Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/79390
Title: Aktivitas Antijamur dan Antioksidan Ekstrak Kayu Jati dan Tusam.
Authors: Syafii, Wasrin
Sari, Rita Kartika
Gerardin, Philippe
Wijayanto, Arip
Issue Date: 2015
Publisher: Bogor Agricultural University (IPB)
Bogor Agricultural University (IPB)
Abstract: Zat ekstraktif merupakan hasil metabolisme sekunder tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai antijamur dan antioksidan. Selain bagian kayu teras dan gubal, bagian lain yang terbukti memiliki aktivitas antijamur dan antioksidan adalah mata kayu, yaitu merupakan suatu bentuk cacat yang terdapat pada kayu. Namun, selain kayu akasia, saat ini tidak ada penelitian yang melaporkan tentang zat ekstraktif mata kayu untuk jenis-jenis kayu tropis lainnya. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar ekstrak kayu jati (Tectona grandis) serta tusam (Pinus merkusii), menguji aktivitas antijamur pelapuk putih (Coriolus versicolor) dan jamur pelapuk coklat (Poria placenta) dan antioksidan, serta menganalisis komposisi senyawa kimia ekstrak teraktif. Serbuk kayu dari bagian teras, gubal, dan mata kayu jati doreng, jati normal dan tusam diekstraksi dengan pelarut organik dengan tingkat kepolaran yang semakin meningkat, yaitu diklorometan, aseton, toluena-etanol (2:1, v/v), dan air destilata), kemudian ekstrak yang diperoleh ditentukan kadarnya, aktivitas antioksidannya dengan metode 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazil (DPPH) yang digunakan oleh Diouf et al. (2006). Aktivitas antijamur pelapuk kayu ditentukan dengan metode penghambatan pertumbuhan yang digunakan oleh Mburu (2007). Ekstrak dengan aktivitas antioksidan dan antijamur tertinggi dianalisis kandungan senyawa kimianya dengan gas chromatography mass spectrometry (GCMS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagian mata kayu (MK) memiliki kadar ekstrak yang tertinggi diikuti bagian kayu teras (KT) dan kayu gubal (KG). Ekstrak dengan persentase tertinggi untuk bagian MK dan KT adalah ekstrak diklorometan, diikuti ekstrak terlarut air, toluena-etanol, dan aseton. MK dan KT jati doreng mengandung zat ekstraktif yang lebih tinggi daripada kayu jati normal. Ekstrak teraktif bersifat antioksidan adalah ekstrak aseton MK jati dan tusam dengan nilai EC50 berturut-turut 2.9-4.2 dan 13.57 mg L-1. Pada jati, aktivitas antijamur tertinggi terhadap jamur pelapuk putih dan coklat masing-masing dimiliki oleh ekstrak aseton MK jati normal dan KT jati doreng dengan persentase penghambatan 13.88 dan 34.55 %. Ekstrak teraktif bersifat antijamur pada tusam adalah ekstrak aseton KT dengan persentase penghambatan sebesar 71.67% (jamur pelapuk putih) dan 87.11% (jamur pelapuk coklat). Analisis fitokimia terhadap ekstrak teraktif (aseton) menunjukkan bahwa MK dan KT jati utamanya disusun oleh tektokuinon, tektol, 4',5'-dihidroksi-epiisokatalponol, deoksilapakol, lapakol, dan dehidrolapakon. Jati doreng memiliki persentase 4',5'-dihidroksi-epiisokatalponol yang lebih tinggi dibandingkan jati normal. Ekstrak aseton MK tusam utamanya disusun oleh lignan (nortrakelogenin), stilbena (pinosilvin monometil eter dan pinosilvin) dan flavonoid (pinosembrin). Sementara itu, ekstrak KT tusam didominasi oleh pinosilvin monometil eter, pinosilvin, dan pinosembrin.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/79390
Appears in Collections:MT - Forestry

Files in This Item:
File SizeFormat 
2015awi.pdf
  Restricted Access
11.44 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.