit diketahui tipe pemi-jahan ikan rono adalah pemijah berulang. Hubungan gugus fekunditas dengan bobot tubuh tanpa gonad berkorelasi kuat (r = 0,78) menunjukkan bobot tubuh tanpa gonad dapat digunakan sebagai penduga gugus fekunditasnya. Masa penge-raman telur oleh induk betina diperkirakan berlangsung selama empat sampai lima hari. Larva yang dihasilkan tidak mengalami fase planktonik. Ikan rono merupakan ikan permukaan berukuran kecil, ditemukan hidup di perairan terbuka pada kedalaman lima sampai tujuh meter. Kondisi perairan ini memiliki perairan dangkal yang sempit dengan substrat berbatuan masif, dengan lereng dasar yang curam diikuti kedalaman yang meningkat drastis (pinggiran tubir). Strategi konservasi ikan endemik rono dilakukan dengan cara, melakukan perlindungan badan air danau dari introduksi spesies ikan asing, pengendalian se-dimentasi perairan, dan pengaturan alat tangkap serta musim penangkapan ikan ini di Danau Poso.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/81332
Appears in Collections:DT - Fisheries

Files in This Item:
File SizeFormat 
2016mtg.pdf
  Restricted Access
22.04 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.