Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/80150
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorTabaci, Serangga Vektor Bemisia-
dc.contributor.advisorHidayat, Sri Hendrastuti-
dc.contributor.advisorWidodo-
dc.contributor.authorLestari, Susanti Mugi-
dc.date.accessioned2016-04-27T04:52:28Z-
dc.date.available2016-04-27T04:52:28Z-
dc.date.issued2016-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/80150-
dc.description.abstractPenyakit daun keriting kuning yang disebabkan oleh Pepper yellow leaf curl virus (PepYLCV) menjadi masalah utama pada pertanaman cabai di Indonesia sejak tahun 2000. PepYLCV termasuk dalam famili Geminiviridae, genus Begomovirus. Virus tersebut hanya dapat ditularkan melalui serangga vektor kutukebul (Bemisia tabaci). Kerusakan akibat infeksi PepYLCV dapat mencapai 100% bahkan mengakibatkan gagal panen. Salah satu strategi pengendalian untuk menekan penyakit tersebut yaitu menggunakan mikroba sebagai agens biokontrol. Penelitian dilakukan untuk menentukan potensi cendawan endofit sebagai agens penginduksi ketahanan tanaman cabai terhadap PepYLCV, dan mempelajari pengaruhnya terhadap preferensi makan B. tabaci dan efisiensi penularan virus oleh serangga vektor. Empat isolat cendawan endofit yaitu Cercospora nicotianae isolat H5, Curvularia sp. isolat H12, Fusarium sp. isolat AC-2.7 dan isolat AC- 4.7 diperoleh dari Klinik Tanaman, IPB. Penelitian dilakukan dalam empat tahap, yaitu (1) seleksi galur dan varietas cabai, (2) induksi ketahanan tanaman cabai terhadap penyakit daun keriting kuning oleh cendawan endofit, (3) uji pengaruh cendawan endofit terhadap preferensi makan B. tabaci, dan (4) uji pengaruh cendawan endofit terhadap efisiensi penularan virus oleh serangga vektor. Sebanyak 14 galur dan varietas cabai telah diseleksi ketahanannya terhadap infeksi PepYLCV. Penularan virus dilakukan menggunakan kutu kebul viruliferus sebanyak 10 ekor/tanaman. Insidensi dan keparahan penyakit berturut-turut berkisar 26.7% hingga 100% dan 18.7% hingga 64%. Respons ketahanan galur dan varietas yang diuji dikelompokkan menjadi moderat rentan (1 galur), rentan (4 galur dan 5 varietas komersial), dan sangat rentan (2 galur dan 2 varietas komersial). Dua varietas cabai besar komersial yang menunjukkan tingkat intensitas penyakit tertinggi yaitu varietas Biola dan Luwes dengan kriteria berturut-turut rentan dan sangat rentan digunakan untuk percobaan selanjutnya. Pada percobaan induksi ketahanan terhadap PepYLCV, perlakuan cendawan endofit diberikan melalui perendaman benih dan penyemprotan bibit cabai dengan suspensi propagul cendawan. Berdasarkan pengamatan periode inkubasi menunjukkan bahwa penundaan gejala terjadi pada aplikasi cendawan endofit Fusarium sp. isolat AC-2.7 dan Curvularia sp. isolat H12. Insidensi penyakit mencapai 100% untuk semua perlakuan. Keparahan penyakit yang lebih rendah terjadi pada aplikasi Curvularia sp. isolat H12. Gejala serangan PepYLCV yang terjadi hampir sama baik pada tanaman perlakuan maupun kontrol yaitu tanaman berwarna kuning, keriting, daun melengkung ke bawah dan/atau ke atas hingga beberapa tanaman mengalami kekerdilan. Analisis terhadap produktivitas tanaman menunjukkan bahwa aplikasi Fusarium sp. isolat AC-2.7 pada varietas Biola menyebabkan bobot buah yang lebih tinggi dan dapat menginduksi repons toleransi terhadap infeksi PepYLCV. Produktivitas tanaman tidak selalu berkorelasi positif dengan keparahan penyakit. Uji preferensi makan dilakukan menggunakan metode dua pilihan antara tanaman dengan perlakuan dan tanpa perlakuan cendawan endofit. Secara analisis statistika tidak terdapat perbedaan pada preferensi makan B. tabaci, tetapi terdapat perbedaan pola aktivitas kutukebul pada masing-masing perlakuan. Aktivitas terbang B. tabaci terjadi optimal mulai pukul 06.00 pagi hingga 12.00 siang. Kutukebul cenderung lebih menyukai tanaman dengan aplikasi Fusarium sp. isolat AC-2.7 dan AC-4.7 dibandingkan dengan aplikasi C. nicotianae isolat H5 dan Curvularia sp. isolat H12. Preferensi makan B. tabaci berkaitan dengan keparahan penyakit yang terjadi. Keparahan penyakit tertinggi pada varietas Luwes dan Biola terjadi pada perlakuan Fusarium sp. isolat AC-2.7 dan AC-4.7 secara berturut-turut, sedangkan keparahan penyakit terendah terjadi pada perlakuan Curvularia sp. isolat H12. Uji efisiensi penularan virus oleh serangga vektor dilakukan menggunakan tanaman dengan dan tanpa perlakuan cendawan endofit sebagai sumber inokulum virus. Periode inkubasi terpendek terjadi pada perlakuan Fusarium sp. isolat AC-4.7 baik pada varietas Luwes maupun Biola. Periode inkubasi terpanjang untuk varietas Luwes terjadi pada tanaman kontrol dan varietas Biola pada perlakuan C. nicotianae isolat H5. Insidensi penyakit terendah pada varietas Luwes terjadi pada tanaman kontrol, sedangkan pada varietas Biola terjadi pada perlakuan Fusarium sp. isolat AC-4.7. Keparahan penyakit terendah pada varietas Luwes terjadi pada tanaman kontrol dan perlakuan Curvularia sp. isolat H12, sedangkan pada varietas Biola terjadi pada perlakuan Fusarium sp. isolat AC-4.7. Perlakuan cendawan endofit terhadap tanaman cabai yang selanjutnya menjadi sumber inokulum virus belum dapat menekan intensitas penyakit daun keriting kuning. Perlakuan cendawan endofit belum mampu menekan penyakit daun keriting kuning cabai. Namun, cendawan endofit Curvularia sp. isolat H12 berpotensi menunda gejala infeksi virus dan Fusarium sp. isolat AC-2.7 dapat menginduksi toleransi produktivitas tanaman walaupun terinfeksi virus. Selain itu, Curvularia sp. isolat H12 diduga dapat menurunkan preferensi makan B. tabaci terhadap tanaman cabai. Perlakuan cendawan endofit juga belum mampu mengurangi efisiensi penularan virus oleh serangga vektor. Cendawan endofit Curvularia sp. isolat H12 dan Fusarium sp. isolat AC-2.7 dapat dimanfaatkan sebagai agens pengendalian hayati sebagai upaya pengendalian penyakit daun keriting kuning pada cabai.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.titlePemanfaatan Cendawan Endofit Sebagai Agens Penginduksi Ketahanan Tanaman Cabai Terhadap Penyakit Daun Keriting Kuning Dan Serangga Vektor Bemisia Tabaciid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordCercospora nicotianaeid
dc.subject.keywordCurvularia spid
dc.subject.keywordefisiensi penularanid
dc.subject.keywordFusarium sp.id
dc.subject.keywordpreferensi makanid
Appears in Collections:MT - Agriculture

Files in This Item:
File SizeFormat 
2016sml.pdf
  Restricted Access
1.83 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.