Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/79350
Title: . Efektifitas Ivermectin Dan Albendazole Terhadap Nematoda Gastrointestinal Pada Domba Dengan Sistem Pemeliharaan Berbeda.
Authors: Farajallah, Achmad
Sulistiawati, Erni
Puspitasari, Silvia
Issue Date: 2015
Publisher: Bogor Agricultural University (IPB)
Bogor Agricultural University (IPB)
Abstract: Nematoda gastrointestinal menjadi masalah utama pada ternak ruminansia kecil yang menyebabkan timbulnya penyakit, kematian, dan penurunan produksi. Nematoda gastrointestinal pada domba dapat dikontrol dengan obat anti cacing (antihelminth) dengan spektrum luas, yaitu ivermectin (IVM) dan albendazole (ABZ). Namun, penggunaannya yang intensif disertai dosis yang tidak tepat dapat menyebabkan resistensi nematoda gastrointestinal terhadap antihelminth. Pada penelitian ini, pemberian antihelminth 1 kali dosis merupakan dosis yang direkomendasikan oleh produsen obat, pemberian antihelminth setengah dosis untuk deteksi dini terjadinya resistensi, dan pemberian kombinasi antihelminth untuk memperlambat resistensi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji efektifitas antihelminth IVM dan ABZ baik yang diberikan secara terpisah dengan satu dosis maupun setengah dosis dan kombinasi pada domba yang dikandangkan dan digembalakan yang secara alami terinfeksi nematoda gastrointestinal. Sampel feses domba yang dikandangkan dikoleksi dari peternak domba di Ciampea dan sampel feses domba yang digembalakan dikoleksi dari Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) Fakultas Peternakan, IPB. Sebanyak 12 domba pada masing-masing tempat penelitian dibagi menjadi enam kelompok berdasarkan perlakuan pemberian antihelminth: IVM ½ dosis, IVM 1 dosis, ABZ ½ dosis, ABZ 1 dosis, dan kombinasi (IVM+ABZ), dan kelompok kontrol sebagai kelompok yang tidak diberi perlakuan antihelminth. Feses dikoleksi langsung dari rektum domba pada hari ke-0 (sebelum perlakuan) dan setelah perlakuan pada hari ke-7, 14, 21, 28, 35, dan 42 untuk dilakukan faceal egg count (FEC). Penentuan efektifitas antihelminth didasarkan pada standar uji untuk mendeteksi resistensi yaitu faecal egg count reduction test (FECRT). Faecal egg count reduction (FECR) merupakan metode deteksi resistensi secara mikroskopik dari FEC nematoda gastrointestinal pada sampel feses yang diambil sebelum dan sesudah pemberian antihelminth. Perlakuan IVM 1 dosis efektif dalam melawan nematoda gastrointestinal sampai hari ke-28 pada domba yang dikandangkan dengan nilai FECR 100%. IVM 1 dosis efektif dalam melawan nematoda gastrointestinal sampai hari ke-21 pada domba yang digembalakan dengan nilai FECR sebesar 100%. Nematoda gastrointestinal menujukkan adanya resistensi terhadap albendazole (ABZ) 1 dosis baik pada domba yang dikandangkan maupun yang digembalakan. Perlakuan kombinasi efektif melawan nematoda gastrointestinal pada domba yang dikandangkan sampai hari ke-21 dengan FECR 100%. Perlakuan kombinasi efektif melawan nematoda gastrointestinal pada domba yang digembalakan sampai hari ke-14 dengan FECR 100%. Nematoda gastrointestinal menunjukkan terjadinya resistensi terhadap perlakuan IVM ½ dosis dan ABZ ½ dosis baik pada domba yang dikandangkan maupun yang digembalakan. IVM 1 dosis efektif dalam melawan nematoda gastrointestinal baik pada domba yang dikandangkan maupun yang digembalakan. Perlakuan kombinasi lebih efektif melawan nematoda gastrointestinal dibandingkan dengan pemberian ABZ 1 dosis baik pada domba yang dikandangkan maupun yang digembalakan. Keefektifan IVM terkait dengan belum intensifnya penggunaannya untuk kontrol nematoda. Frekuensi penggunaan antihelminth mempengaruhi perkembangan resistensi antihelminth. IVM masih jarang digunakan oleh peternak karena selain harganya mahal, cara pemberian antihelminth secara injeksi mempersulit peternak untuk melakukannya sendiri. Rendahnya aktifitas ABZ dalam tubuh domba diduga disebabkan karena hilangnya zat aktif selama proses metabolisme dalam saluran pencernaan karena pemberian secara oral dan terkait dugaan terjadinya resistensi. Resistensi nematoda gastrointestinal terhadap ABZ disebabkan karena ABZ merupakan antihelminth yang paling banyak digunakan peternak. Selain harganya yang terjangkau, cara pemberian antihelminth secara oral lebih mudah dilakukan oleh peternak sendiri.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/79350
Appears in Collections:MT - Mathematics and Natural Science

Files in This Item:
File SizeFormat 
2015spu.pdf
  Restricted Access
20.65 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.