Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/80514
Title: Aktivitas Kemopreventif Ekstrak Temu Ireng (Curcuma Aeruginosa Roxb) Terhadap Sel Makrofag, Ifn-Γ Dan Tnf-Α Tikus Putih Yang Diinduksi 7,12-Dimetilbenz[Α]Antrasena
Authors: Artika, I Made
Agustini, Kurnia
Rahman, Mujibur
Issue Date: 2016
Publisher: Bogor Agricultural University (IPB)
Bogor Agricultural University (IPB)
Abstract: Kanker adalah penyakit multifaktorial yang timbul dari tidak seimbangnya proto-onkogen, onkogen, tumor supresor, regulator apoptosis, dan gen perbaikan DNA. Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit kardiovaskuler diantara penyakit tidak menular. Di Indonesia, prevalensi penderita kanker tahun 2014 sebesar 1.4%. Metode pengobatan kanker modern cenderung memberikan efek samping. Pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan tanaman obat sebagai agen kemopreventif. Sel makrofag adalah bagian dari sistem imun non-spesifik, sel ini bekerja sama dengan sitokin IFN-γ dan TNF-α dalam mempertahankan tubuh terhadap agen karsinogen 7,12-dimetilbenz[α]antrasena (DMBA). Penelitian terdahulu menyatakan bahwa ekstrak temu ireng mampu menghambat pertumbuhan tumor dan meningkatkan aktivitas makrofag secara kuratif dan adjuvan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas kemopreventif temu ireng terhadap sel makrofag, IFN-γ dan TNF-α tikus putih yang diinduksi DMBA. Rancangan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan satuan percobaan homogen. Sebanyak 60 ekor tikus dibagi ke dalam 6 kelompok, yaitu kontrol Normal, kontrol (+) Meniran, kontrol (-) DMBA dan Perlakuan Temu Treng (PTI); PTI-1 (dosis 40mg/200gBB), PTI-2 (dosis 80mg/200gBB), PTI-3 (dosis 160mg/200g BB). Penelitian dimulai dengan memberikan perlakuan ekstrak selama seminggu (preventif), lalu dilanjutkan dengan induksi DMBA selama 2 minggu. Pada minggu kelima hingga minggu kedua puluh tikus diberikan perlakuan berdasarkan kelompoknya. Analisis terhadap kadar IFN-γ dan TNF-α dilakukan terhadap plasma darah tikus pada waktu T0 (sebelum perlakuan), T1 (seminggu setelah perlakuan), T2 (seminggu setelah pemberian DMBA) dan T3 (akhir penelitian). Sedangkan analisis terhadap NO dilakukan pada T2 dan T3. Analisis terhadap kadar NO pada T2 menunjukkan bahwa, konsentrasi NO tertinggi dihasilkan PTI-2 sebesar 2.867±0.04 ppm, angka tersebut signifikan tinggi terhadap Normal. Sedangkan pada T5, NO tertinggi ditunjukkan oleh PTI-3 yaitu sebesar 2.744±0.953 ppm. Analisis terhadap level IFN-γ dan TNF-α dilakukan dengan prinsip immunoassay. Secara umum level IFN-γ mengalami peningkatan pada waktu T1, yaitu PTI-1 75.93±8.31 pg/mL, PTI-2 85.39±3.04 pg/mL dan PTI-3 62.67±15.3 pg/mL. Namun secara statistik angka tersebut tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol. Sedangkan level TNF-α signifikan naik pada waktu T2 yaitu PTI-1 96.17±2.17 pg/mL, PTI-2 136±1.61 pg/mL dan PTI-3 114.33±2.03 pg/mL. Level TNF-α semua kelompok PTI signifikan tinggi terhadap kontrol Normal. Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa dosis terbaik sebagai agen preventif adalah PTI-2 (80mg/200g BB). Hal ini sejalan dengan angka insidensi pada kelompok ini, yaitu sebesar 50%. Kejadian ini didukung oleh interaksi antara TNF-α, IFN-γ dan NO pada PTI-2 yang mampu menekan karsinogensis pada tikus yang diinduksi DMBA.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/80514
Appears in Collections:MT - Mathematics and Natural Science

Files in This Item:
File SizeFormat 
2016mra2.pdf
  Restricted Access
804.16 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.